PART 34

4.4K 736 19
                                    

PART 34

Bintang tertawa sedih setelah mendengar perkataan Julie. "Nggak nyangka? Lo kayak gini ... gimana gue nggak berusaha buat nemuin lo? Gue yang justru nggak nyangka, setelah lo ngasih tahu gue lo kondisi lo, lo ngilang gitu aja? Tiba-tiba nggak bisa dihubungi, tiba-tiba pindah dari kosan lama lo, dan tiba-tiba berhenti kerja?"

Bintang bicara sambil menatap luka di bibir Julie yang sudah mengering. "Bisa tolong jelasin ke gue orang yang mukul lo kayak gimana, Jul? Ciri-cirinya kayak gimana?"

Apakah teman Pandu yang akhirnya bekerjasama dengan Baskara? Atau Yoga? Mustahil jika pelakunya adalah Yoga karena Yoga adalah cowok penakut.

"Lo ... tahu dari mana kalau orang yang mukul lo itu orang suruhannya Baskara?"

Mata Julie terbelalak sesaat. Cewek itu tak mau menatap Bintang dan hanya merenung ke ubin kosannya.

Bintang teringat kembali percakapan—ah, itu lebih ke perkataan sepihak. Kemarin, Baskara tak mengatakan apa pun. Cowok itu lebih memilih diam dan selama ini, setiap kali Baskara diam akan sesuatu, maka pernyataan yang dituduhkan kepadanya adalah benar. Hal itu yang membuat Bintang tak bisa tenang dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada Baskara.

"Jawab, Jul," ujar Bintang sambil menatap lekat sepasang mata Julie yang tak mau balik menatapnya.

"Julie." Bintang memanggil nama Julie sekali lagi. Perasaannya mulai tak nyaman, kekhawatirannya bertambah lagi setelah melihat Julie gelisah dan tak bisa mengeluarkan sepatah kata. "Apa yang lo sembunyiin dari gue?"

"Maaf." Akhirnya Julie bicara sambil mengeluarkan air mata, tanpa mau memandang Bintang yang menatapnya kecewa meskipun dia belum menjelaskan apa pun selain kata maaf.

"Kenapa...." Bintang bergumam dan suaranya yang sulit keluar. Perasaannya menjadi buruk sekarang setelah mendengar kata maaf dari Julie.

Ini bukan sesuatu yang baik.

"Gu—gue udah bohong soal kemarin. Gue ... gue cuma pengin lihat lo lebih percaya siapa. Baskara atau gue? Gue bohong soal Baskara yang nyuruh orang untuk mukul gue.... Gue...." Julie tak bisa meneruskan kata-katanya dan hanya bisa menahan tangis.

"Terus...?" Kedua bahu Bintang terkulai. Dia telah mengata-ngatai Baskara bahkan membawa-bawa kematian karena itu yang terlintas di benaknya. Lalu, kenapa Baskara hanya diam saat dia ingin meminta penjelasan dari cowok itu secara langsung?

"Terus siapa yang mukul lo sampai kayak gini?" Bintang mengusap wajahnya dengan lelah.

"Mantan gue...." Julie menunduk sambil terisak. "Gue udah putus sama dia beberapa hari lalu, tapi hari itu tiba-tiba dia datengin gue dan buat gue babak belur kayak sekarang. Nuduh gue selingkuh dari dia sebelum kami putus karena ngelihat Baskara bareng kita hari itu. Gue pindah kosan dan berhenti kerja karena kabur dari dia. Gue—argh tenggorokan gue sakit hiks...."

"Maaf banget. Maaf...." Julie berlutut dan menarik Bintang ke dalam pelukannya.

"Lo udah ngefitnah orang," balas Bintang dengan suara pelan.

"Nggak tahu. Gue juga bingung sama diri gue sendiri. Kenapa tiba-tiba punya pikiran untuk ngebuat hubungan lo dan Baskara retak? Gue bingung dan kesel banget sama diri sendiri. Gue pikir gue akan ngerasa puas setelah ngefitnah Baskara. Gue pikir gue akan merasa menang karena pasti lo nggak akan peduli sama gue dan lebih percaya Baskara, tapi ternyata lo sampai rela cari gue sejauh ini."

Bintang tak mengatakan apa-apa. Dia kecewa. Itu sudah pasti. Tak mungkin dia tak kecewa pada sahabatnya sendiri setelah apa yang dilakukannya.

"Gue ngerasa bersalah udah bohong." Julie menjauh, masih tak mau memandang Bintang. "Gue ngerasa ... lo tuh beruntung banget. Lo bilang sebenarnya lo punya keluarga, tapi lo kabur dari rumah dan nyari suasana di luar."

Bintang belum mengatakan bahwa mamanya telah meninggal dan hanya dia katakan kepada Shareen dulu ketika mereka bertemu di jalanan. Dia tak memberitahukan hal itu kepada Julie karena tak ada pertanyaan yang mengharuskannya menjawab bahwa mamanya telah meninggal dan papanya yang selingkuh.

"Lima tahun lalu lo malah diadopsi sama keluarga yang baik. Bahkan mereka ngajak anak-anak lain dan nyariin mereka pekerjaan. Lo sekolah di tempat yang bagus, dapat temen, kenalan sama orang-orang baru kayak Baskara. Entah kenapa, setelah gue mikir lo terlalu beruntung, gue jadi punya perasaan kayak gini. Gue bingung sama diri sendiri. Kenapa gue punya pikiran aneh kayak gini ke elo?"

Bintang kecewa dengan pemikiran Julie yang seperti itu terhadapnya, tapi dia tak mungkin meninggalkan Julie begitu saja karena Julie juga pernah ada disaat Bintang terluka. Julie yang dulunya mengulurkan tangan setelah Bintang tertabrak mobil, yang untungnya tidak parah, tapi tetap aja seluruh tubuh Bintang sakit saat itu.

"Lo tahu?" Bintang menatap Julie sambil menghela napas panjang. "Lo yang buka hati gue untuk berteman lagi setelah kehilangan teman gue yang meninggal dan nggak hidup sendirian lagi di jalanan setelah sekian lama sendiri. Lo juga yang dulu ngenalin gue ke anak-anak lain dan ngebuat pikiran gue terbuka kalau punya teman lebih dari satu itu bukan hal buruk. Iya, gue beruntung. Karena punya temen kayak lo."

Bintang memegang pipi Julie, mengelusnya dengan pelan, lalu dengan tiba-tiba mencubitnya sampai Julie berteriak kesakitan.

"SAKIT!" seru Julie. Air matanya semakin mengalir karena efek sakit pada beberapa bagian wajahnya yang luka karena pukulan. Julie memegang pipinya, merenung sebentar, lalu menatap Bintang. "Soal Baskara ... apa di antara kalian baik-baik aja?"

Bintang tak menjawab dan langsung mengambil ponselnya. Semua sudah jelas sekarang. Sisanya adalah meminta maaf karena telah mengatakan hal yang tak baik di depan cowok itu. Dia juga ingin bertanya kenapa Baskara hanya diam saat meminta penjelasannya.

Bintang mengusap rambutnya. Lelah. Lagi-lagi ponselnya dalam keadaan mati dan tak bisa menyala padahal terakhir kali persentase baterainya masih banyak. Ponselnya itu sudah terlalu tua dan wajar bila ada bagian yang rusak.

Kenapa harus di kondisi seperti ini?

"Gue ... gue sepertinya nggak berani buat minta maaf ke dia. Padahal dia udah peringatin gue untuk nggak berbuat aneh-aneh. Gue bingung, dia yang baru kenal sama lo udah tahu lo banget sementara gue yang bertahun-tahun kenal lo cuma bisa iri dengki."

Bintang mengalihkan perhatiannya dari ponselnya yang belum menyala dan menatap Julie agak bingung. "Gimana? Baskara ngomong sesuatu hari itu?"

Julie mengangguk. "Dia ngasih peringatan karena tahu tingkah gue hari itu nggak kayak temen yang sebenarnya."

Bintang ingin segera menghubungi Baskara, tetapi dia tak bisa meninggalkan Julie begitu saja. Dia berdiri dari duduknya dan memegang tangan Julie, membantunya untuk berdiri. "Ayo ke klinik. Lo harus periksa."

Hari itu, Bintang bisa saja membaca pesan perpisahan dari Baskara. Namun, takdir tak berjalan seperti demikian.

***  


thanks for reading!

love,

sirhayani

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang