Harapan dari sebuah pernikahan adalah kehamilan.
🍂
🍂
🍂Ranuca merasa tidak berselera memakan makanan di depannya padahal ini adalah makanan yang ia rekomendasikan pada Natama. Entahlah perasaannya mendadak gelisah hingga ia jadi tak nafsu untuk makan, seperti sedang terjadi sesuatu pada istrinya padahal beberapa menit yang lalu ia sudah ditelepon Retalyo yang mengatakan rindu.
"Lo kenapa diem aja, Nuc. Makanan ini enak kok? Gausah sungkan takut gue ga suka."
"Iya A, lo makan aja. Gue tau ini enak tapi mendadak ga selera."
"Pasti gara-gara belum di telepon adik gue kan. Udah gampang gue yang telepon nih mending lo sambil makan dulu."
Natama mencoba menghubungi adiknya. Satu kali. Dua kali. Tiga kali tetap tidak diangkat.
"Ga diangkat nih. Udah tidur kali ya?"
Ranuca mengangguk ragu, "Gue sebenernya udah di telepon kok sebelum kesini."
Natama mencoba berusaha tenang padahal rasanya ia ingin memaki adik iparnya. "Ya kalau udah makanlah, masalah lo kalau bukan lemes karena belum di telepon adik gue berarti belum makan."
"Iya, tapi gue mendadak kenyang. Gue balik duluan ke hotel ya, A." Belum mendapat jawaban apapun dari Natama, Ranuca langsung pergi meninggalkan resto.
"Goblokk! Lo kalau bukan adik ipar gue udah gue tonjok ya Nuc." Setelah memaki Natama melanjutkan makannya, tanpa peduli adik iparnya itu pulang ke Hotel menggunakan kendaraan apa.
🍂🍂🍂
Disisi lain pingsannya Retalyo membuat panik seisi rumah. Terutama Ricad yang pertama kali melihat putrinya tergeletak tak sadarkan diri di ujung tangga. Bagaimana jadinya jika jatuh terguling ke bawah, dipastikannya Ricad tidak akan menjadi seorang Kakek dengan dua cucu sekaligus sebentar lagi.
Ya menurut pemeriksaan Dokter yang Ricad panggil ke rumah. Ternyata bukan hanya asam lambung yang mempengaruhi kondisi Retalyo, melainkan putrinya itu sedang mengandung janin usia dua minggu. Rasa panik yang ada berubah menjadi suka cita. Tapi Retalyo belum sadar dan perlu di infus karena tidak ada asupan makanan atau minuman yang masuk.
"Gimana Bun? Kita kasih tau Nuca atau lebih baik nunggu Reta siuman." Tanya Anggita.
"Sebaiknya kamu kasih tau aja lewat Tama aja. Biar Tama juga kasih keputusan buat Nuca boleh pulang atau nggak nya."
"Siap Bun." Anggita langsung menelpon sang suami.
'Hallo Yangg, kamu lagi sama Nuca ga?'
'Kenapa Yang? Kok yang dicari malah Nuca bukan aku.' suara Natama dari sebrang telepon sedikit sewot.
'Ih jangan rese deh. Nuca lagi sama kamu ga? Ini Reta pingsan tau.'
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DUA KUTUB
RomanceAwalnya kisah mereka hanya sebatas balas dendam, kemudian mereka malah terjebak di dalam mahligai pernikahan yang berlandaskan perjanjian yang saling menguntungkan. Bisakah tarikan yang awalnya tolak menolak, kini berubah menjadi kutub tarik menari...