27) Senin pagi itu

65 13 4
                                    

Mahesa menerima uluran tissue yang di sodorkan Dimas kepadanya, dengan brutalnya pemuda itu mengeluarkan ingus yang memenuhi hidungnya, lalu tissue yang di gunakan di serahkan kembali pada sang pemberi.

"Udah lah, Sa. Lagian apa sih yang lo tangisi?" Tanya Saka sembari menyuapkan sebuah cilok ke mulut Mahesa.

"Gweh kwira lwo zwemuwa ywanks kevelasaan" Jawab Mahesa tidak jelas.

Lima orang rekannya hanya bisa terdiam, sedang mencerna apa yang baru saja di sampaikan.

Sambil tersedu-sedu, Mahesa mengunyah cilok di mulutnya "lwo zwemuwa gwaks apa-apa kanh"

"Nggak" jawab Dimas dengan tenang.

"Gwe gwaks twu mwau ngapain lgih ywadi, gweks-"

"Aweks awks awkes!" Serobot Abimanyu penuh emosi, sejak tadi kepalanya sudah di penuhi dengan cerocosan tidak jelas Mahesa, perut nya jadi mulas seketika "NGOMONG APA LO?!"

"Sabar" ucap Dimas sambil mengelus dada Abimanyu, kontan langsung di tepis tangannya. Abimanyu menutup kedua dadanya sambil menatap Dimas penuh kemusuhan, layaknya habis mengalami pelecehan.

"Jangan ambil kesempatan dalam kesesatan ya, mas"

Dimas diam sejenak, lalu mendekati Abimanyu yang perlahan mundur "Bi-"

"Mas Dimas?!"

Dimas menoleh kebelakang, menghadap pada seseorang yang memanggil namanya tadi.

Dian berdiri dengan wajah nelangsa penuh sakit hati "Tega kamu giniin aku, mas? Dia adik ipar kamu!"

"Yan, dengerin aku dulu"

Dian mundur dengan perlahan, bahkan tanpa sebab menjatuhkan tubuhnya, menyeret diri penuh drama seolah-olah baru saja mengalami penyiksaan "Jangan sentuh aku! Aku jijik sama, mas!"

"Yan?"

"Nggak! Aku jijik!" Dian terus menjauh sambil mengesotkan tubuhnya "aku jijik"

"Yan? Dian!"

"Aku jijik, jangan kejar aku, mas!"

Pemuda itu terkadang merangkak sembari berputar, membasuh air mata palsunya dengan dasi yang menggantung di leher nya. Tapi tak lama, salah satu kakinya di tarik paksa oleh Chiko.

"Jangan tahan mama, mama mau pergi dari sini!" Pemuda itu masih melanjutkan dramanya.

"Yan, sumpah. Malu!" Ucap Chiko sambil mendesis pelan.

"Sudah cukup ketua, kami yang malu" Sambung Abimanyu, turut menarik kaki Dian.

"Berdiri lo!" Ultimatum Saka tidak di bantah sama sekali, aura pemuda itu cukup suram kali ini "minimal tau tempat kalau mau buat malu!"

Habis sudah, wajah Saka terpantau tidak bersahabat. Mood pemuda itu anjlok drastis pagi ini. Kecelakaan maut yang terjadi di depan mata, lalu tingkah Dian yang memang nauzubillah. Rasanya Saka ingin mengorek aspal saat ini juga.

"Berangkat sekarang, udah telat kita"

Setelah mengatakan itu, Saka berlalu pergi meninggalkan teman-temannya, tapi, baru saja ingin menaiki Avanza nya, rombongan Rio datang dengan penuh congkak.

"Berandalan ngapain disini?" Sapaan Rio tidak ada yang menanggapi.

Setelah memastikan empat temannya naik, Saka langsung menghidupkan Avanza dan tancap gas di depan Rio dan antek-anteknya.

"Ketua di cuekin" Putra terkikik geli.

Dari perjalanan hingga sampai di gerbang sekolah yang hampir tertutup, tidak ada pembicaraan sama sekali antara mereka. Abimanyu menatap Dian, Dian menoleh ke arah Dimas, dan Dimas menatap Chiko, Chiko menatap Mahesa-- sebentar, Mahesa?

"LO NGAPAIN DI SINI KOCAK?!" Seru Chiko setelah sadar bahwa Mahesa ikut menumpang bersama mereka.

"Lah?" Mahesa terdiam sejenak, baru beberapa detik kemudian helm nya di timpuk Abimanyu menggunakan botol Aqua "MOTOR GUE KETINGGALAN!"

"Motor aja lo tinggalin, apalagi cewek" cibir Dian dengan angkuh.

Mahesa merampas botol Aqua Abimanyu, lalu menunjuk Dian menggunakan botol itu "Manusia setengah biawak di larang mencibir manusia serigala"

"Donatur dilarang ngatur" jawab Dian.

Abimanyu kembali merampas botol Aqua milik nya dari Mahesa, lalu memukul kepala Dian "Playstore dilarang berbicara"

Gantian, Dimas yang merampas botol Aqua Abimanyu lalu memukul kepala pemuda itu "Playbox!"

Terlampau geram, Saka merampas botol Aqua yang sejak tadi di oper sana-sini, lalu memukul kepala mereka satu persatu, termasuk Chiko yang tidak ikut-ikutan.

"KOK GUE JUGA KENA?!"

"TURUN LO SEMUA!" Teriak Saka emosi.

Kocar-kacir mereka semua, khodam Saka mulai menguasai dunia. Bahaya, jika tidak segera bertindak, rambut mereka akan lepas dari kepala.

Abimanyu, Chiko, Dian, Dimas dan Mahesa berlari menjauhi area parkir, helm masih terpasang di kepala mereka masing-masing.

"Ngerih banget anjir, khodam nya keluar" ucap Dian sembari berlari.

"Terus ini motor gue gimana?" Mahesa masih mengkhawatirkan motor nya di tengah kaki yang sedang berlari menyelamatkan diri.

Sembari meringis-ringis Chiko melirik Mahesa "Ntar gue beliin yang baru"

Dimas memperbaiki tas nya yang terombang-ambing karna berlari "Beneran?"

"Iya, gambarnya" Chiko tertawa keras setelahnya, nafasnya ngos-ngosan tapi masih di paksa untuk berlari.

Mereka berlima menyadari kondisi koridor yang mulai sepi. Upacara pasti akan segera di mulai.

Dengan kecepatan tinggi, mereka berlima berbelok memasuki kelas secara bersamaan, namun tidak terjadi kepadatan di pintu kelas, sebab Abimanyu dan Dimas kebablasan terjatuh dan terseret hingga pintu kelas sebelah.

"KALIAN KENAPA MASIH DISINI?!" Suara tinggi pak Anton mengisi kekosongan diantara koridor kelas.

Abimanyu dan Dimas kontan kocar-kacir, bangkit walau terus terpeleset hingga berakhir jatuh kembali dengan posisi tengkurap.

Dian yang rasa solidaritas nya tinggi mengulurkan tangannya di depan pintu kelas, baru saja akan di raih oleh Abimanyu dan Dimas, pemuda itu lebih dulu menarik tangannya kembali dan berlalu pergi dengan wajah tengil minta di hantam.

"Gue sumpahin kaki lo pargoy pas upacara nanti!" Umpat Abimanyu.

"Kalau Saka yang ngomong, gue pastiin itu bakal kejadian" ungkap Dimas sembari merapikan rambutnya sebelum di Padang topi.

Abimanyu kembali di liputi rasa panik saat menyadari sesuatu "Topi gue ketinggalan, anjir!"

"Tenang, gue ada nih" jawab Dimas sambil memegang kaca kecil miliknya yang tersimpan di saku celana.

Nafas lega seketika di keluarkan Abimanyu "Mana sini" pemuda itu menyodorkan tangannya.

"Bentar" Dimas merogoh tas nya, lalu mengeluarkan benda yang di minta "Nih" ucapnya.

"Kok?"

"Apa? Itu kopi"

"TOPI BUDEK! BUKAN KOPI! ASTAGHFIRULLAH!"

Tbc.
Ntah kenapa akhir-akhir ini kepalaku mampet kayak di sumbat uang dolar.

Btw makasihhhh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semesta Yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang