DUAPULUH EMPAT

581 33 10
                                    

Kayla terbangun dari tidurnya karena mendengar suara petir yang begitu menggelegar. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi hujan masih turun dengan derasnya. Bahkan, angin bertiup kencang seakan badai sedang menerpa. Kayla sendirian di kamar, ia meringkuk ketakutan mendengar suara petir yang bersahut-sahutan. Ya, dia sangat takut akan petir.

Sesaat, dia teringat Naufal. Hanya pria itulah yang bisa menemaninya saat ini dan mengurangi rasa ketakutannya. Ia harus ke kamar Naufal, pikirnya.

"Gus... "

Sejenak dia menetralkan nafasnya sebelum tangan kanannya mengetuk pintu kamar Naufal.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk, Kay."

Tak lama, pintu kamar terbuka membuat kepala Naufal yang awalnya fokus menatap layar laptop langsung terangkat menatap Kayla yang sudah berada diambang pintu.

"Ada apa?" Tanya Naufal dengan seulas senyum tipis. Bahkan, tipis sekali.

Kayla menggigit bibir bawahnya, kepalanya tertunduk. Ia benar-benar gugup.

Nggak, Kay! Masa iya lo gengsi sama suami lo sendiri hanya karena minta tidur bareng?

"Ada apa, Kayla?" Ulang Naufal karena Kayla tak kunjung menjawab.

"Gu-gue boleh tidur bareng lo?"

Seulas senyuman terbit di wajah tampan Naufal, sepertinya dia bisa memanfaatkan waktu ini.

"Iya, boleh. Kenapa mesti nanya sayang?"

"Sa-sayang?" Kayla mengulang kata terakhir yang diucapkan Naufal. Dirinya tidak salah dengar, kan?

Tanpa menjawab, Naufal langsung membereskan meja kerjanya, merapikan buku-buku, dan terakhir, mematikan laptop. Sebenernya, dia belum menyelesaikan belajarnya. Akan tetapi, dia tidak ingin membiarkan istrinya tidur terlebih dahulu.

Pria itu lantas menghampiri Kayla yang sampai sekarang posisinya masih belum berubah. Tangan kanannya ia gunakan untuk meraih tangan mungil gadis itu, menuntunnya dan membawanya untuk duduk di ranjang.

"Kay, mulai sekarang kita berhenti manggil pake sebutan lo gue yah. Aku nggak suka." Jujur Naufal.

"Tapi kan lo biasa pake sebutan itu ke temen-temen lo?"

"Ini beda Kayla, kamu itu istri aku. Masa iya mau terus-terusan manggil lo gue bahkan sampe kita udah punya anak?"

Anak?

Kayla merasakan sesak saat Naufal mengucapkan satu kata itu. Hatinya terasa teriris. Perasaan bersalahnya kepada Naufal semakin bertambah. Ia menundukkan kepalanya. Tak terasa, setetes cairan bening berhasil lolos dari mata indah milik Kayla.

"Kamu kenapa, hey?" Tanya Naufal. Tangannya meraih dagu Kayla agar wajahnya mengarah untuk menatapnya. Saat pandangan mereka bertemu, Kayla langsung menghapus air mata yang jatuh tanpa permisi itu.

Kayla rasa, ia harus mengatakan yang sebenarnya sekarang. Lagian cepat atau lambat, kebenaran pasti akan terungkap. Terlebih, semakin hari usia kehamilan Kayla semakin bertambah.

"Gus, aku boleh ngomong sesuatu sama gus?"

"Boleh dong sayang, mau ngomong apa, hm?"

Kayla menarik nafas dalam-dalam. Jantungnya mulai berdegup kencang. Apa reaksi Naufal setelah ia tahu kebenarannya? Bagaimana perasaannya saat ia tahu bahwa istrinya telah menghianati dirinya? Sungguh, berbagai pikiran negatif berkeliaran di benak Kayla.

"Gus, aku minta maaf."

"Maaf?" Tanya Naufal, ia bingung dengan istrinya yang tiba-tiba menangis, dan sekarang melontarkan kata maaf.

Kayla mengangguk tanpa menatap Naufal, "sebenernya, a-aku.. "

"Iya, sayang, kamu kenapa?"

"A-aku "

Sungguh lidah kayla terasa sangat kelu untuk mengatakan itu.

"Aku ha-- "

Jdarrr (anggap aja bunyi petir yagesya)

Ucapan Kayla terpotong oleh suara petir yang terdengar sangat menggelegar. Refleks, Kayla memeluk Naufal. Gadis itu terisak, namun terdengar begitu samar di telinga Naufal.

Perlahan, tangan Naufal mengusap pelan rambut gadis itu untuk menenangkannya.

"Kamu takut petir?" Tanya Naufal lembut.

Kayla mengangguk lantas melepas pelukannya, "Maaf" lirihnya.

"It's okay sayang, kalau mau lagi juga gapapa." Sahut Naufal disertai kekehan.

"Gimana? Tadi mau ngomong apa?" Naufal berusaha mengembalikan topik agar Kayla melanjutkan perkataannya yang sempat terpotong.

"Gus, maafin aku ya. Maaf kalo selama ini aku belum bisa jadi istri yang baik buat gus. Maafin aku gus, aku banyak salahnya sama gus. Aku jahat banget sama gus. Sebenarnya selama ini aku-- "

Jdarrr

Suara petir kembali terdengar. Kayla menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia terisak lagi.

Melihat Kayla yang seperti itu, membuat Naufal tidak tega. Ia mendekap tubuh Kayla agar Kayla merasa tenang.

"Ssstttt, nggak perlu takut sayang, ada aku disini. Kamu boleh peluk aku sepuasnya untuk mengurangi rasa takut itu."

Nyaman. Satu kata yang bisa mewakili perasaan Kayla saat berada di dekapan Naufal. Entah mengapa, hatinya seakan menghangat dengan perkataan-perkataan lembut pria itu.

"Udah, kita tidur ya, nggak perlu bahas apapun lagi sekarang." Ucap Naufal yang kemudian diangguki oleh Kayla.

Naufal lantas menyalakan lampu tidur lalu mematikan lampu ruangan. Setelah itu, tangannya kembali mendekap tubuh mungil istrinya.

"Selamat tidur, zaujati."

Cup.

Naufal mengecup kening Kayla lamat-lamat. Ini adalah kali pertamanya Naufal tidur satu ranjang dengan Kayla sejak mereka menikah. Kehangatan dan kenyamanan menyalur di antara mereka berdua hingga mereka terlelap.


--------------



-TBC-





Holaa gais' Mau dibongkar gak nih kesalahan terbesar Kayla? Atau mau dibiarin gitu aja?

Nggak bisa, dong. Kebohongan pasti akan terungkap. Sepintar apapun kita menutupi kebohongan dan menyembunyikan kebenaran, nggak akan bertahan lama. Pada akhirnya, kebenaranlah yang akan menang. Ya, hanya kebenaran, bukan ketidakbenaran ataupun kebohongan.

After With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang