4 ] tuyul

154 23 5
                                    


Becak yang di tumpangi lima pemuda berseragam SMA itu telah sampai di halaman sebuah rumah berlantai dua. Empat orang turun dengan kaki bergetar dan wajah pucat, sedangkan satu nya lagi turun dengan santai, bahkan wajahnya tidak menunjukkan raut bersalah sedikit pun.

"Baru segitu aja udah pucet lo pada, gimana kalau di bonceng valentino Rossi? meninggoy gue rasa" ejek Abimanyu pada temannya yang terduduk lemas.

Saka melirik sinis Abimanyu "kau akan menyesal, Ani!" Ucap nya penuh penekanan

"Tidak Rhoma!" Jawab Abimanyu histeris

Dian, Dimas dan Chiko hanya menatap drama gratis keduanya tanpa minat. Tangan mereka masih bergetar, nyaris saja mereka tewas terlindas truk Pertamina saat Abimanyu menyalip dengan sembarang.

"Bi, gue tau, lo capek sama hidup lo, tapi-" Dimas menjeda ucapannya, menarik nafas panjang sebelum berteriak "KALAU MAU MATI JANGAN NGAJAK KITA SETAN!"

"Dosa gue masih berserak, Bi. Kayak pacar nya si Dian" Chiko menambahi

Dian melirik Chiko sinis, gak salah sih apa katanya, pacar nya masih berserak di sana dan di sini otomatis dosa nya juga berserak dong!.

"Iri? Bilang bos!"

"Cih, baca Qur'an surah Al-isra' ayat 32 makanya!"

Dian terkejut, tangannya refleks memukul kepala Chiko "gue Katolik, bujang!"

   

           ♠                °^°                 ♠             

Abimanyu duduk sendiri di meja makan, rumah nya sepi. Sejak tadi ia duduk di temani sebuah gelas dan HP di tangannya.

Sejak tadi Abimanyu mengirim pesan di grub milik mereka berlima, tapi tidak ada satupun dari mereka yang membalas pesan nya.

Abimanyu berdecak kesal "ini pada kenapa sih? Rumah sepi, grub juga sepi!" Tangan nya bergerak mengambil gelas ingin meminum kembali minumannya "ini siapa lagi yang minum? Kok habis gini!" Abimanyu semakin kesal, kala mendapati gelas nya sudah kosong.
Padahal sejak tadi ia sendiri yang minum.

"Ihh.. kesel banget gue, baru juga jam 3, pada kemana sih?!"

"Mending nelfon Dian deh" jari Abimanyu menggulir layar HP nya, setelah menemukan kontak Dian, ia langsung menekan dan menelfon nya

Panggilan pertama langsung di jawab oleh Dian di seberang sana

"Halo, yang?"

Abimanyu mengerutkan alis nya, mendengar ucapan Dian "yang? Pala lo peyang! Ini gue, Abimanyu!"

Di seberang sana, Dian mendengus kala melihat nama Abimanyu terpampang di layar HP nya "Apaan sih, Bi? Nelfon jam segini"

"Gue gabut, yan. Lo ngapain sih?"

Terdengar decakan kesal dari Dian "ya tidur lah bujang!"

Abimanyu menjauhkan HP nya dari telinga karna Dian ngegas "biasa aja dong nyet, ngegas mulu lo Sangkuriang"

"Ya lo kagak ngotak, jam 3 pagi nelfon orang! Udah gue mau tidur! Bay anak pungot!"

Tut.

Panggilan di putuskan sepihak oleh Dian. Abimanyu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil cengengesan sendiri. Ia lupa kalau ini sudah dini hari

"Namanya juga manusia, pasti ada lupa nya" ucap nya santai sambil berjalan menaiki tangga menuju kamar

4 anak tangga sudah di lewati, tapi ia merasa ada yang tidak beres di sekitarnya. Bulu kuduk nya merinding tiba-tiba, seakan mendukung suasana, sekarang lampu tiba-tiba berkedip di susul suara langkah kaki seseorang

Semesta Yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang