PART 46
Bintang tak juga bisa mengingat kronologi bagaimana dia bisa berada di apartemen Baskara. Satu-satunya alasan dia bertahan lebih lama adalah karena dia menangis dan memikirkan Baskara setelah melihat pesawat. Dia ingat perasaannya saat itu bukan sebuah perasaan yang membuatnya ingin kabur dari Baskara, tetapi sebaliknya. Ada perasaan rindu dan itu tak masuk akal mengingat Baskara juga tak tahu apa-apa tentangnya.
Dia tak bisa hanya diam di dalam apartemen. Terkurung tanpa tahu dunia luar padahal dunia di luar sana bisa saja membuatnya mengingat banyak hal, tetapi dia tahu Baskara tak akan membiarkannya pergi begitu saja.
Jika Baskara bersikeras untuk tak membiarkannya pergi, maka Bintang terpaksa harus kabur dengan cara yang tak Baskara duga.
Bintang keluar dari kamar disaat matahari belum terbit sepenuhnya. Dia pikir, Baskara belum bangun. Ternyata cowok itu justru sedang berada di dalam dapur dalam kondisi setengah telanjang; hanya mengenakan celana panjang dan bertelanjang dada. Mereka saling pandang dan terkejut satu sama lain.
Ketika Bintang baru akan membuka suara, bantingan pintu kulkas terdengar cukup keras sehingga membuat Bintang mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tak berani bicara setelah melihat tatapan dingin di wajah cowok itu. Baskara tak mengatakan apa-apa dan melewati Bintang begitu saja menuju kamar.
Bintang berbalik menatap Baskara yang semakin menjauh. Baskara memasuki kamarnya dan neninggalkan suara bunyi cukup keras dari bantingan pintu yang tak sengaja dia lakukan.
Kenapa lagi dengan cowok itu?
Bintang pikir Baskara masih marah karena sebelumnya Bintang memang membahas tentang bagaimana jika dia pergi dari sisi Baskara. Dia tak menyangka Baskara akan semarah ini.
Bintang berhenti dan menatap pintu keluar yang bisa saja dia buka sekarang, lalu pergi sejauh-jauhnya tanpa pamit. Namun, ada beberapa hal yang tak sempat dia pelajari termasuk cara keluar dari gedung apartemen ini. Menggunakan lif atau tangga darurat? Meminta tolong kepada seseorang yang mungkin saja kebetulan memasuki lif yang sama?
Bintang tak bisa mengikuti cara itu. Sedikit saja dia membuat kesalahan pada hal-hal yang tak terduga ke depannya, maka semua akan berakhir jauh lebih rumit. Bintang akan melakukannya dengan perlahan. Lagipula dia tak akan pergi tiba-tiba sebelum membujuk Baskara. Bagaimana pun, kabur adalah opsi paling akhir yang ingin dia lakukan.
Dia tak memikirkan hal lain selain ingin segera bicara dengan Baskara. Dia membuka pintu kamar Baskara tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ditatapnya Baskara yang baru saja terkejut akan kehadirannya yang tiba-tiba. Bintang mendorong pintu kamar Baskara lebar-lebar kemudian melihat Baskara menatapnya dengan tatapan tajam.
"Siapa yang ngizinin lo masuk?"
Bagaimana pun, tatapan itu tak pernah Baskara berikan pada Bintang sebelumnya.
"Maaf. Aku—" Belum berhasil menyelesaikan ucapannya, Baskara mendekatinya dan mendorongnya dengan kasar keluar dari kamar itu. Bintang nyaris terjatuh ke lantai karena dorongan Baskara yang kuat.
"Ka ... mu kenapa?" tanya Bintang dengan suara pelan. Perlakuan Baskara yang tak biasa membuatnya jadi bertanya-tanya dalam hati.
Mereka saling pandang. Bintang tak berani bicara lagi sampai terdengar decakan dari Baskara.
"Bisa nggak lo pergi dari pikiran gue?"
Bintang menaikkan alis tinggi-tinggi.
Baskara memalingkan wajah darinya dan kembali berdecak."Ck, lupain aja," katanya dengan suara pelan. Dia berbalik untuk ke kamarnya dan Bintang segera mengikuti Baskara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Dan Bintang
Teen FictionSELESAI ✔️ Bintang, cewek yang pernah tinggal di jalanan selama bertahun-tahun, tiba-tiba terbangun di sebuah kamar yang asing. Satu hal yang membuatnya kaget. Dia terbangun di atas kasur yang sama dengan seorang cowok yang sedang tertidur lelap d...