20) freak

77 17 5
                                    

Kendaraan roda tiga itu bergerak kencang, angin jalanan menerpa wajah-wajah anak SMA yang duduk di atasnya, tak jarang eksistensi mereka menjadi sorotan ketika berhenti di lampu merah.

"ganteng, ya" bisik seorang pengendara wanita yang berkebetulan berhenti di sebelah mereka

Meski di tutupi helm, telinga narsis Dian mana bisa melewatkan pujian itu.
Dengan gerakan slowmo, bujang itu membuka helm tak berkaca milik nya, menyugar rambut nya kebelakang, bersikap sok cool agar di lirik. Sikap Dian itu mengundang perhatian beberapa pengendara, terutama yang wanita muda, jarang-jarang kan ada cogan naik becak pake helm butut tapi muka oppa korea.

Menyadari ada kamera ponsel yang merekam, Dimas tidak mau kalah, ia buka helm abu-abu miliknya. Ia menggeleng berulang kali guna menambah kesan demage ketika rambut nya terkibas. Seragam yang masih melekat, ia rapikan dengan menggulung lengan almet maron yang di gunakan, lalu mendongak secara perlahan dengan lagak mempesona.

"anjir bentar lagi viral" ucap Dian yang baru menyadari ada beberapa kamera ponsel yang merekam mereka

Chiko dan Saka yang sejak tadi menahan ucapan maut mereka melihat tingkah double D hanya bisa meroling bola mata nya malas

"iya, ntar kalau di ajakin foto, kita bakal bilang..."

"nanti foto nya nanti, tapi minggir dulu!"

Dimas dan Dian secara serempak memperagakan salah satu artis terkemuka ibukota. Belum selesai mereka tebar pesona, Saka dengan perasaan geram lantas mencubit paha Dimas, mengisyaratkan pemuda itu untuk segera jalan karna lampu telah berubah warna.

Perjalanan kembali di lanjutkan untuk mempercepat penjemputan Abimanyu yang lokasi nya telah berhasil di lacak oleh Chiko.

"kiri, dim!" Chiko dengan cepat memberi aba-aba ketika mereka di hadapkan dengan persimpangan.

Entah karna terhalang helm atau memang suara Chiko yang terlalu kecil untuk masuk ke telinga congek Dimas, pemuda itu malah membawa mereka berjalan lurus

Plak!

satu pukulan mendarat di belakang helm, Dian lah pelakunya "KIRI MAMANG!"

Refleks yang bagus, Dimas langsung memutar arah tanpa banyak bicara seperti biasa nya. Padahal mah jantung nya udah jedar-jeder karna teriakan Dian yang hampir memecahkan gendang telinga nya

"kebanyakan caper tuh, makanya congek!" cibir Chiko tanpa ragu

Roda-roda itu mulai memasuki jalan aspal sepi yang kanan dan kirinya di isi oleh pohon, tampak begitu nyaman dengan hamparan sebuah danau di sebelah kanan mereka.

Chiko melirik kembali ponsel nya "100 meter lagi" ucapnya

Dimas mempercepat laju becak itu, kepulan asap keluar dari kenalpot karna memang oli yang jarang di ganti. Suara kendaraan itu mulai pecah dan jalan nya sedikit tersendat

"jangan di gas habis, nyet! Ngadet-ngadet ini!" seruan Saka sama sekali tak di hiraukan, Dimas terus mempercepat laju kendaraan itu sampai Chiko menyuruh nya untuk berhenti di tempat yang di tunjukkan

Mereka memperhatikan lokasi sekitar, menerawang dengan pasti "di sini? Yakin lo?" tanya Dian sangsi

Chiko mengangguk mantap "iya di sini"

"masa sih?" Dimas sedikit kurang yakin, pasalnya tempat ini hanya ada rerumputan dan jajaran pohon serta hamparan danau di depannya. Adem sih.

"itu, liat" Saka menunjuk sebuah kain berwarna maroon yang tergeletak tepat di tepi danau

Mata mereka menyipit guna memastikan "mirip almet kita gak, sih?" tanya Dimas

"Anjir!" spontan Dian berlari kencang ke tepi danau, wajah panik nya jelas tercetak, di ikuti Saka  yang mata nya sudah berkaca-kaca di sela pacuan langkah nya

"ABIMANYU!" teriakan Dian menggelegar ke sekitar, pemuda itu tanpa ragu mulai melangkah memasuki danau mengabaikan suara Dimas dan Chiko yang meneriaki nya

Saka tak banyak bicara, ia terus berlari memasuki danau hingga air danau itu mencapai sebatas dada nya. Dian yang ia tinggal terus berteriak memanggil sang teman yang keberadaannya di pertanyakan

"maaf, maaf, maaf" Saka terus melirih sembari mencoba menelusuri danau lebih jauh dan dalam, berharap sang teman dapat ia temukan dalam kondisi baik.

Saat harapan terus di pupuk agar tumbuh, kenyataan datang meracuni dengan kejam, kedua mata Saka menangkap sebuah sepatu yang benar-benar ia kenali mengambang sepuluh meter dari tempatnya

Melihat Saka yang berenang semakin jauh, Dian dengan cepat mengejar nya. Meski sesak yang di dapat kala melihat apa yang ingin Saka raih, Dian terus berusaha mengikuti naluri nya sebagai seorang sahabat

"ABIMANYU!" Dian berteriak frustasi, paru-paru mulai terasa sesak begitupun dengan kaki nya yang terasa kebas

"balik" instruksi dingin Saka langsung di ikuti oleh Dian. Dua remaja itu berenang ke tepian danau dengan hati sesak menahan perih. Mereka tau Abimanyu bodoh, tapi yang mereka tau anak itu tak sebodoh ini

Saka seakan tak bisa menahan tubuhnya, remaja itu kehilangan tenaga nya secara tiba-tiba. Dan tubuh itu kian melemas dan tenggelam secara perlahan. Namun, beruntung Dian menarik sahabat nya itu, di lihat nya wajah Saka yang pucat begitu pun matanya yang tampak jelas menggambarkan rasa sakit dan penyesalan. Ini lebih menyakitkan bagi Dian.

"DIMAS! CHIKO!" Dian berteriak keras, memanggil dua rekannya guna membantu membawa tubuh Saka yang benar-benar sudah tak bertenaga. Pemuda itu masih sadar, namun seperti mati.

Mendengar teriakan Dian, Dimas dan Chiko dengan cepat berenang mendekat, merangkul tubuh Saka yang seperti tak bernyawa. Tangan anak itu menggenggam sepatu putih yang kedua nya kenali.

"sekarang gue percaya, kalau ucapan seorang manusia bisa membunuh manusia lain" racau Saka saat tubuhnya di duduk kan di tepi danau
"padahal gue gak sengaja, tapi efek nya bisa sampe ilangin nyawa sahabat sendiri"

Chiko memilih diam di saat tiga temannya menunduk menyembunyikan tangis. Ia memandang hamparan danau di depannya "goblok" cercanya entah pada siapa, namun melihat wajah nya yang dingin bercampur sedih kita tau itu di tujukan untuk siapa.

"lo manusia ter-goblok yang pernah gue temui, Bi!"

Dimas memukul tanah berkali-kali, menyalurkan rasa kecewa yang hinggap di dadanya "bodoh,  Abimanyu bodoh!"

"Caisar Sialan Abimanyu! Keluar lo! Jangan sembunyi di dalam air! Lo gak bisa berenang!" Dian berteriak lantang, berharap seseorang muncul dan menunjukkan senyum bodoh nya

"lo gak bisa berenang, Bi! Jangan sembunyi di air, ntar kita susah nemuinnya. Keluar, Bi! Jangan cuma ninggalin sepatu sebagai jejak, kita butuh raga lo!"

"ABIMANYU!"




















"Apaan? Buset!"


                           *****

Tbc:)

Maaf udh lama ngilang😭 aku lupa klu cerita ini blm tamat karna sibuk sama 3 cerita baru yg lagi aku tulis.
Untuk kedepannya aku janji gk akan lepas tanggung jawab kya gini. Makasih yang udh mau nunggu.

Bantu promosi dong😂😭
Bantu ramein cerita ini, biar aku seneng😂.

Semesta Yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang