13] baboy

111 20 7
                                    

. ***

Saat ini, yang Dian lakukan hanya duduk santai di kursi yang tersedia di teras rumahnya. Di tangannya tergenggam erat sebuah benda yang sangat berharga bagi seluruh manusia bumi, HP namanya.

Baju sekolah masih melekat di tubuhnya, sejak pulang sekolah tadi ia tidak berselera melakukan apapun selain bermain game di HP nya, kebetulan ini hari Jum'at, jadi mereka pulang cukup awal hari ini, sistem ini berlaku untuk semua murid di SMA Garuda muda baik muslim maupun non muslim

"Bang?"

Dian berdehem menyahuti panggilan dari adiknya yang datang dari dalam sambil membawa minuman

"Lo kok buluk, sih?"

Dian langsung melotot ke arah adiknya itu "Dateng-dateng langsung ngehujat, ngajak berantem?!"

Yang di pelototi hanya terkekeh sambil duduk lesehan di lantai keramik yang terasa dingin "becanda! Serius aja hidupnya"

Dian memilih diam karna sedang tidak berselera untuk adu mekanik dengan adiknya itu. Siang ini tubuh nya tidak mau di ajak melakukan apapun. Padahal saat di sekolah tadi ia cukup aktif membuat onar bersama 4 sahabatnya

Dian menghela nafas "lon" panggil nya pada sang adik

"Te"

"Mau ku libas kau?!" Dimas sudah mengambil ancang-ancang ingin menyabet adik nya itu dengan dasi seragam Pramuka nya

Dilon seketika ciut saat melihat wajah pias abang nya itu"Hehe becanda, bang."

Dian meroling matanya malas, sepertinya percuma jika ia berbicara dengan seorang Dilon kalendra yang otak hanya setengah sendok teh
"Udah lah, males gue ngomong sama mahkluk kaya lo" setelah mengatakan itu, Dian langsung beranjak dari kursinya dan masuk ke dalam rumah

Dilon memperhatikan kepergian Abang nya itu, setelah di rasa orangnya telah jauh, ia mencibir "idih, si paling ngambek"

"GUE DENGER YA, MONYET!"

Dilon terlonjak kaget mendengar teriakan Dian dari sofa ruang tamu.

"Hilihh monyet teriak monyet"

"NGELUNJAK LO, DILON!" sesungguhnya, Dian tidak benar-benar mendengar ucapan adik nya itu, ia hanya samar-samar mendengar suara Dilon yang seperti orang mencibir

Dilon juga tidak mau kalah, ia terus menjawab semua teriakan Abang nya, walau ia tau apa yang akan terjadi berikutnya

"Hilih si paling ngelunjak" Dilon melangkah masuk ke dalam rumah, matanya melirik ke arah Sova dimana Dian berbaring sambil memperhatikan nya

"APA?!"

Dian terlonjak kaget ketika Dilon berteriak kearahnya

Dian mengelus dadanya "Istighfar lo, durhaka sama abang sendiri"

"Gak ngaca lo baboy, lo tuh sering zalimi gue, istighfar lo sekarang!" Dilon bersandar pada tiang beton di dalam rumah "selain istighfar, lo juga harus di rukyah biar Saiton lo ilang semua!"

"Saiton teriak Saiton"

"Nih, bang gue bilangin ke lo, ya" Dilon meletakkan gelas nya di samping aquarium "sesungguhnya doa orang yang terzalimi akan di kabulkan oleh Allah" seloroh nya sambil berjalan mendekati sang abang

"Tapi, kita Katolik, lon"

Dilon menepuk keningnya "Astaghfirullah gue lupa, bang"

karna terbiasa berkumpul dengan mereka yang beragama muslim, baik Dian maupun Dilon sering kali berprilaku layaknya seorang muslim, itu semua murni mereka lakukan karna tidak sengaja

Dian beranjak dari sofa setelah terkekeh kecil, ia akan pergi ke kamar dan bersiap-siap untuk mengantar empat sahabat nya sholat Jum'at di masjid, karna hari ini giliran nya yang membawa Avanza

"Mau kemana lagi, lo?" Tanya Dilon

"Ke Konoha, jumpa Haruto"

Plak

Dilon tanpa ragu memukul kepala Abang nya "Naruto, baboy!"

"Kurang ajar anak monyet satu ini" Dian Meringis sambil mengelus kepala nya, pukulan Dilon memang tidak kuat, tapi tidak afdol jika ia tidak mendrama saat ini

Dilon menatap nya julid "gue mukul gak kenceng, gak usah drama lo, baboy" setelah nya ia berjalan santai menuju dapur

"Baboy apaan sih?" Jujur saja selama ini Dilon seringkali memanggil nya dengan sebutan baboy, tapi Dian sama sekali tidak tau apa itu baboy

"BABI GEMOY!" jawab Dilon sambil berteriak dari dapur

***

"Eh-eh, pulang sholat bikin video tiktok, kuy" Dimas sedikit mengangkat sarung yang di gunakan nya saat turun dari Avanza

Saka meroling matanya malas " cape-"

"KUY!" Jawab Dian, Abimanyu dan juga Chiko bahkan sebelum Saka menyelesaikan ucapannya

"Tapi hari ini, gue yang milih dan mimpin gerakannya" ucap Abimanyu "setuju?"

Mereka bertiga mengangguk, kecuali Saka.

"Eh, woy" Chiko tiba-tiba merentangkan kedua tangannya, membuat mereka yang sedang berjalan di samping nya berhenti

Chiko menatap sahabatnya satu persatu, posisi mereka sudah berada di dalam masjid

"Kenapa?" Tanya Dian heran

Chiko kembali memperhatikan mereka satu persatu "kaya ada yang aneh gak sih?"

"Dian?" Saka memperhatikan Dian dengan seksama "lo ngapa ikut masuk?"

"Lah iya, lo ngapa ikut masuk somplak?!" Abimanyu berseru keras membuat perhatian jemaah sholat Jum'at beralih pada mereka

Dimas tersenyum sambil membungkuk dan menyatukan kedua tangannya pertanda minta maaf pada mereka yang terganggu karena tingkah Abimanyu

"Astaghfirullah, gue lupa cuk" Dian menepuk keningnya frustasi "gue pake sarung lagi"

Dimas memegang kedua bahu Dian erat, menatap nya dengan seksama "yan, yok bismillah. Ashadu--"

"Jangan ngadi-ngadi lo, Jamil!" Seru Chiko sambil menarik sarung Dimas hingga melorot sampai lutut

"Sekarang lo keluar aja dulu, tunggu kita di warteg depan" perintah Saka, agar pembodohan tidak berlanjut di tempat yang suci ini. Karna sungguh, ia sangat malu sekarang karena tingkah empat sahabat nya itu

"Yaudah gue tunggu di sana, assalamualaikum" Dian berjalan sedikit tergesa keluar dari masjid, meninggalkan tatapan aneh dari beberapa bapak-bapak komplek yang melihatnya

Chiko menghela nafas panjang "kebiasaan main sama kita kali ya? Makanya dia gitu"

"Maybe" serentak Abimanyu dan Dimas

"Eh! Mau kemana lo?" Chiko menarik tangan Saka yang hendak keluar juga dari masjid

"Ambil wudhu"

"Loh? Bukannya udah ya tadi?"

Saka menggeleng pelan "gue gak sengaja kentut pas turun dari Avanza tadi"

***



Semesta Yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang