Slayy💅 prend ; sorry gajeTeriakan Abimanyu memenuhi seisi kamar, bayangkan saja betapa sakit pinggang nya yang di tekan hingga berbunyi 'kretek'
"UDAH, BU. UDAH!"
"Belum, den. Ini masih harus di lurusin lagi"
Dian dan Dimas sudah lelah tertawa sejak tadi melihat Abimanyu yang begitu tertekan. Mereka bahkan dengan semena-mena menggoda Abimanyu, melakukan hal-hal yang membuat Abimanyu jengkel seketika
"Bi Abi, tarik nafas lalu buang secara Slayyy" Dian menyuruh Abimanyu untuk lebih tenang, namun dengan raut merah menahan tawa
Dimas berdehem sejenak, berusaha menahan tawanya "lek ku... Slay lek ku slay... Tarik nafas terus jangan di buang"
"Lo semua-- ADOHHH!" Abimanyu mengigit bantal nya kuat, pinggang nya serasa di patah kan dengan begitu kasar saat ini
Chiko dan Saka hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Dimas dan Dian, mereka sejak tadi hanya duduk sambil merekam penderitaan Abimanyu. Mereka juga mana mau melewatkan momen langka seperti ini
Seakan belum puas, Dian mendekati Abimanyu tangannya dengan jahil mencolek dagu pemuda itu "gue ada tebak-tebakan buat lo. Kalau gak bisa jawab, kepala lo hilang hari ini juga"
Terdengar menyeramkan disaat Dian mengucapkan kalimat itu di Sertai mimik wajah yang menakutkan, seringainya yang terlihat creepy membuat Abimanyu merinding seketika
"Ayam ayam apa yang bisa nyebrangin lautan?" Dian memulai pertanyaan
Dalam hati, Abimanyu mengabsen ratusan nama hewan yang di tujukan untuk empat sahabat nya, terutama Dian. Mereka seperti memanfaatkan keadaan Abimanyu saat ini untuk bersenang-senang
Abimanyu terjengit begitu merasakan sakit di pinggangnya "gak tau gue" jawab Abimanyu pasrah, ia bahkan tidak memikirkan tentang ayam aneh apa yang nekat menyebrangi lautan. Segabut itukah unggas yang satu itu?
"Ayam nekat" bisik Dian, setelah itu ia tertawa bak orang kesetanan "HAHAHHAAHHAHAHA"
Hal itu tentu di ikuti oleh Dimas, yang suara tawanya tak kalah kencang dari milik Dian. Mereka saling merangkul dan tertawa keras bersama.
Tidak lama dari itu, suara emas milik Chiko ikut menyusul, bahkan suara tawa pemuda itu lebih parah dari milik Dian dan Dimas. Chiko ikut tertawa karna melihat Dian dan Dimas tertawa, entah mengapa suara tawa mereka berdua tertular kepadanya.
Wanita paruh baya yang sejak tadi melihat kelakuan mereka hanya bisa terkekeh di sela tugasnya "nah... Tahan sebentar ya, den. Ini yang terakhir"
Abimanyu tentu kalut mendengar itu. Ia bukan baru kali ini saja di urut seperti ini, ia hafal betul jika sudah di bilang yang terakhir, maka rasanya akan mak nyus.
"Bismillah" gumam wanita paruh baya itu
Abimanyu sudah memejamkan matanya, bersiap untuk menerima sentuhan terakhir di pinggang nya
Kretek
Dutt!
"Anjing! Gak sopan" seru Dian setelah Abimanyu membuang gas perut nya bersamaan dengan bunyi di pinggang pemuda itu
Abimanyu sudah tergolek lemas, pinggang nya masih terasa sakit. Malah semakin sakit.
Dimas mengipas area sekitarnya menggunakan kipas kecil yang ada di meja kamar Abimanyu "Lo habis makan telur busuk?! Bau kentut lo udah cukup buat bunuh seluruh koruptor Indonesia, bi!" Omelnya sambil menutup hidungnya sendiri
Chiko dan Saka sudah berlari keluar kamar, mereka berdua masih cekikikan. Entah mengapa kejadian tadi cukup menggelitik perut keduanya.
"Mbok!" Panggil Saka pada wanita paruh baya yang tadi mengurut Abimanyu. Wanita paruh baya itu berjalan sambil tersenyum ke arah dua pemuda yang ada di pintu. Tidak ada yang tau, di balik senyum itu, ia sedang menahan gejolak mual yang luar biasa. Sungguh gas yang Abimanyu keluar kan bukan kaleng-kaleng.
Chiko mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantung celana jeans nya untuk di berikan kepada wanita paruh baya di depannya " makasih ya, mbok." Ucapnya sambil menyodorkan uang itu
Yang di beri langsung menolak dengan sopan "kebanyakan itu, den. Ngasih nya yang biasa saja"
"Ihh gak boleh nolak rezeki, mbok" Chiko langsung menyerahkan uang tersebut ke tangan wanita di depannya dengan paksa
"Matursuwun ya, den. Mbok pamit pulang dulu"
"Biar saya anterin, mbok" ucap Saka, matanya memandang Abel yang baru masuk ke dalam rumah sambil menenteng dua plastik yang entah apa isinya "ayo, mbok"
Saat di tangga, Saka langsung menodong Abel dengan tatapan memelas. Yang lebih tua tentu heran melihat teman adiknya ini
"Kenapa lo?" Tanya Abel sangsi, perasaan nya tidak enak jika seperti ini
"Pinjem motor dong, bang. Buat anterin si mbok pulang"
"Lah lo kan bawa odong-odong tadi"
Plak!
Lengan Abel terasa panas saat Saka mendarat kan pukulan maut nya "buat bantu orang tua! Jangan medit lo!"
Mau tidak mau, Abel langsung menyerahkan kunci motor KLX nya kepada Saka "eh, lo bonceng emak-emak, yang bener aja mau bawa KLX!" Seru Abel ketika menyadari siapa yang akan Saka bonceng
Saka tidak perduli, ia terus berjalan keluar rumah menghampiri orang yang akan ia antar.
"Den, beneran ini saya mau di antar pulang pake motor ini?"
Saka yang sudah duduk apik di jok motor, melihat kebelakang nya sebentar " iya, mbok. Tenang aja"
Agak sedikit gila, namun tidak apa. Yang benar saja wanita yang sudah hampir setengah abad di bonceng malam-malam menggunakan motor KLX yang tempat duduknya hanya seimprit.
"Aduhh saya jadi gak yakin ini, takut ngejengkang kebelakang"
Saka terkekeh mendengar itu, posisi wanita itu duduk saja sudah membuat nya ikut sangsi sebenarnya.
"Mbok pegangan ya, saya gak akan balap kok""Aduhhh mau pegangan dimana, den. Gak ada besinya gini buat pegangan"
"Pegangan ke saya aja, mbok. Peluk juga gak apa-apa biar mbok gak takut"
Anjay baper!
Motor Saka jalankan dengan kecepatan sedang, ia tidak mau mengambil resiko untuk wanita paruh baya di belakang nya ini. Di jalan, Saka mencoba memecah keheningan dengan mengobrol kecil dengan wanita itu
Si mbok terkekeh pelan "saya jadi ngerasa muda lagi, di bonceng sama den Saka gini"
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Yang Sama
Fanfiction5 sekawan 1000 masalah 1 solusi ~Semesta Yang Sama~