Awalnya aku tidak peduli tentang besarnya peluang harapan yang mudah pupus. Masa bodoh jika kamu nantinya memilih yang bukan aku. Yang kutahu saat itu hanyalah tentang indahnya jatuh cinta. Aku benar-benar gelap mata.
Tapi aku salah. Tidak ada yang lebih indah dibandingkan dengan cinta yang berbalas. Aku benci mengagumi kamu sendiri, sementara aku harus merelakan hatiku yang telah kauambil dengan paksa tanpa aku pernah bisa untuk menggapai milikmu juga. Ini seperti simbiosis komensalisme.
Dan kamu, Pencuri Hati, nggak akan pernah tahu betapa sulit hati ini menahan perihnya luka yang dibiarkan menganga. Sebab obat manjur yang dapat menyembuhkan luka tersebut hanyalah kamu.
Sayangnya saat aku terluka, kamu nggak tahu apa-apa.
Aku cinta kamu, titik.
Itulah awal mula yang jauh berbeda dengan akhir ceritanya.
Aku cinta, kamu tidak.