Ohh yaa gess.Maaf menganggu kalian, author minta izin kalau cerita Surat Cinta Dari Zahra author unpublish dlu karena suatu kendala yang buat author gak bisa lanjut nulis dulu. Dan author masih sibuk dengan 2 cerita yang akan author publish. Maaf bangett. 🙏🏻🙏🏻🤧
Happy reading<3
Tak terasa. Usia kandungan Chika sudah beranjak 9 bulan, yang berarti tak lama ia akan melahirkan. Kini Chika dan Ara sedang berada di rumah sakit.
Chika berbaring di atas brankar di ruang rawatnya posisi berbaringnya miring ke kanan. Tangan kanannya terus menggenggam erat tangan Ara.
Ara duduk di kursi sebelah dengan brankar.
Chika terus merintih kesakitan, kontraksi, tak kuat menahan. Ingin sekali cepat melahirkan, namun masih belum diperbolehkan, karena Chika masih pembukaan 9 mungkin malamnya akan melangsungkan pembukaan terakhir yaitu pembukaan 10. Sepertinya ia akan melahirkan dini hari atau subuh hari."Tuhkan, Chik, kamu operasi aja yaa? Aku gak kuat liat kamu kesakitan gini." Chika menggeleng.
"Gak papa, Ra. Cuma dedenya aja yang gak sabaran pengen lahir kedunia."
Ara menghela nafasnya, ia mendekatkan kepalanya ke perut Chika yang tak tertutup kaos. Sesekali mengusap dan mencium perut Chika dengan kasih sayang. "Baby B, kamu kapan lahir, Nak? Coba kamu liat Mommy. Dia rela merintih kesakitan. tak sabar menunggu kehadiran mu." Gumam Ara membuat Chika tersentuh.
Ara mengusap kembali, tak disangka. Bayi yang berada di perut Chika menendang-nendang. Sepertinya bayi itu paham akan kata Ara. "Ehh, paham ya, Nak? Kata daddy? Gak kebayang sih nanti baby B mukanya lebih ke siapa pas lahir. Mommy nya atau daddy nya yaa?"
Chika kebingungan, kenapa Ara menyebutkan baby B? Pertanyaan memenuhi otaknya. "Ra, kok baby B? Kamu mau ngasih dia nama inisalnya B yaa?"
Ara mengangguk. Tangannya masih mengusap perut Chika. "Yaa, Chik, baby B. Kalau cewek aku kasih nama Bielle, kalau cowok Bian.."
"Raa, kita samaa. Kalau cowok namanya Bian, sama seperti nama yang kamu sebutkan."
Ara tersenyum lebar. "Wahh, kebetulan banget yaa, Chik."
"Banget ya—.. Awsss!!" Chika mengerang kembali, mengalami kontraksi. Walaupun sudah beberapa kali kontraksi, tetapi kontraksi anak yang ia kandung lebih sakit dari anak-anak sebelumnya.
Chika makin keras menggenggam tangan Ara. Cengkraman tangan Chika sampai membuat tangan Ara merah. Sangat keras. Tangan Ara menjadi saksi genggaman kuat tangan Chika kebetulan juga kuku jemari Chika sedang panjang."Chikaa.. aku makin gak tega sama kamuu.." rengek Ara.
"Aku kuat kok, Sayang. Sakitnya gak lama kok. Aku benerann!" Mata Chika tak dapat berbohong. Chika menatap Ara sayu.
"Tapi, Chik—..."
"Udah, Ra, aku gak papaa.." Chika memotong perkataan Ara. "Aku udah biasa kontraksi begini.."
"Yang penting, aku bisa nemenin kamu lahiran. Aku gak sabar liat muka calon anak kita nanti, Chik."
Chika tersenyum lebar. "Bisa ae buaya yang satu ini."
"Lahh, kata siapa aku buaya?"
"Aku lahh, makanan kamu sehari-hari adalah menggobalin istri. Sampai Alan pun suka ikutan ngegombalin ciwi-ciwi yang lewat depan rumah." Chika tertawa. Seketika Ara malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
God, i love her 2 [ Completed ]
Fanfiction"Aku mencintai mu, Chika!" CERITA FIKSI!! WARNING : GXG SCENE ⚠️ ADEGAN KEKERASAN⚠️ ⚠️ SEBELUM MEMBACA. DISARANKAN UNTUK MEMBACA S1 NYA TERLEBIH DAHULU