Setelah bertahun-tahun tidak pernah bertemu, dia menanyakan tentang kabarku lagi.
Aku ingin berteriak padanya betapa hancurnya perasaanku aku saat dia meninggalkan pintu itu; bagaimana ada begitu banyak malam terlewati dengan hadirnya sosoknya dalam ingatan; betapa aku masih sangat terluka karenanya.
Tapi, aku tidak mengatakannya. Aku menelan semua kata-kata itu bulat-bulat.
Kecuali, satu:
"Aku baik-baik saja. Dengan, atau tanpamu."