EMPAT PULUH

263 22 1
                                    

"Perempuan tadi siapa, mas?"

Naufal tersentak kaget mendengar pertanyaan Kayla barusan. Bagaimana mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, dia khawatir jika Kayla akan terus kepikiran.

"Lupakan."

"Kenapa?"

"Ya kamu nggak perlu tahu siapa dia."

"Nggak, aku harus tahu biar aku nggak salah paham."

"Oke-oke mas akan ceritain semuanya. Tapi mas minta setelah ini jangan lagi dibahas ya. Cukup sekarang aja."

Kayla mengangguk, ia lantas duduk disamping Naufal, siap untuk mendengarkan semua penjelasan dari suaminya.

"Namanya Alara, dia teman sefakultas mas. Wanita yang pernah mas cintai sebelum dijodohin sama kamu."

"Kenapa mas nggak menikah saja dengan wanita itu?"

"Mas kan udah dijodohin sama kamu, sayang."

"Ya tapi kan mas bisa nolak perjodohan kita lalu menikah sama perempuan itu."

Naufal mengernyit, "maksud kamu?"

"Dia kan cantik, alim, sholehah, jauh berbeda lah sama aku yang dulu amburadul. Lagian Mas akan lebih cocok kalo sama perempuan itu." Ya, saat melihat penampilan Alara tadi, Kayla sempat terpana dengan wanita itu. Ia bahkan tidak menyangka Darren akan mendapatkan wanita cantik bak bidadari.

"Sayangnya, hati aku memilih kamu untuk menjadi pendamping hidupku, Kay."

"Mas nyesel nikah sama aku?"

"Enggak."

"Tapi ucapan Mas barusan seakan nunjukin bahwa Mas nyesel nikah sama Kayla. Mas nggak bahagia selama ini?"

"Loh, kenapa jadi gini sih, Kay?"

"Aku nanya, Mas."

"Sayang, memilikimu adalah kebahagian terbesar dalam hidup aku. Dan bersamamu merupakan momen terindah yang nggak akan pernah habis rasa syukurnya. Kayla, kamu harus tahu dan yakin, bahwa saat ini sampai akhir hayatku, aku hanya mencintaimu. Karena hanya namamulah yang Allah ukir di hati terdalamku."

Kayla terpaku mendengar penuturan panjang Naufal, sangat romantis. Ia menatap mata pria itu yang begitu teduh.

"Kayla Anandira permaisuri hatiku, makasih ya, udah mau menerima Mas dengan segala kekurangan yang Mas punya."

"Aku yang harusnya makasih. Kalo nggak sama Mas, mungkin nggak bakalan ada laki-laki yang mau menerima perempuan sebejat aku."

"Ssttt, nggak boleh ngomong gitu." Perlahan, Naufal memeluk sang istri tercinta yang matanya mulai berkaca-kaca. Kayla masih tidak menyangka mendapatkan suami yang begitu menyayanginya dan selalu menerima segala kekurangan dan masa lalunya.

"Maafin Kayla ya, mas. Jika saja Kayla nggak menerima perjodohan itu, mungkin mas bisa menikah dengan wanita yang mas cintai."

"Tuh, kan, ngaco lagi."

Pelukan mereka terlepas. Sejenak Naufal mengusap pelan pipi wanita yang selama ini ia sayangi.

"Sayang, jauh sebelum Mas mencintai wanita itu, Mas udah lebih dulu cinta sama kamu. Kamu inget nggak waktu di pesantren saat kamu nangis di semak-semak?"

Kayla tampak berpikir sejenak, tak lama dirinya tertawa saat teringat kejadian beberapa tahun lalu. Saat itu, dia masih mati-matian berusaha untuk membatalkan perjodohannya dengan Naufal.

"Iya-iya Kayla inget. Tapi jangan lagi dibahas deh, Kayla malu."

Naufal tersenyum melihat wajah malu istrinya. Seperti biasa, terlihat sangat menggemaskan bagi Naufal.

"Nyatanya, semua memang sudah ada garis takdirnya masing-masing, Kay. Seburuk apapun masa lalu kamu, tetap kamulah wanitaku nomor satu."

"Aaaaa pengen mabur,"

Sungguh, rangkaian kata-kata romantis nan indah itu membuat jiwa seorang Kayla senang bahkan ingin melayang.

"Kay... "

"Hm?"

Naufal menatap Kayla intens, perlahan ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Kayla lalu mencium bibir ranum milik wanitanya itu.

"Mas bahagia bersamamu, sayang."


-------

Darren dan Alara baru saja selesai dari acara resepsi pernikahan dan saat ini mereka sedang berada di kamar hotel karena memang acaranya diadakan di hotel. Ya, pernikahan ini dilakukan tanpa sepengetahuan orangtua Darren. Tentu ini keputusan yang sangat berat bagi Darren. Namun, akhirnya ia memilih mengadakan acara pernikahan impiannya dengan Alara tanpa kehadiran kedua orang tua maupun kerabat dekatnya.

"Ra?"

"Hm?"

Darren menghampiri Alara yang tengah berdiri menatap dirinya di depan cermin.

"Cadarnya nggak dilepas?"

Mendengar itu membuat jantung Alara berdetak tak karuan. Sungguh, ia belum siap memperlihatkan wajahnya kepada laki-laki meski sekarang sudah berstatus sebagai suaminya.

"Aku belum siap lepas cadar, Mas."

"Kenapa? Aku suami kamu, kita sudah halal, jadi kamu nggak perlu takut untuk memperlihatkan aurat kamu di depanku."

Alara mengubah posisinya menjadi berdiri berhadapan dengan Darren. Ia masih belum berani menatap pria didepannya.

"Look at me, Ra."

Perlahan, Alara mendongak menatap Darren. Tatapan keduanya bertemu, namun itu tak bertahan lama karena Alara langsung menundukkan kepalanya.

"Hei, kenapa nggak mau lihat aku?"

"Malu, Mas."

Darren tersenyum, ia mengerti jika saat ini Alara masih merasa canggung dan malu.

"Boleh Mas lepas cadarnya?"

Alara tersenyum dan mengangguk, meski tak bohong ia sangat gugup berhadapan dengan Darren seperti ini.

"Bismillahirrahmanirrahim." Darren membuka tali cadar Alara, lalu melepaskan cadar yang selama ini wanita itu gunakan untuk menutup setengah wajahnya.

Darren menaruh cadar tersebut, lalu mengangkat dagu Alara sehingga wajah Alara mendongak. Mata wanita itu bertemu dengan Darren.

"You look so beautiful, masyaAllah."

Mendengar pujian Darren, membuat Alara kembali menunduk malu, sedangkan Darren terkekeh melihat ekspresi malu istrinya. Sungguh menggemaskan.

"Ayo kita sholat 'isya terlebih dahulu, setelah itu lanjut sholat Sunnah dua rakaat."

---------

After With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang