TIGAPULUH TUJUH

292 22 7
                                    

Setelah seharian berada di rumah sakit, kini Kayla telah pulang. Wanita itu tengah duduk disamping Naufal yang kini tengah fokus membaca buku. Kepalanya ia sandarkan di bahu Naufal sambil menutup matanya manja.

"Kenapa?" Tanya Naufal tanpa mengalihkan pandangan dari buku bacaannya.

"Nggak pa-pa, lagi pengen gini aja."

Jawaban Kayla membuat fokus Naufal teralihkan. Pria itu lantas menaruh bukunya lalu mengusap kepala Kayla pelan.

"Ada yang mau kamu omongin?"

Naufal ingat dengan ucapan Darren kemarin, Kayla sedang banyak pikiran. Mungkin, perkataan itu ada benarnya. Akhir-akhir ini, Kayla terlihat tidak seperti biasanya. Bodohnya ia tidak mengetahui jika istrinya saat ini butuh didengarkan. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Aku ingin pulang ke Indonesia, mas."

"Karena Darren?"

Kayla sontak mengangkat kepalanya mendengar pertanyaan itu. Ia menatap suaminya, tatapan tajam dengan kilatan amarah kekesalan sangat terlihat jelas di matanya. Ia tidak tahu darimana Naufal tahu soal Darren, tetapi yang jelas ia khawatir jika Naufal salah paham.

"Mas sudah tahu semuanya, Kayla. Tentang siapa Darren termasuk hubunganmu dengannya. Mas sudah tahu itu. Memang selama ini mas hanya diam seakan nggak tahu apa-apa. Tapi, setelah melihat kejadian kemarin, mulai sekarang mas nggak bisa jika harus diam saja."

"Kejadian apa, mas?"

"Saat kamu pingsan, Pria Itu yang membawamu ke rumah sakit. Mas tidak suka ada lelaki yang berani menyentuh istri mas, terlebih lelaki itu adalah lelaki yang sudah-- " Naufal menggantungkan kalimatnya, tak ingin melanjutkan.

Seakan orang linglung, Kayla bersikeras mengingat kejadian saat kemarin. Seingatnya ia hanya pergi ke mall bersama Khansa lalu setelahnya berada di rumah sakit. Selain itu ia tidak ingat apapun termasuk kejadian saat dirinya pingsan.

"Maafkan Kayla, mas. Kayla benar-benar nggak tahu apa yang terjadi kemarin."

Sejujurnya Kayla merasa bersalah, karena selain menyulut emosi sang suami, kesalahannya pula yang menyebabkan ini terjadi. Andai ia tidak pergi keluar saat itu, mungkin ia tidak akan bertemu dengan Darren dan menyebabkan kemarahan Naufal.

Ini salahnya, dan ia harus meminta maaf.

"Bagaimana mas bisa tenang melihatmu dekat dengan pria yang sudah ngehancurin hidup kamu, Kayla. Mas bisa saja memaafkanmu, tapi mungkin mas nggak akan pernah bisa memaafkan lelaki itu."

"Jangan pernah lagi dekat dengan laki-laki selain diriku, paham?" Ucap Naufal yang langsung di angguki oleh wanita yang berada di sampingnya.

"Ayah, bunda!" Terdengar suara pintu terbuka. Yang memanggil berjalan mendekati ayah dan bundanya.

"Ada apa, Khansa?"

"Diruang tamu ada om Darren, yah."

Naufal dan Kayla saling bersitatap pandang. Belum lama Naufal menyebut nama pria itu, kini pria itu telah berada di rumahnya. Untuk apa dia datang?

Baik Naufal maupun Kayla tidak mau banyak berspekulasi mengenai kedatangan Darren. Naufal hendak menyusul Khansa yang lebih dulu keluar namun langkahnya terhenti melihat Kayla yang masih berdiam diri tanpa ada niatan untuk beranjak.

"Sayang, kamu nggak ikut keluar?"

Kayla menggeleng, ia menatap suaminya yang tengah menatapnya bingung.

"Nggak, mas. Mulai sekarang, Kayla akan berusaha menjaga jarak dengan laki-laki manapun, kecuali mas. Seperti apa yang barusan mas bilang. Bukankah begitu, mas Naufal?"

After With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang