Abimanyu duduk seorang diri di tepi sebuah danau yang biasa menjadi tempat ia dan teman-temannya melepas lelah dan masalah. Tangannya menggenggam sebuah batu kecil yang ia ambil dari jalan tadi
Matanya menatap tajam hamparan air itu dengan begitu serius, wajahnya terlihat pias. Rahangnya mengeras begitu saja kala merasa gejolak lain kembali muncul yang membuat nya harus menggenggam batu tersebut dengan lebih erat.
Biasanya ia akan datang bersama keempat temannya kesini, melepas segala masalah dengan melempar puluhan batu kerikil masuk kedalam danau. Rasanya begitu puas, kala melampiaskan rasa kesal dan sesal dalam hidup dengan melempari hamparan air itu dengan batu, seolah-olah masalah yang datang menerpa ikut tenggelam bersama kerikil itu.
Namun kini rasanya berbeda, abimanyu tak melakukan kebiasaan itu, ia hanya terus menggenggam kerikil tersebut tanpa berniat melemparkan nya
"ck! Sialan!" ia geram sejak tadi, niatnya ingin menenangkan diri hancur begitu saja karna sesuatu yang datang tanpa di undang "kenapa harus sekarang sih, anying!"
Kepalanya menoleh kesana-kemari mencari sesuatu namun tak kunjung ia dapatkan membuat rasa geramnya naik dua kali lipat dari yang sebelumnya.
"Saka sialan!" mulutnya terus menggerutu tak jelas, kepalanya masih menoleh kesana-kemari seperti mencari sesuatu untuk di lampiaskan. Sejenak ia memperhatikan air danau yang begitu tenang, fikirannya terbang bebas membayang kan seberapa dalam danau itu
"dalem gak, ya? Orang-orang bakal nemuin gak kalau disini" Abimanyu terus memperhatikan sekitarnya, memastikan tidak ada yang akan menghalangi niatnya kali ini
"ARGHHH!" teriakan pemuda itu terdengar begitu keras di tepi danau, ia memukuli tanah dengan perasaan yang begitu geram "hamba gak tahan lagi ya Allah"
"ARGHHHH--"
"woi! Bang!" seruan seorang anak kecil membuat Abimanyu berhenti berteriak "ngapain teriak-teriak di situ?! "
Abimanyu hanya diam, matanya masih memandang dua bocah laki-laki yang masing-masing dari mereka menaiki satu sepeda
"kayanya si abang depresot, deh" bisik bocah laki-laki dengan baju boboiboy nya
Bohong jika mengatakan Abimanyu tidak mendengar hak tersebut. Ia mendengar nya, bahkan sangat jelas. Namun untuk membalas ucapan bocah-bocah itu, ia tidak bisa sekarang, gak tau nanti
Tanpa mempedulikan dua bocah yang masih setia memperhatikan nya, Abimanyu kembali menatap danau di depannya. Ia menarik nafasnya dalam dan...
"ARGHHHH" ia berteriak kembali, wajahnya memerah dengan tangan yang semakin erat menggenggam batu yang sejak tadi berada di kepalan tangannya
Dengan inisiatif, kedua bocah itu menghampiri Abimanyu dengan rasa was-was
Salah satu bocah dengan baju upin dan ipin mengintip wajah Abimanyu sekilas "gelo apa, ya? " ucapnya sambil menatap sang teman
"ih masa ganteng-ganteng gelo sih! " bocah dengan baju boboiboy menepuk bahu Abimanyu beberapa kali "bang? Waras kan?"
"ARGHHH! " bukannya menjawab, Abimanyu malah kembali berteriak hingga membuat dua bocah yang ada di samping nya berjengit kaget
"TUH KAN! SI ABANG GELO!!" seru si baju upin ipin sambil menaiki sepedanya beraiap untuk pergi
"bang, kalau di tanya tuh jawab yang bener. Jangan malah teriak, emang abang gak tau ya kalau suara itu termasuk aurat?" bocah dengab baju boboiboy itu dengan berani duduk di depan Abimanyu "tapi muka abang kaya nahan sesuatu. Abang nahan emosi ya?"
"kalau emosi itu jangan di tahan bang. Nanti kalau di tahan bisa meledak, terus bisa ngelukai diri abang sendiri dan bahayanya bisa ngelukai orang gak bersalah di sekitar abang "
"lo berdua mending pergi deh, cil." Usir Abimanyu pada dua bocah yang setia menatapnya, seolah-olah Abimanyu adalah orang gila yang bisa kapan saja nekat melompat kedalam danau
"bang" si baju upin ipin turun dari sepeda nya, ia memegang bahu abimanyu "abang bisa ceritain ke kita kok, jangan kaya gini" titahnya dengan begitu bijak
"walau kita ini masih kecil, tapi kita bisa kok jadi tempat abang berkeluh kesah. Karna kita sama-sama manusia yang nantinya juga bakal ngerasain yang namanya masalah hidup"
Abimanyu menggeram frustasi "emang lo berdua mikirnya gue bakal ngapain?"
Dua bocah itu saling bertatapan, dan dengan kompaknya mereka menjawab "bunuh diri"
"YA KALI GILAK!" Abimanyu berseru keras, haduhhh susah nih udah di ujung tanduk rasanya
"terus ngapain abang lirik sana sini terus teriak-teria?"
"gue kebelet BAB! Ngapa? Gak suka lo? Ha?!"
Bocah yang memakai baju upin ipin mendengus "santai dong, bang!"
"ohhhh!" tiba-tiba yang satu berseru sambil menunjuk wajah Abimanyu dengan tampang tengil "abang pasti mau buang air di danau kan?" Abimanyu langsung memasang wahah tak terima, bocah itu masih melanjutkan hipotesis nya "makanya abang lirik kanan kiri buat mastiin gak ada yang mergokin abang lagi buang hajat di sini"
"sok tau lo, cil!"
Plak
Bocah yang menggunakan baju boboibiy memukul Abimanyu kencang
"abang mau mencemari lingkungan kita ya? Emang gak cukup oknum-oknum yang gak bertanggung jawab ngerusak ekosistem air? Abang mau jadi salah satu dari mereka?"Abimanyu menggenggam batu semakin erat, haduhhh bahaya ini.
"dari pada ceramah lo berdua di sini, mending pergi sana. Cepet!""dih, maksa" serempak dua bocah itu menyebalkan
***Dian, Dimas, Chiko dan Saka berkeliling sejak tadi menggunakan Avanza. Pencarian darurat yang di lakukan di jam pelajaran sekolah ini cukup beresiko sebenarnya. Namun, apa boleh bulat? Eh, buat?
"tu cebong kemana sih?" Chiko kesal sendiri sejak tadi, selain tidak tahu harus mencari kemana, ia juga sedikit sangsi dengan keadaan mereka yang berseragam sekolah namun berkeliaran seperti ini. Bagaimana kalau ada razia? Bisa di tangkap satpol mereka.
Saka fokus menatap jalan, kaca helm nya yang sesekali jatuh membuat matanya berkedip kaget. Beruntung Dian yang penuh pengertian langsung mencopot helm Saka
Dimas yang mendapat jatah menyetir Avanza juga tidak tahu harus kemana, jadi ya... Sejak tadi hanya memutari bundaran tugu patung pahlawan yang ada di jalan. Ketiga teman yang saat ini duduk manis di jok becak tidak ada yang menyadari hal itu.
Dian membuka kaca helm nya, memperhatikan sekitarnya yang terasa sama sejak satu jam lalu "ini kita cuma keliling di sini doang, ya?"
"iya" Dimas menjawab tanpa beban, sungguh manusia itu.
Chiko memukul kepala Dimas yang berbalut helm, hingga kaca helm pemuda itu jatuh "agak bangsat berperisa bangke anak ini!"
Chiko ingin lanjut ngomel, jika saja HP nya tidak bergetar menandakan sebuah pesan masuk.
Nama abimanyu terpampang jelas, Chiko membaca pesan itu dengan serius, mencermati dan meresapi setiap kata yang di kirim. Sesekali kaca helm nya jatuh, mengganggu konsentrasinya."Anjir!" Chiko memekik keras, membuat empat temannya terkejut. Tanpa mau berbasa-basi, Chiko memperlihatkan isi pesan Abimanyu pada etiga temannya.
Dimas ikut membaca pesan tersebut, tanpa perduli kalau saat ini mereka tengah berhenti di tengah jalan hingga menyebabkan beberapa pengendara harus menekan rem mereka secara mendadak.
🐸Abimonyet🐸'gue lagi mau sendiri, gak usah di cari ntar juga gue pulang. Gue mau berenang dulu bro. See you. Gue sayang kalian'
***Sy nulis nya sambil ngelindur makanya ngawur
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Yang Sama
Fanfiction5 sekawan 1000 masalah 1 solusi ~Semesta Yang Sama~