2.6 | Maaf

358 40 76
                                    

Maaf adalah kata yang kecil, tetapi memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membangun hubungan yang indah.

🍂

🍂

🍂

 "Kamu mau kemana?" Tanya Keynara saat melihat Ranuca sedang membereskan barangnya ke dalam koper

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu mau kemana?" Tanya Keynara saat melihat Ranuca sedang membereskan barangnya ke dalam koper.

"Gue harus pulang sekarang juga."

"Loh kok mendadak gini sih Nuc? Eh maksudnya kan Mamaku belum keluar dari Rumah Sakit nya, jadi ya kamu belum bisa pulang sekarang dong." perkataan itu tidak mendapat jawaban. Ranuca masih sibuk dengan barang bawaannya.

"Nuc!" Keynara menahan Ranuca yang sudah siap untuk berangkat.

"Minggir Key. Gue harus balik ke Jakarta!"

Keynara menggeleng, "Aku masih butuh kamu Nuc disini."

"Udah cukup tiga gue buat ninggalin istri gue. Lagian nyokap lo udah lebih mendingan untuk keluar dari RS. Dan selanjutnya kalian mending obrolin secara privasi supaya masalah keluarganya cepet kelar."

"Tapi ga segampang itu Nuca. Aku masih takut sama Papa, kalau dia makin marah gimana sama aku sama Mama. Gue takut usaha gue sia-sia nantinya."

"Yang penting lo udah mau berusaha dulu Key. Seorang Papa ga akan marah kalau lihat anaknya berusaha ikut untuk mempertahankan keutuhan keluarganya."

Keynara jadi terisak di tempat. Ranuca menghembuskan nafasnya berat. Lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

"Jangan nangis, Key. Gue ga suka lihat cewek nangis."

"Hiks... Yaudah kalau kamu gamau aku nangis. Kamu tetep disini dulu ya."

"Gabisa Key. Gue beneran harus balik. Reta lagi dalam bahaya."

Mendengar itu Keynara menghapus airmatanya kasar lalu menatap Nuca. "Bahaya apaan sih? Dia kan udah dewasa pasti bisa jaga dirinya sendiri."

"Riski. Gue gamau sampai Reta kena pengaruh buruk Riski kayak dulu lo sempat deket sama dia."

🍂🍂🍂

"Bangsat!" maki Samudera saat sampai di Restoran yang diberitahu Ranuca. Kakak iparnya itu ternyata tidak menunggu diluar melainkan masih duduk satu meja dengan Riski.

Samudera menarik kerah baju Riski hingga laki-laki itu berdiri berhadapan dan melayangkan satu pukulan.

"Sam." Retalyo ikut berdiri dan menarik bahu Samudera untuk tidak bertindak kasar karena ini di tempat umum.

"Sam tenang dulu sih, kenapa jadi pukul Riski gitu." tambahnya.

Samudera menggeleng tak percaya. "Gue ga bisa tenang kalau lo deket sama orang ini Ta. Lo di apain aja sama dia, hah?"

CINTA DUA KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang