PART 52

4.5K 684 34
                                    

PART 52

Bintang hanya bisa menangis setelah dia keluar dari mesin waktu itu. Padahal dia baru mengingat semuanya, tetapi dia harus pergi di hari itu juga. Bintang kesal pada keadaan yang tak mendukung. Kenapa dia harus pergi disaat dia ingin menghabiskan waktunya bersama Baskara? Dia belum minta maaf pada Baskara karena pernah mengatakan bahwa dia tak akan peduli jika Baskara mati.

Dia pernah melukai hati cowok itu dan tak bisa meminta maaf karena Baskara telah pergi dari dunia ini.

Bintang meringkuk di lantai dengan napas sesak. Terkadang dia batuk beberapa kali. Apa yang Baskara lakukan ketika dia pergi? Pasti cowok itu merasa kesepian. Pasti Baskara sendirian dan kebingungan dengan semua hal yang aneh di sekitarnya.

Bintang menghapus air matanya. Dia baru teringat ucapan Shareen tentang mesin waktu itu yang tidak sempurna.

"Ada energi yang bisa merusak bagian dalam otak yang fungsinya mengolah memori kalau dipakai dalam keadaan emosi."

Tidak banyak hal yang Shareen jelaskan tentang ucapannya waktu itu. Namun, Bintang ingat Shareen ingin mengatakan sesuatu tentang ingatan yang hilang tapi tak melanjutkan kata-katanya. Bintang yakin penyebab mengapa dia tak ingat apa pun ketika menjelajah waktu adalah karena dia menggunakannya dalam emosi yang kacau.

Bintang bangun, lalu duduk. Dia menaruh dagunya di atas lutut yang tertekuk, memeluk dirinya sendiri sambil memejamkan mata. Berusaha mendapatkan ketenangan. Jantungnya berdegup kencang ketika terlintas pemikiran untuk menggunakan mesin waktu itu lagi.

Tunggu.... Bintang membuka matanya dan menatap mesin waktu itu.

Bukankah dia pernah melihat dirinya sendiri di dalam kamar saat Baskara sakit?

Artinya dia menggunakan mesin waktu sekali lagi. Atau ... mungkin berkali-kali?

Bintang langsung berdiri dan memegang pintu mesin waktu, tetapi berhenti untuk menenangkan dirinya. Dia tak ingin kejadian sama terulang lagi, yaitu tiba dalam keadaan ingatannya berhenti di usia tertentu. Bintang menghela napas dan memejamkan mata. Dia tak boleh menangis. Dia harus tetap tenang untuk bisa bertemu Baskara lagi. Dia tidak ingin melepaskan kesempatan ini.

Bintang memasuki ruang kecil itu setelah berhasil menenangkan diri.

***

Bintang berada di samping Baskara. Di tempat tidur dan posisi yang sama dengan sebelumnya. Dia bangun dengan buru-buru dan memperhatikan Baskara yang sedang tertidur hanya untuk memastikan bahwa apa yang dialaminya sekarang bukanlah mimpi.

Pergerakannya di tempat tidur itu membangunkan Baskara dari tidurnya. Cowok itu terbangun sambil memegang kepalanya. Matanya menyipit menatap Bintang yang sedang menahan tangis di sampingnya..

"Bintang...?" Baskara bergumam. Di pikirannya hanyalah satu.

Ini adalah mimpi.

Tak mungkin Bintang ada di kamarnya. Tak mungkin Bintang tahu tempat tinggalnya. Baskara memegang kepalanya. Rasa sakit itu mereda hanya melihat Bintang dalam waktu beberapa detik.

"HUWEEE...." Bintang menangis histeris dan melompat ke pelukan Baskara sampai Baskara terjatuh kembali dan berbaring dengan Bintang yang berada di atas tubuh bagian atasnya.

Benar. Ini mimpi.... Baskara terus membatin. Ini cuma mimpi....

"Tunggu...," kata Baskara dengan suara serak.

Meski mimpi, ini terasa nyata dan posisi Bintang di atas tubuhnya terasa mengganggu.

"Minggir," kata Baskara. Tangannya berusaha mendorong kedua bahu Bintang, tetapi Bintang tak mau pergi dari atasnya. Bintang melingkarkan tangannya dengan kuat di tubuh Baskara yang sedang berbaring.

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang