Salah atau benar, dialah pilihanmu sejak awal.
🍂
🍂
🍂
"Kayaknya lo ga perlu peluk gue deh Ta. Cukup pegang jaket gue aja, gue ga akan ngebut kok bawa motornya."
Retalyo sontak melepaskan pelukannya dan memberi ruang duduk di jok motor. Sungguh, ia benar-benar malu karena bisa refleks melakukan hal seperti tadi.
Sedangkan Ranuca menahan tawanya karena puas membuat gadis dibelakangnya gelagapan karena malu.
"Ga jadi pegangan?" Tanya Ranuca sengaja meledek.
"Ga perlu. Udah jalan cepet, keburu malam."
"Bukan malam, ini udah dini hari Ta."
Lagi-lagi Retalyo dibuat telak oleh ucapan Ranuca. Andai saja ingatannya tak hilang mungkin gadis itu akan meladeni adu bacot dengan lelaki itu.
Tak berselang lama akhirnya motor Ranuca sampai di suatu Cafe yang buka 24 jam. Keduanya masuk dan duduk di meja pojok dekat jendela besar. Jadi lalu lalang motor dini hari ini masih terlihat beberapa.
"Mau pesen apa?" Ranuca membuka pembicaraan sambil melihat menu minuman yang ada.
"Lo suka kopi?" Retalyo menggangguk.
"Oke kalau gitu lo gue pesein coklat panas aja ya kayak gue?"
"Kamu ga suka kopi?" Retalyo akhirnya ikut bertanya setelah ucapan Ranuca tidak nyambung dengan apa yang di tanya.
"Pinter juga lo... Jadi mau disamain aja sama pesenan punya gue? Atau lo pesen kopi?"
"Terserah."
Ranuca tanpa banyak tanya lagi langsung memesan minuman yang sama. Tak berapa lama ia kembali Retalyo sedang memainkan ponselnya.
Ranuca berdehem membuat Retalyo segera menyimpan ponselnya dan menatap serius ke arah Ranuca. Ranuca hanya memperlihatkan wajah seperti biasa tanpa ekspresi menunggu Retalyo mengatakan sesuatu.
Lima menit hening melumat keduanya, belum ada lagi yang memulai percakapan, hanya ada suara dari musik yang di putar Cafe yang mengisi kekosongan dua insan itu yang sama-sama bergelut dengan pikirannya sendiri.
"Hai..." Ucap seseorang memecah lamunan keduanya. Retalyo dan Ranuca menoleh bersamaan pada orang tersebut.
"Lhoh kamu?" Retalyo terkejut karena kedatangan gadis yang katanya sahabat sekaligus sekertarisnya di Kantor itu sudah berdiri disamping mejanya dengan Ranuca.
"Lo yang kemarin di rumah gue juga kan?" Kini giliran Ranuca yang bertanya karena merasa pernah bertemu juga dengan gadis yang baru datang itu.
Ranuca mengulurkan tangannya pada Tirani.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DUA KUTUB
RomanceAwalnya kisah mereka hanya sebatas balas dendam, kemudian mereka malah terjebak di dalam mahligai pernikahan yang berlandaskan perjanjian yang saling menguntungkan. Bisakah tarikan yang awalnya tolak menolak, kini berubah menjadi kutub tarik menari...