PART 48

4K 824 111
                                    

PART 48

Baskara kembali membawanya ke keramaian, tetapi di lokasi yang berbeda. Kali ini tak sepadat dulu. Bintang sudah menjelajah hampir semua tempat dan dia belum mengingat apa-apa. Tangan Baskara tak pernah lepas menggenggam tangan Bintang. Cowok itu selalu siaga ketika ada seseorang yang mendekat ke arah mereka secara tak sengaja.

"Ke jalanan umum, please." Sudah ke sekian kalinya Bintang memohon hal yang sama dan Baskara kembali tak membalas. Seolah cowok itu sedang menulikan telinga.

"Kamu khawatir kita ketemu yang namanya Arsa itu?" tanya Bintang, menatap Baskara dengan tatapan frustrasi. Dia juga kesal karena Baskara tak menggubrisnya sejak tadi dan baru melihatnya ketika pemilik nama yang tak dia ingat di ingatannya sama sekali itu dia sebut.

"Gue bahkan nggak bahas dia," balas Baskara sambil menarik Bintang ke pelukannya dengan erat ketika ada yang tak sengaja menyenggol Bintang.

Perlakuan Baskara terlalu berlebihan dan Bintang tak tahan lagi.

"Aku mau ke toilet." Bintang mendorong Baskara agar cowok itu menjauh darinya. Tatapan tak percaya Baskara membuat Bintang menghela napas panjang. "Aku beneran mau ke toilet! Aku mau pipis."

Bohong.

Bintang ingin kabur dari Baskara. Dia ingin kembali ke jalanan karena itu satu-satunya cara untuk mengembalikan ingatannya yang hilang.

"Gue temenin. Ayo cari dulu."

Bintang mengangguk pelan dan memandang tangannya yang digenggam semakin erat oleh Baskara seolah benar-benar tak mau kehilangannya. Baskara berjalan di depannya lebih dulu dan menuntun jalan, tetapi tetap dekat darinya. Bintang kembali ragu dengan tujuannya untuk pergi dari Baskara karena memikirkan apa jadinya jika Baskara kesepian.

Dia berada dalam ketakutan dan menghela napas pelan. Ditolehkannya wajah untuk melihat sekitar. Pandangannya terpaku pada sesuatu yang terlihat seperti hologram di antara orang-orang yang lalu lalang. Dia pikir pandangannya sempat buram untuk sesaat. Bintang mengerjap beberapa kali dan melihat seorang anak kecil berumur kisaran 5 tahun sedang berdiri di lokasi yang sama dilihatnya tadi.

Jalannya memelan dan membuat Baskara ikut memelankan langkah hingga keduanya berhenti. Bintang tak melepaskan tatapannya dari anak laki-laki yang seumuran dengan adik Baskara itu. Anak laki-laki itu melihat sekitar seolah dia sedang mencari seseorang. Ketika pandangan antara anak itu dan Bintang bertemu, anak itu tak langsung mengalihkan pandangan darinya. Tetap memandanginya dengan tatapan penuh harap yang membuat Bintang tergugah untuk mendekat.

"Kenapa berhenti?" tanya Baskara heran. "Mau ke toilet, kan?"

Bintang berjalan mendekati anak laki-laki itu. Baskara hampir menghalangi keinginan Bintang jika saja dia tidak melihat ke mana arah pandang Bintang saat ini. Baskara terpaksa melepaskan genggamannya pada tangan Bintang ketika Bintang berjongkok di hadapan seorang anak laki-laki yang tak dikenalnya.

"Haiii, kok kamu sendirian?" tanya Bintang. "Mama Papa kamu di mana?"

Anak laki-laki itu menatap Bintang sambil tersenyum kecil. Ketika dia menatap Baskara, senyum kecilnya hilang karena tergantikan oleh raut wajah cemberut. Baskara hanya bisa memantau anak itu karena tidak tahu situasi. Walaupun dia mencurigai anak itu ada hubungannya Bintang dan Arsa.

Namun mau dilihat bagaimana pun, penampilan anak laki-laki itu tidak terlihat seperti anak jalanan. Justru terlihat seperti anak yang baru saja tak sengaja berpisah dari kedua orangtuanya.

"Mama...," gumam anak itu sambil menatap Bintang ragu-ragu.

"Iya, kenapa Mama kamu?" tanya Bintang.

Anak itu tak menjawab dan memperlihatkan gelang di kanannya. Bintang menatap nama yang tertulis di gelang itu. Baskara memilih tetap berdiri agar tak ada yang tak sengaja menabrak Bintang dan anak itu. Meskipun begitu, dia masih bisa membaca tulisan yang ada di sana.

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang