2 ] Ohhh

273 27 25
                                    


Kelas XI IPA 2, yang terisi oleh 25 siswa dan siswi, termasuk 5 sekawan sejalan sehidup tak sampai mati ini.

Kelas mereka lagi-lagi di isi oleh pelajaran Matematika wajib, padahal tadi, sebelum istirahat mereka juga sudah di suguhi angka dan rumus dari Matematika peminatan.

Pak Anto, sudah berulang kali menjelaskan materi yang sama sejak 1 jam lalu, mereka, lebih tepatnya Abimanyu, Dian, dan Dimas bolak-balik bertanya, mereka melontarkan pertanyaan yang itu itu saja.

Seperti, bagaimana bisa rumus yang hanya terdiri dari beberapa angka dan huruf bisa menghasilkan jawaban yang memakan hingga 1 lembar buku.
Bagaimana bisa rumus yang ini tidak menghasilkan jawaban sama sekali.
Bagaimana bisa soal di contoh berbeda jauh dengan soal latihan.

Pak Anton lelah menjelaskan, dan sudah tidak mau bertanya "ada pertanyaan" pak Anton bersumpah tidak akan mengucapkan kalimat tanya itu di kelas XI IPA 2

"Bagaimana? mudah bukan?" Tanya pak Anton, setelah selesai menjelaskan

"BUKAN!!" Jawab seluruh warga kelas dengan kencangnya.

"Bodoh! Sejak tadi saya menjelaskan tidak satupun dari kalian mengerti? Kalian ini anak IPA lho" omel pak Anton karna terlampau lelah dan geram

"Emang kenapa kalau kami anak IPA?" Tanya Dian santai

Pak Anton melotot marah "seharusnya kalian faham dengan materi semudah ini!"

Abimanyu terkekeh pelan, kepalanya terus berfikir kejadian berikutnya, pasti akan seru "yah, kalau yang ngajar bukan bapak, pasti kami sudah faham walau dengan satu kali menjelaskan"

"Lalu, kenapa kalian tidak protes jika cara saya menjelaskan tidak cocok dengan kalian?"

Sontak saja Abimanyu dan keempat teman nya tertawa, mengundang pandangan heran dari pak Anton. Seluruh kelas hanya diam dan menyimak, isi hati mereka akan segera tersampaikan oleh 5 sekawan ini

"Pak, bukannya murid disini sudah sering protes ya dengan cara belajar bapak?" Pertanyaan dari Saka semakin membuat pak Anton naik pitam "tapi apa jawaban bapak? Bapak bilang" saka mulai berdiri dan memperagakan gaya pak Anton ketika mengomel saat ada yang protes
"Kalau tidak suka dengan cara saya mengajar, silahkan keluar! Makanya perhatikan soal dan fahami dengan baik! jangan banyak bertanya, jawab sesuai kemampuan kamu!"
Seisi kelas menahan tawa saat Saka berhasil memperagakan bagaimana menyebalkan nya guru matematika yang satu ini.

"Tidak sopan! Dimana tata Krama kamu Adriel Saka Dirgantara?!" Tanya pak Anton dengan emosi

"Di orang yang tepat" jawab Saka santai

"Begini pak, biar saya luruskan" ujar Chiko dengan tenang "bapak mengajar kami sudah seperti mengajar anak dengan IQ 190, bapak hanya menuliskan rumus di papan yang hanya mencakup 1 nomor saja, menyuruh kami membaca LKS dan harus di fahami sendiri. Menurut bapak, bagus kah cara anda begitu?" Chiko sebenarnya geram dan ingin ngegas di depan gurunya itu, namun ia masih memiliki tata Krama, bagaimana pun yang sedang mereka hadapi ini adalah seorang guru, yang juga seorang manusia.

Pak Anton semakin marah, dan memilih segera membereskan buku paket dan Laptopnya, ia akan segera pergi dari kelas ini, walau waktu mengajar nya masih ada sekitar setengah jam lagi.

"Saya gak butuh murid seperti kalian, gak mendidik kalian pun gaji saya tetap ngalir" desis nya sambil merapikan buku

"Ohhh, jadi selama ini cuma buat duit ya? Kenapa gak jadi koruptor aja pak? lebih banyak tuh duit nya" ucap Dimas enteng "kalau memang niat jadi guru mah, ngajar dengan hati pak, bukan malah makan ati"
kekehan keluar dari bibir mereka berlima, tanpa rasa takut mereka akan mengeluarkan semua unek-unek dalam hati selama pak Anton mengajar di kelas mereka.

Pak Anton tersedak ludah nya sendiri, beradu argumen dengan 5 anak ini akan membuat nya terkena serangan jantung mendadak. Semua perkataan mereka membuat nya tertohok.

Setelah selesai, pak Anton berlalu meninggalkan kelas begitu saja. Ia akan melaporkan 5 siswa ini kepada wali kelas mereka, dan di pastikan akan terkena sanksi.

"Ada-ada aja guru zaman sekarang" ucap Abimanyu geleng-geleng kepala sambil berkacak pinggang.

Keempat sahabatnya memandang julid ke arah Abimanyu " dih, keren lo begitu?!" Tanya mereka berempat serentak, Abimanyu mendecih sambil kembali duduk di bangkunya.

"Gue mau tanya" ujar Chiko dengan suara lantang, mengalihkan perhatian seluruh penghuni kelas ke arahnya, Chiko jadi salting sendiri karna di tatap oleh 24 orang di ruang kelas "gue ganteng ya?" Tanya Chiko penuh percaya diri. Karna Chiko juga manusia normal yang memiliki rasa PD seperti manusia lainnya.

Dimas rasanya ingin menebas kepala pemuda blasteran Cina itu sekarang juga "mau ku libas kau?!" Serunya kesal

Chiko terkekeh kecil "gue mau nanya sama lo semua, kecuali 4 Buto ijo di samping gue ini. Kenapa lo semua gak ada yang berani buka suara atau protes gitu sama cara pak Anton ngajar, lo semua mau sampe jenggotan gak pinter Matematika karna dia?" Sarkas Chiko, semua orang di kelas kecuali 4 teman nya, tertunduk lesu.

Bahkan si ketua kelas yang mulutnya titisan bon cabe pun diem-diem bae dia kalau berhadapan sama guru, walau dia tau guru nya salah.

Dian menoleh ke arah si ketua kelas "Hesa, lo diem-diem bae, lo kan ketua kelas harus 'LAKIK' dong!"

"Lo sebagai ketua kelas, harusnya bisa jadi perantara kita kalau ada kejadian kayak tadi. Lo jangan cuma sembunyi di balik jabatan lo di kelas, lo punya kewajiban di sini!" Saka berbicara dengan santai namun tersirat ketegasan dalam kalimat nya, sedangkan Mahesa hanya bisa diam dan mengangguk sesekali.

"Gue gak berani ngelawan, gue takut beasiswa gue di cabut kalau macem-macem" lirih Mahesa kepala nya tertunduk lesu

Chiko menaikkan alisnya tangannya ia lipat di dada "Lo takut? Semesta kita masih sama cuk, mereka manusia lo juga manusia! Beasiswa lo gak bakal di cabut karna masalah gitu doang"

"Heh pohon toge, lo punya kita, kalau beasiswa lo di cabut, lo masih bisa sekolah, nanti sultan kita yang bayar" ucap Abimanyu santai sambil merangkul pundak Chiko "iya gak?"
Chiko mah ngangguk bae dia.

"Lo juga punya kita berlima, nanti kita maju paling depan buat belain lo"  Dimas berusaha bijak, karna neng crush lagi liatin dia. Biar gimana pun Dimas ini manusia biasa yang ingin di taksir balik sama orang idaman nya

Mahesa tersenyum senang, di balik kalakuan setan mereka ternyata masih terselip hati malaikat dalam diri mereka "Makasih ya"

"Sama-sama manies" jawab Dian dengan nada menjijikkan. Biawak satu ini tidak memandang gender ternyata

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

~•Semesta kita masih tetap sama,
    Tenang saja•~

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semesta Yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang