7 ] ruang BK

128 20 2
                                    

6 siswa dengan tingkat kelas yang berbeda, menunduk lesu menikmati
Segala omelan dari beberapa guru yang mengadili mereka. Di ruangan tersebut juga terdapat kepala sekolah, pria paruh baya itu sesekali memijat pangkal hidung nya karna terlampau setres dengan kelakuan 6 siswa nya pagi ini.

"Mau kalian apa sebenarnya?! Kalau seperti ini terus, kalian bisa kami keluar kan dari sekolah ini!" Bentak Bu Dera, selaku guru BK "kelakuan kalian lebih mencerminkan sebagai seorang preman dari pada seorang siswa!"

"Dan kalian!" Bu Dera menunjuk Abimanyu dan ke-tiga temannya penuh penekanan "kelakuan kalian kali ini sudah di luar batas! Kalian membuat keributan di lingkungan sekolah sepagi ini hingga melukai orang lain!"

Abimanyu mendongak, menatap balik sang guru "kenapa kita yang di salahin, buk?!"

"Melawan kamu!"

"Saya bertanya, buk!" Bentak Abimanyu tanpa rasa takut sedikitpun

Plak

Satu tamparan dari Bu Dera melayang bebas ke pipi kiri Abimanyu "tidak ada sedikit pun kesopanan dalam diri kamu, Caisar! Setelah memukul kakak kelas sekarang kamu membentak guru kamu!" Beberapa guru menahan Bu Dera ketika akan melayang kan satu tamparan lagi di pipi Abimanyu

"Teman saya juga di pukul sama si jamet itu, buk!" Seru Saka emosi karna Bu Dera terus menyalahkan mereka berempat sejak mereka masuk tadi

"Lagian yang memulai semua ini adalah dia!" Dian ikut buka suara dan menunjuk Rio dengan emosi yang menggebu-gebu "dia lah yang memukul Abimanyu terlebih dahulu!"

Dimas mengangguk mantap "jadi kenapa hanya kami yang sepenuhnya di salahkan?"

"Kalian berempat semakin kurang ajar, kami tidak akan ragu untuk mengeluarkan kalian jika ini terulang lagi!" Bu Dera kembali bersuara, bahkan wajahnya terlihat merah saat ini

Rio dan Alvin tersenyum samar, mereka berdua merasa dibela secara tidak langsung

Abimanyu menatap para guru dengan tatapan bengis "seharusnya kalian bisa lebih adil!" Abimanyu menunjuk Bu Dera "dan anda! Anda menyalahkan saya sepenuhnya atas keributan pagi ini, padahal bukan saya yang memulai nya! Dia lah yang memukul saya terlebih dahulu"

"Itu karena lo nabrak gue!" Balas Rio membela diri

"Tangan lo patah habis gue senggol tadi?" Tanya Abimanyu "tangan lo buntung habis gue senggol gini?!" Abimanyu mempraktekkan kembali saat ia tidak sengaja menabrak bahu Rio "enggak kan!"

"ABIMANYU!"

"Kalian, DIAM!" Tekan sang kepala sekolah "saya akan memberikan skors dan memanggil orang tua kalian berempat setelah ini!"

Brak

Abimanyu menendang meja di depannya dengan keras "oke! Sekarang bukan hukum negara saja yang tidak adil, hukum di sekolah pun tidak kalah sampahnya dengan hukum negara kita! Sampah kalian semua" Setelah mengatakan itu, Abimanyu pergi meninggalkan ruang BK dengan emosi yang menggebu-gebu di ikuti oleh ketiga temannya. Teriakan yang memanggil mereka dari ruang BK tidak di indah kan sama sekali

Dalam kepala Abimanyu terus berfikir, bagaimana bisa yang terlibat pertengkaran 6 orang tapi yang di adili hanya 4. Kenapa hanya orang tua nya dan teman-temannya yang di panggil karna kasus ini, bagaimana dengan orang tua dua kakak kelas nya itu? Pertengkaran tidak akan ada jika Rio tidak main otot terlebih dahulu tadi.

"Gak ada otak memang, yang terlibat 6 yang di adili cuma 4" desis Dimas emosi sambil menendang tong sampah di lorong koridor.

Chiko berlari tergesa-gesa menuju kantin yang ada di belakang sekolah, kantin itu biasa digunakan oleh anak-anak yang sering bolos mata pelajaran. Tujuan Chiko datang kekantin ini adalah untuk menemui keempat sahabatnya.

"Kalian gak apa-apa kan?" Tanya Chiko begitu duduk di samping Dimas yang sedang asyik minum nutrisi hangat sambil mengompres pipi nya dengan serbet

"Kita di skors, orang tua kita juga di panggil" jawab Saka

Chiko menutup mulutnya karna terkejut, jujur saja mereka memang nakal sangat nakal malah namun belum pernah di skors apalagi di panggil orang tua seperti ini "kalian serius?" Tanya Chiko sekali lagi

Mereka berempat serentak mengangguk, di wajah mereka terdapat sedikit lebam, namun milik Abimanyu lah yang paling parah.

"Dan parahnya lagi, si Dera nyalahin kita mulu" ucap Dian dengan nada kesal yang menggebu-gebu, ia bahkan menyebut nama guru nya tanpa embel-embel 'bu'

Chiko mengernyit bingung "maksudnya?"

"Dia nyalahin kita mulu cok, gue juga gak tau kenapa. Dan yang di skors itu cuma kita doang, dua jamet itu enggak"

Brak!

Suara gebrakan meja yang Chiko hasilkan membuat beberapa orang yang ada di kantin terkejut, termasuk keempat sahabat Chiko sendiri.

"Gak adil, anjir!" Pekik Chiko "labrak labrak!"

Abimanyu berdecak pelan "udahlah" ucap nya singkat, nadanya datar wajah nya pun tak kalah datar juga. Kemarahannya masih belum reda, jika tidak ingat ini sekolah ia pasti sudah membakar tempat ini Sekarang juga "gue sebenernya fine fine aja kalau harus di skors,karna ini juga salah gue kan, tapi yang buat gue marah itu, kelakuan mereka yang gak adil sama sekali, masa kita doang yang di salahin sedangkan 2 Jamet itu gak di kasih hukuman apapun sama sekali"

Dimas menghela nafas berat, tangannya terkepal erat diatas meja
"Emosi gue sumpah!"

"Orang tua kita juga sempat protes tadi karna nggak adil, tapi si Dera itu ngotot plus nyolot banget anjir ngebelain dua jamet itu" ucap Saka dengan menekan kata Dera saking kesal nya "kita berempat sampe di tampar ayah gue, karna masalah ini"

"Seriusan?" Chiko terkejut mendengar mereka di tampar oleh ayah Saka, pasalnya ayah Saka itu orang yang terkesan lembut dan jarang marah.

"Serius" jawab Dian "kita udah di gampret ayah Saka, terus di omelin ayah gue habis-habisan"

"Hp kita berempat juga di sita ayah gue" Dimas menambahi, bahunya merosot pada sandaran kursi plastik yang mereka gunakan "dan selama di skors ini, kita harus ke rumah Abimanyu tiap pagi buat ngejalanin hukuman yang di buat ayah kita semua"

Chiko ingin tertawa sebenarnya, ayah mereka benar-benar bekerja sama menghukum sahabat-sahabatnya
"Semangat bapak-bapak" Ucap Chiko, ia tidak tau harus mengatakan apa lagi, rasanya ia lebih ingin tertawa dari pada menyemangati empat sahabatnya itu.

Abimanyu mendengus kesal, ia memperhatikan raut wajah Chiko sejak tadi. Jelas sekali anak itu menahan  tawa yang akan meledak jika terus di tahan "kalau mau ketawa, ketawa aja jangan di tahan, entar kentut kalau terus di tahan"

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abi brut

Semesta Yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang