-------
Setelah lama di perjalanan, sampailah Naufal dan Kayla di tempat fitting baju pengantin. Tempat yang luas dengan dipenuhi oleh berbagai gaun dan baju untuk pengantin.
Baru saja Naufal hendak masuk, tiba-tiba seorang perempuan datang menghampirinya.
"Hai, Fal!" Sapa perempuan itu.
"Assalamu'alaikum." Ucap Naufal yang dijawab cengiran oleh perempuan itu. Sedangkan Kayla, ia hanya menatap heran keduanya, seperti sudah sangat akrab.
Perempuan itu beralih menatap Kayla. "Maa syaa Allah, tabarakallah.. cantik bangettt lohhh."
"Eh, kenalin gue Aisyah, adiknya Naufal calon suami lo." Gadis bernama Aisyah itu mengulurkan tangannya kearah Kayla.
"Kayla." Jawab Kayla seraya membalas uluran tangan Aisyah. Entah mengapa, Kayla merasa risih dengan kedatangan Aisyah.
"Salam kenal mbak Kayla."
"Panggil Kayla aja, lagian sepertinya umur kita sepantaran."
"Hehe, iya sih. Tapi kan nanti nggak sopan, dong. Mbak kan calon kakak iparnya Ais."
"Kamu juga nggak manggil Naufal abang, kan? Udah, biar sama panggil Kayla aja."
"Iya deh, Kayla."
"Kay, gue sengaja minta Aisyah buat bantuin kita, gapapa kan?" Tanya Naufal kepada Kayla, sebelumnya ia memang belum memberi tahu gadis itu.
"Gapapa." Jawab Kayla singkat.
"Yaudah yukk masuk!" Ajak Aisyah yang kemudian memasuki tempat itu diikuti oleh Naufal dan Kayla.
"Kalian mau model yang seperti apa emang?" Tanya Aisyah setelah beberapa menit mereka melihat berbagai model yang terpajang.
Kayla mengendikkan bahu sedangkan Naufal menggelengkan kepala, tidak tahu.
Melihat kedua calon pasangan itu membuat Aisyah ingin tertawa, namun ia urungkan.
"Lucu ya kalian, mau nikah tapi nggak tahu pakai baju pernikahan yang kayak apa."
"Makanya, gue minta lo buat bantuin. Secara lo kan kuliah di tata busana."
Memang benar yang dikatakan Naufal, Aisyah mengambil jurusan tata busana di kampusnya. Oleh karena itu Naufal memiliki inisiatif agar Aisyah memilihkan baju pernikahan untuknya.
"Model yang ini bagus, warnanya juga soft, enak dilihat."
Aisyah menunjukkan gaun pengantin yang menurutnya sangat menarik.
"Gimana kalau kita coba dulu aja?" Tanya Aisyah.
"Boleh."
Kayla mencoba gaun yang dipilihkan oleh Aisyah begitupun dengan Naufal yang akan memakai jas pengantin paduan dari gaun tersebut.
Setelah beberapa menit, Kayla keluar dengan mengenakan gaun yang membuat kadar kecantikan dirinya bertambah. Bagaimana Naufal tidak takjub melihatnya, belum jadi pengantin saja Kayla sudah terlihat sangat cantik. Terlebih jika saat menjadi pengantin. Naufal tidak bisa membayangkan betapa sangat cantik calon istrinya saat itu.
"Ehem." Aisyah berdehem lalu terkekeh, "udah tahu Kayla cantik, biasa aja kali liatnya. Inget Fal, Belum halal."
Astaghfirullahal'adziim.
Kecantikan Kayla benar-benar membuat Naufal lupa jika memang dirinya belum ada ikatan halal dengannya. Untung saja cowok itu langsung mengucap istighfar. Meski dalam hati, tetapi ia berharap dapat menghapus dosa yang baru saja ia perbuat.
Seusai mereka fitting baju, Naufal berniat mengajak dua gadis itu untuk makan di tempat favorit Naufal. Akan tetapi, Aisyah menolak karena dia ada rapat di kampusnya. Sedangkan Kayla, dia ingin segera pulang. Alhasil, Naufal mengantar gadis itu ke rumahnya.
"Kay," Naufal yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara.
Ia melihat ada yang aneh dengan sikap Kayla. Gadis itu lebih sering diam dan tak jarang melamun.
Ada apa dengannya? Apakah dia tidak bahagia jika dirinya akan segera menikah? Tetapi jawaban kemarin seolah menunjukkan bahwa ia ingin pernikahannya segera dilaksanakan. Lalu bagaimana bisa seseorang yang dengan mentah-mentah menolak perjodohan itu, kemudian tiba-tiba setuju dengan perjodohannya?
Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Naufal. Entah mengapa ia sangat ingin menanyakannya, tetapi khawatir jika pertanyaan itu akan menyakiti hati Kayla. Alhasil, pertanyaan itu ia urungkan meskipun ia berhak untuk menanyakan kepadanya.
Alih-alih menjawab ataupun menoleh, Kayla masih dalam lamunannya. Ia tidak mendengar suara Naufal yang memanggilnya. Sejak dalam perjalanan, gadis itu hanya diam dengan pandangan yang ia arahkan keluar kaca jendela mobil.
"Kayla... "
Panggilan Naufal yang kedua kalinya akhirnya dapat membuyarkan lamunan Kayla. Gadis itu menoleh dan menanyakan apa maksud pria itu memanggilnya
"Lo jadi banyak ngelamun sekarang. Kalau ada sesuatu yang pengen lo omongin, jangan sungkan-sungkan untuk bilang ke gue, Kay."
"Kenapa lo gak pernah cerita kalo lo punya adik?" Tanya Kayla tanpa menatap kearah Naufal yang sedang fokus menyetir.
Sebenarnya, bukan itu yang sedari tadi mengganggu pikiran Kayla. Tetapi gadis itu tidak ingin jika Naufal tahu apa yang sebenarnya ia khawatirkan.
"Yang lo maksud Aisyah?"
Kayla mengangguk.
"Aisyah itu bukan adik gue."
Sontak Kayla menoleh seolah meminta penjelasan.
"Dia sepupu gue. Dari dulu dia lebih ingin jadi adik gue dibanding jadi sepupu gue. Tapi guenya nggak mau dipanggil abang. That's why, mengapa dia selalu bilang kalo dia tuh adik gue."
"Udah sampai. Lo mau langsung pulang atau mampir dulu?" Tanya Kayla saat mobil Naufal telah memasuki pelataran rumahnya.
"Gue mau langsung pulang. Salam ya buat ummi."
"Oke, thanks, ya!"
Kayla keluar dari mobil Naufal dan memasuki rumahnya. Ada rasa bersalah dalam hatinya. Entah mengapa, ia merasa ini tidak benar dan tidak adil bagi dirinya, Naufal dan juga Darren.
Darren. Ya, Kayla akan menghubungi cowok itu sekarang. Memberitahunya tentang keadaan dan juga pernikahannya dengan Naufal yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi.
°°°°°
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
After With You (On Going)
RomanceTerimakasih telah hadir dihidupku. Senang dipertemukan denganmu, Kayla Anandira. -Naufal Khalif Al-Husayn- Kisah kita masih belum usai, itulah sebabnya semesta mempertemukan kita (lagi). -Darren Aliandra Putra- Dear my future gus, Aku ikhlaskan kepe...