PART 45

4.2K 664 21
                                    

by sirhayani

part of zhkansas

PART 45

Suara pintu yang dibuka membuat Bintang segera bangkit dari tidur. Dia lalu bergeming di tempatnya berdiri dan tak berani melangkah ketika mendengar suara berisik di luar sana. Tentu suara itu bukan berasal dari Baskara. Jika ada Baskara di luar sana, maka sudah sejak tadi Baskara mengatakan sesuatu.

Ada suara seorang perempuan dan juga suara anak laki-laki.

Dia bisa mendengar suara asing lewat pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Bintang tak berani membuka lebih lebar karena berpikir bahwa orang di luar sana adalah kerabat Baskara sementara dia tidak yakin orang-orang terdekat Baskara tahu Bintang berada di apartemen itu.

Khawatir akan ada yang masuk, Bintang melangkah dengan hati-hati mendekati pintu kamar untuk menutup dan menguncinya dari dalam secara diam-diam.

"Duduk di sini."

Tangan Bintang berhenti di dekat gagang pintu setelah mendengar suara perempuan itu. Bintang berjongkok, lalu mengintip celah pintu untuk melihat situasi di luar sana. Seorang perempuan sedang duduk di sebuah sofa. Wajahnya tak kentara karena Bintang melihatnya dari samping.

"Baron, stop...." Perempuan bersetelan kasual yang duduk di sofa itu menatap anak laki-laki berumur kisaran 5 tahun yang sedang berlari. Perempuan itu lalu mengalihkan perhatian ke ponselnya dan membiarkan sang anak berlari.

Bintang baru akan mendorong pintu dengan hati-hati, tetapi anak laki-laki bernama Baron berhenti tak jauh dari pintu dan menatap Bintang. Baron terkejut, tetapi dia diam di tempat dan tak mengatakan apa-apa. Bintang menempelkan telunjuknya di depan bibir. Anak laki-laki itu ikut menempelkan telunjuknya di depan bibirnya sendiri, lalu menatap mamanya yang sedang bicara dengan seseorang lewat ponsel.

Bintang menutup pintu kamar itu dengan perlahan dan berhasil tanpa membuat perempuan itu curiga. Ketika dia memutar kunci, terdengar suara yang lumayan keras. Bintang sampai mematung beberapa detik. Perempuan yang tadi bicara lewat telepon pun berhenti bicara dengan tiba-tiba.

Suara kunci diputar sudah pasti menarik perhatian perempuan itu, tetapi Bintang bersyukur saat ini tak ada siapa-siapa yang bisa masuk ke kamar. Setidaknya sampai Baskara kembali dari supermarket.

***

Euginia, perempuan berambut lurus itu, menatap pintu kamar yang selama ini kosong di apartemen Baskara. Baru saja dia mendengar suara pintu yang dikunci dari dalam dan membuatnya terdiam cukup lama. Tatapan Euginia beralih pada anak bungsunya. Baron sedang berdiri tak jauh dari pintu kamar kosong itu. Bukan tentang mengapa Baron berdiri diam di sana, tetapi tatapan Baron yang mengarah ke pintu lah yang membuat Euginia heran.

"What's that...?" tanya Euginia sambil menatap Baron. "Baron?"

"Yes, Mom." Baron berbalik, lalu berlari kecil ke arah mamanya dan naik ke sofa. Dia duduk di samping mamanya tanpa membahas pintu dan seseorang yang dilihatnya di dalam kamar itu."Kakak di mana?"

"Masih di sekolah. Kenapa? Kangen sama Kakak?" tanya Euginia sambil mengelus pipi Baron.

"Kangen."

Euginia mendengarkan jawaban Baron sambil menatap pintu kamar tadi. Dia lalu mengeluarkan sebuah buku bergambar dari dalam tas milik Baron dan pensil warna, lalu menaruhnya di atas meja. Setelah memastikan Baron fokus pada buku bergambarnya, Euginia beranjak dari tempat itu dan berhenti di depan pintu kamar yang membuatnya curiga. Tangannya memegang kenop, tetapi dia mengurungkan niatnya untuk menekan kenop pintu itu dan memilih untuk berjalan ke dapur.

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang