🍄Ekstra Capter_Luka Satu🍄

226 29 1
                                    

'Kehilangan adalah penderitaan manusia yang paling pedih'

____________________________

~🍄'Arhan Albi Pradiksa Mouzen'🍄~
____________________________

🍄🍄🍄

(Ekstra Capter 1)
Happy Reading
_________________________________________

Arhan memasuki sebuah caffe bernuasa putih dengan nama 'Caffe Putri Mouzen', caffe yang ia bangun sebagai bukti bahwa sampai kini ia masih sangat mencintai kekasihnya Aqilla yang telah bepulang dari semenjak dua bulan yang lalu. Dua bulan setelah kepergian Aqilla, Arhan tetap menjadi sosok yang sangat sulit di sentuh. Aktifitas Arhan pun hanya sebatas sekolah, masuk kamar dan keluar saat matahari mulai tenggelam untuk membuka Caffe nya.

Seperti hari ini Arhan yang hanya mengenakan kaos putih dengan satu kantong disebelah kiri serta celana pendek berwarna mocca nampak menenteng gitarnya, meletakkannya disopa kemudian membuka papan kecil yang tergantung disebuah kaca 'Open'.

"Telat?" Tanya Arhan pada tiga karyawan nya yang nampak baru datang,dua orang laki-laki,dan satu perempuan.

"Janji gak bakal diulangi pak bos," Jawab salah satu diantaranya.

Dan Arhan hanya berdeham pelan, wajah nya datar dan dingin, Arhan seperti sudah tidak memiliki senyuman saja. Setelah memberi arahan pada ketiganya, Arhan berlalu mengambil gitarnya dan duduk di pojok tempat favoritnya. Arhan duduk disana dengan kaki yang ia tumpuk pada kaki yang lain, kedua tangan nya juga ia tautkan. Netra matanya menatap dalam pada hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang dan hiruk pikuk orang dengan kegiatan nya.

Meski seramai itu, bagi Arhan ia tetap merasa sendiri dan sepi. Jiwanya benar-benar kosong, dan raganya seperti ingin cepat mati.

Agar segera bertemu dengan Aqilla.

Entah sudah berapa lama Arhan duduk berdiam diri tanpa melakukan apapun disana, sampai tak menyadari para pengunjung sudah berdatangan memenuhi Caffe.

Semua yang datang didominasi dengan muda mudi, ada yang berpasangan, ada yang berkelompok, ada juga yang sendiri-sendiri.

Manarik nafas dalam, Arhan beranjak kembali menjingjing gitarnya kearah panggung kecil yang biasa dihuni oleh ben yang Arhan pekerjakan. Tapi hari ini mereka tidak datang, jadi Arhan akan mencoba mengisinya.

Arhan duduk di sebuah kursi tinggi, membenarkan mikrofon dan menyapa dengan beberapa helai kata. Tentu saja, aktifitas Arhan menjadi titik pusat perhatian, bukan hanya karna ia sedang berada di atas panggung, tapi karna mereka baru melihat sosok Arhan ini. Banyak dari mereka yang berteriak histeris dan bertepuk tangan karna terpana dengan kharisma dan ketampanan Arhan.

Tapi Arhan memilih mengabaikan nya saja, ia tidak peduli.

Arhan mulai memetik senar gitarnya, hingga menghasilkan nada yang mengalun indah di sepanjang penjuru Caffe.

🎶Melihatmu bahagia, satu hal yang terindah
Anug'rah cinta yang pernah kupunya
Kau buatku percaya ketulusan cinta
Seakan kisah sempurna 'kan tiba.

Masih jelas teringat pelukanmu yang hangat
Seakan semua tak mungkin menghilang
Kini hanya kenangan yang telah kau tinggalkan
Tak tersisa lagi waktu bersama.

AqillaArhan( Selesai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang