Jika diibaratkan, aku ini seperti kardus berisi mainan-mainan bekas yang kamu diamkan saja di sudut gudang. Terlalu rusak untuk diberikan kepada orang lain, sehingga dibiarkan usang begitu saja tanpa pernah dilirik kembali.
Kemudian suatu hari kamu datang menyambangi, hanya untuk mengenang memori lama masa kecilmu dan setelah itu pergi lagi. Repetisi itu berulang hingga beberapa kali dan nampaknya semut-semut hitam di dinding pun juga merasa muak menonton adegan kita.
Sesungguhnya, Sayang, tolong bedakan mana hati dan mana minimarket. Kamu tidak bisa seenaknya menghampiri hatiku saat kamu merasa ingin saja. Kamu tidak bisa kembali hanya untuk pergi lagi, berkali-kali.
"Aku tidak tahu jika aku menginginkanmu," katamu waktu hujan sore itu, sambil memandang lurus ke arahku. "Tetapi, aku tahu kalau aku tidak ingin orang lain memilikimu."
Aku, selalu berada di tengah-tengah. Tidak dilepas, namun tidak juga dipertahankan.
Sesungguhnya, Sayang, bagaimana jika kita bertukar peran?
Aku yang menarik-ulur, dan kamu yang mengejar layangannya.
Mari kita lihat sampai mana kamu mampu bertahan di posisiku.