TIGA BELAS

653 40 0
                                    

Entah sejak kapan gadis itu membuat seorang Naufal jatuh hati. Sosok Kayla yang berbeda dari yang lainnya yang mungkin telah membuat pria itu terpikat. Namun, ada hal yang tidak disangka bahwa dirinya telah mencintai gadis yang juga dicintai oleh abangnya.

Tetapi, bagaimana dengan perjodohannya? Bukankah abahnya telah menjodohkan Kayla dengan dirinya? Lalu, kenapa tiba-tiba abahnya menyetujui keputusan Hafizh yang akan melamar Kayla?

"Hiks... Hiks... "

Langkah Naufal terhenti, ia mendengar suara isakan yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Hiks... Hiks... Hiks... "

Suara itu bertambah keras, membuat Naufal semakin penasaran. Ia melihat sekeliling, namun tak menemukan keberadaan sang pemilik suara. Pasalnya, malam semakin larut, bisa saja suara itu bukan suara manusia. Melainkan suara--

"Nggak nggak nggak, gue yakin itu suara manusia. Tapi dimana? Masa iya ada suaranya nggak ada pemiliknya?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Pasti disitu."

Naufal melangkah kearah sebuah pohon besar. Ia yakin suaranya berasal dari balik pohon besar itu.

Dugaannya benar. Pemilik suara itu bersembunyi dibalik pohon sambil menekuk lututnya ke atas dan memeluknya sembari menangis terisak.

Naufal mengeluarkan sesuatu dari saku celananya lalu mendekat kearah gadis yang tengah menangis.

"La tahzan, everything will be okay." Ucapnya lalu memberikan sebuah sapu tangan kepada gadis itu.

Gadis itu mendongak, menatap Naufal dengan mata yang masih berkaca-kaca. Sepersekian detik kemudian tatapannya beralih kepada benda yang berada di tangan pria itu lalu mengambilnya.

"Lo kenapa sih ngikutin gue mulu?! Tau tau ada lo! Tau tau ada lo! Nggak bosen apa ngintilin terus?!" Kesal gadis itu tanpa menoleh ke arah Naufal.

"Amanah." Jawab Naufal singkat.

"Ya tapi sampai kapan?" Tanya gadis itu, ia menatap Naufal yang sudah duduk disampingnya namun dengan jarak yang tidak begitu dekat.

"Sampai gue jadi suami lo." Ucap Naufal dengan santainya. Sedangkan gadis disampingnya semakin bertambah kesal karena ucapannya.

"Kayla yang gue kenal, dia nggak secengeng ini. Btw kenapa nangis?"

"Kayla yang gue kenal... " Gadis itu mengulang kalimat Naufal. Ia merasa ada yang aneh dari ucapan cowok itu.

"Lo kenal gue? Sejak kapan?"

Naufal berdecak, "ck sejak lo lahir juga gue udah kenal lo. Lo nya aja yang nggak inget gue."

"Bahkan ketika lo udah TK, Lo masih sering main sama gue."

"Ternyata tuh cowok kenal gue dari kecil, pantesan... Tapi kenapa gue nggak inget dia ya?" Batin Kayla.

"Oke mungkin gue udah lupa."

"Gue juga nggak maksa lo buat inget. Karna yang terpenting bagi gue, sekarang lo udah ada disini, dekat gue."

"Lo suka gue dari kecil?"

Naufal menggeleng sembari tersenyum, "dulu saat lo waktu kecil, gue ngerasa ingin selalu ngelindungin lo, jadi orang yang selalu ngejaga lo. Bahkan mungkin sampai sekarang rasa itu masih ada."

"Jika ditanya kenapa, jawaban singkatnya nggak tahu. Karna gue sendiri emang nggak tahu kenapa."

"Terus soal perjodohan itu, lo udah tahu dari lo kecil?"

Naufal mengangguk, "saat itu umur gue masih lima tahun. Terbilang masih sangat kecil untuk mengerti tentang apa itu perjodohan. Namun, lambat laun gue paham akan hal itu. Tetapi gue sadar, gue nggak punya kendali atas perjodohan itu. Rasa sayang gue ke abah dan ummi lebih besar daripada itu."

"Jadi alasan lo mau dijodohin sama gue karna untuk kebahagian kedua orang tua lo?"

Naufal tersenyum, gadis itu sangat pandai dalam menafsirkan perkataannya.

"Gue tahu lo nggak setuju dengan perjodohan kita, bahkan sampai segitunya ngelakuin hal-hal yang menurut gue hanya buang-buang waktu. Karna nyatanya lo nggak berhasil buat ngebatalin perjodohan ini."

"Kan gue hanya berusaha, selebihnya gue serahin aja sama yang diatas. Kita nggak tahu kedepannya akan seperti apa, bukan?"

"Tepat sekali, kita nggak tahu kedepannya akan seperti apa. Itu artinya belum tentu kita berjodoh. Gitu kan maksud lo?"

"Semoga aja nggak jodoh." Gumam Kayla, namun masih dapat terdengar ditelinga Naufal.

"Berhenti ngelakuin hal yang menurut lo akan buat gue ilfeel Kay, ntar yang ada gue malah jadi suka sama lo."

Blush.

Perkataan Naufal barusan berhasil membuat pipi Kayla memanas. Entah mengapa, lambat laun hatinya semakin luluh dengan ucapan cowok itu. Perkataannya yang lembut sering membuat hati Kayla menghangat. Dan tatapannya yang teduh, selalu membuat Kayla merasa tenang.

Mungkin perlahan, Kayla akan bisa mencintai Naufal meski bukan dalam waktu yang cepat. Ia tahu, semua butuh proses. Dan proses butuh waktu.

Perlahan, tapi pasti.





°°°°°°°°

-TBC-

After With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang