PART 20

6.5K 946 28
                                    

PART 20

Ada hubungannya atau tidak, kata-kata Hanna saat di sekolah tadi membuat Bintang terus memikirkannya sampai tiba di rumah.

Jika menghubungkan perkataan Hanna dengan ucapan Shareen tentang cewek mirip Bintang, maka Bintang berpikiran bahwa cewek yang dimaksud Hanna itu adalah dirinya sendiri.

Jika Bintang tak menghubungkan perkataan Hanna dan Shareen dan berpikir secara logika untuk menepis perkataan Shareen malam itu, maka cewek yang Hanna lihat hanya sekadar mirip dengan Bintang dan gangguan yang selama ini Bintang dapatkan dari Baskara berhubungan dengan cewek mirip dirinya itu. Seperti tebakan awalnya kepada Baskara saat terus menepis kekeraskepalaan Baskara tentang mereka yang pernah ketemu sebelumnya. Jadi pada intinya, memang Baskara-nya saja yang gila.

"Hah!" Bintang jadi tak tenang dan semakin menganggap permasalahan di antara dirinya dan Baskara adalah sebuah keseriusan yang harus dia dapatkan jalan keluarnya.

Untuk dugaan pertama, wajar jika Hanna tak langsung berpikir bahwa Bintang dan cewek yang dilihatnya itu adalah orang yang sama karena Hanna hanya melihat cewek itu dari jauh dah tak bisa melihat wajahnya.

"Kak." Bintang membuka pintu Shareen dengan perasaan berkecamuk. Perempuan yang dipandanginya sekarang sedang duduk berhadapan dengan laptop di mejanya. "Ah, Kakak sibuk...."

"Ada apa? Baru selesai, kok."

"Serius udah selesai?"

Shareen mengangguk dan menutup layar laptopnya yang baru saja berubah gelap. "Sebelum kamu masuk udah aku log out, kok."

"Soal mesin waktu. Ada kejadian di sekolah yang ngebuat aku kepikiran soal itu. Kak, kalau emang yang Kakak omongin waktu itu bener, apa masuk akal kalau aku menjelajah ke beberapa bulan lalu?"

"Masuk akal. Menjelajah ke kemarin pun masuk akal. Kakak dulu bahkan menjelajah ke satu bulan sebelumnya... Ah dua bulan mungkin, ya? Nggak sampai dua bulan, sih."

Bintang bersedekap dan menyandarkan lengannya ke ambang pintu. Ucapan Shareen tentang pengalamannya terlalu serius dan tidak mengada-ada. Bintang sudah mengenal Shareen lama dan tahu bahwa Shareen itu tak punya penyakit semacam halusinasi.

"Apa mungkin Baskara yang pakai mesin waktunya? Kenapa dia yang kayak hilang ingatan?" bisik Bintang.

"Itu juga membingungkan." Shareen keluar dari kamarnya dan Bintang mengekorinya. Mereka menuju ruang laboratorium. Ketika tiba di sana, Shareen kembali menarik kain putih yang menutupi mesin waktu itu.

"Di dalam sana ada banyak tombol yang tertutup. Tombol-tombol yang baru aku tahu saat Papa ngasih tahu. Tempat untuk atur koordinat. Kalau nggak diatur saat atur waktu tiba, yang pakai bakalan berpindah ke tempat yang random.

"Bisa aja satu kaki kamu kejebak di tembok rumah orang. Bisa aja kamu jatuh dari langit. Bisa aja tiba-tiba kamu berdiri di tengah jalan seperti jalan tol. Waktu itu aku beruntung karena di halte sekolah. Kedua dan ketiga kalinya aku pakai, aku tetap ada di dalam mesin waktu tapi di waktu yang beda."

"Tetap di mesin waktu, tapi Kakak pindah ke waktu yang beda. Gitu?" tanya Bintang semakin tertarik mendengarnya.

"Iya, kenapa aku bisa tetap di mesin waktu? Karena aku di masa depan itu, titik koordinatnya udah aku atur sebelum aku yang dari masa lalu datang dan gunain mesin waktu." Shareen tersenyum. "Ngerti nggak maksudku? Misal aku di tahun 2015 ngatur koordinat singgah, terus aku sembunyi di sebuah tempat. Dan tiba-tiba aku—penjelajah yang datang dari 2012—muncul di dalam mesin waktu itu dan keluar dari sana."

Bintang menghela napas panjang. Shareen langsung mencubit pipi Bintang karena gemas dan Bintang hanya bisa pasrah sambil memandang kakaknya itu dengan tatapan datar.

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang