"ABIMANYU!""apaan? Buset!"
Seketika, empat pemuda yang sedang di landa kesedihan, mematung mendengar suara seseorang yang turut berteriak dari arah belakang.
Tidak ada yang menoleh, mereka masih mencerna apa yang baru di dengar
Byurr
"anjir, Chiko!" Dian langsung mengejar Chiko yang malah kembali masuk ke dalam danau "lo ngapain somplak!"
"nyari Abimanyu! Tadi gua denger dia nyaut"
Dian memukul air hingga cipratan itu membuat Chiko mengusap wajah nya "goblok! Kagak ada, itu cuma salah denger! Sekarang balik, kita mesti ngabari ayah nya!"
Bukannya kembali, Chiko malah berenang semakin jauh meninggalkan Dian. Banyak drama jamet ini.
"woi balik anjay!" teriakan Dimas di abaikan oleh Chiko. "balik! Balik anjay balik!"
Chiko sibuk berenang mencari Abimanyu, sedangkan Dian sibuk berenang untuk mengejar Chiko.
"CHIKO! UDAH!"
"GAK BISA, GUE HARUS NEMUIN JASAD SI GOBLOK ITU!"
"DIA BELUM MATI, SAT!"
Chiko diam, mencoba mencerna "maksud, lo?"
"LIAT NOH!" dengan geram Dian memutar kepala Chiko, hingga pemuda bisa melihat seseorang yang sedang berdiri bersama Saka dan Dimas di tepi danau.
Sambil menggerak kan tangan agar tubuhnya tetap terapung di air, padahal mah air nya cuma sampe ketek dia doang, Chiko memandang Dian dengan bingung "bagaimana bisa ini terjadi, teman?"
"aku pun tidak mengetahui nya jamet, jadi ayo kita keluar sekarang"
Gak bisa serius, buset.
Di sisi lain, Abimanyu tercengang melihat kondisi teman-temannya, apa lagi Saka, anak itu terduduk lemas sambil menatap terkejut ke arahnya, tangannya menggenggam sebuah sepatu putih, mulut nya terbuka, seragam nya basah kuyup, rambut nya acak-acakan, memprihatinkan sekali.
"lo demit, bukan?" celetuk Dimas, pemuda itu memandang intens wajah Abimanyu "kita bakal nemuin mayat lo, bi. Tapi jangan gentayangan gini" nampaknya Dimas masih belum percaya Abimanyu yang di depannya ini manusia tulen.
"gue... Minta maaf, bi. Gue janji bakal kirim doa seminggu sekali" Saka seperti kehilangan akal sehat nya
Abimanyu hanya tetap diam, ia memandang lamat dua orang yang sedang berusaha mendekati tepi danau tanpa menghiraukan Dimas dan Saka yang sejak tadi berbicara
Ketika Chiko dan Dian berhasil sampai daratan, kedua pemuda berjalan perlahan ke arah Abimanyu yang masih mematung. Anak itu semakin membuat teman-temannya yakin kalau yang saat ini di hadapan mereka hanyalah arwah saja.
Bagai sebuah film, kini Saka berdiri dan ikut berbaris sejajar dengan Dian, Dimas dan Chiko kompak menatap Abimanyu di hadapan. Tidak ada yang bicara, mereka sibuk memperhatikan satu objek, dengan berbagai pertanyaan di kepala
Dimas melirik ke bawah, masih menapak, wajah nya pun masih menyebalkan "asli bukan nih?" celetuk nya pelan
Dian mulai ragu juga, pasalnya jika di perhatikan lebih dalam, wajah Abimanyu tidak meyakinkan "tapi, kok diem-diem bae?"
"bener arwah, kali?" Chiko menyahut "tapi muka dia kayak orang bener"
"Bego!" Maki Abimanyu pada empat pemuda di depannya
Yang di maki tentu saja membulatkan mata terkejut "NANI?" Serempak mereka
Dian mendekat kan mulut nya ke telinga Dimas "arwahnya sama ngeselin nya anjir" bisik nya yang tidak pelan
Dimas dengan sekonyong-konyong mencubit bibir Dian yang masih dekat dengan telinga nya "lo bisikin gue tapi sekabupaten bisa denger, gundul!"
Tidak menghiraukan perdebatan kecil antara Dian dan Dimas, Chiko selalu orang yang tingkat kewarasannya berada di angka lima pun mencoba membalikkan suasana
"Ini beneran lo kan, bi?"
Abimanyu meroling matanya malas "ya lo kira siapa? Gue gak sebodoh itu buat berakhir di tempat kaya ginian, nyet"
Tepat sasaran, Abimanyu menebak dengan tepat apa yang tadi di fikirkan oleh teman-temannya hingga mereka menangis histeris di pinggir danau
Saka yang sejak tadi menahan gejolak kesedihan di hatinya mulai melangkah perlahan, mendekati Abimanyu yang masih enggan bersitatap dengan dirinya
"Bi, sorry" lirih Saka saat ia berdiri tepat di hadapan temannya itu "gue gak maksud sumpah, lo bisa tonjok gue sekarang, bi. Gue ikhlas, asal lo jangan jauhi gue"
Abimanyu menarik nafas dalam, membuangnya perlahan dan membentangkan tangan, mengisyaratkan kepada Saka agar masuk ke pelukannya.
"Sini"
Tak peduli akan sekitar, Saka berhambur masuk ke pelukan sahabatnya. Menumpahkan penyesalannya sambil memeluk erat tubuh Abimanyu yang sebenarnya sudah sesak nafas.
"Jadi beda genre" gumam Chiko, namun sedetik kemudian ia menarik Saka menjauh kala melihat wajah Abimanyu memerah karna sulit bernapas "Gila anjay! Gak tobat juga lo!"
Meninggalkan Abimanyu yang menarik nafas dalam-dalam, Dian dan Dimas sibuk memperhatikan sepatu putih yang sempat Saka pegang.
Dimas ambil benda itu, mengamati nya dengan seksama, dan..."ANJERRR IKAN COKK!!"
Dian mengambil alih sepatu itu dari tangan Dimas, menumpahkan segala isi yang ada didalamnya. Dan benar, ada ikan didalamnya.
Dian geleng-geleng kepala "bukan maen, sekali ilang langsung jadi bolang"
"Tangkap Nemo tangkap!" Kini Abimanyu kembali pada mode normalnya, ia bergabung bersama Dian dan Dimas memunguti ikan-ikan kecil yang entah bagaimana bisa berada di dalam sepatu putih itu.
Chiko menarik nafas pasrah, ia mendudukkan diri diatas rumput tepi danau "nyesel banget ikut nangis tadi"
"Air mata gue kesedot lagi"
"KOK ISO?" Chiko bertanya heboh
"Lo Cina apa Jawa sebenarnya?" Saka memandang heran Chiko
"Sunda gue"
Tanpa basa-basi, Saka mendekat kan wajahnya pada wajah Chiko, tepat didepannya, hanya berjarak setengah centi saja.
"ORANG CINA MANA YANG BISA SUNDAAN?!"
"KANJUTT!!"
Chiko kaget setengah mati kala wajah Saka benar-benar tepat didepannya, gerakannya cepat pula. Bayangkan saja!
Tiba-tiba Abimanyu datang sambil memukul belakang kepala Chiko.
"KAMU ORANG CINA JANGAN KAYA ORANG CIBADUYUT!""HIDEUNG!!" Teriak Dian dan Dimas serempak sambil mengangkat seekor ikan kecil ditangan masing-masing.
TBC
Gess sorry kan saya yang baru up😌🙏
Aku bakal mulai rajin up book ini deh, janji saya tuhhh. Soal nya kmrn sibuk ngurus book yg sebelah 😌, kasian banget bujang ku yg ini terlantar tak berdaya setahun penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Yang Sama
Fanfiction5 sekawan 1000 masalah 1 solusi ~Semesta Yang Sama~