SEMBILAN BELAS

612 34 0
                                    

"Ha-hamil?"

Kayla mengangguk lemah. Gadis itu masih saja terisak. Ia belum berani menatap Darren. Dengan tangan yang gemetar, Kayla menunjukkan barang bukti, bukti bahwa dirinya hamil.

Sebuah alat test kehamilan di tangan Kayla itu lantas diambil oleh Darren. Dilihatnya benda itu dengan jantung yang berdebar hebat.

 Dilihatnya benda itu dengan jantung yang berdebar hebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua garis merah, itu artinya positif hamil.

Seketika itu Darren langsung terdiam. Bahkan cukup lama. Bukan karena tidak percaya dengan apa yang barusan ia lihat. Tetapi, ia merasa menyesal. Bahkan sangat menyesal. Menyesal atas apa yang telah ia lakukan kepada Kayla waktu itu.

Yaps, penyesalan. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Ini semua telah terjadi. Tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain memperbaiki kesalahannya dan mencari solusi yang tepat atas apa yang telah menimpannya.

"Kay, gue akan menikahi lo."

Sontak Kayla terkejut mendengar ucapan Darren barusan. Ia mendongak, memberanikan diri menatap Darren.

"Ren, nggak bisa... " Lirih Kayla.

"Kenapa? Kenapa nggak bisa, Kay? Karna kita beda agama? Iya?"

Kayla terdiam. Bukan itu yang menjadi masalah utamanya.

"Gue tahu lo nggak akan pernah mau menikah dengan orang yang berbeda keyakinan sama lo. Tapi, Kay, bagaimana dengan anak kita? Lo mau anak kita lahir tanpa seorang ayah?"

"Kayla, gue mohon sama lo, sekaliii aja jangan egois, yah?"

Darren memegang kedua bahu Kayla, ia melihat manik mata gadis itu yang terlihat berkaca-kaca. Tak lama, satu tangannya beralih mengusap lembut perut gadis itu.

"Anak ini butuh kita, Kay. Gue nggak mau jadi ayah yang nggak bertanggung jawab."

"Menikahlah denganku, Kayla."

Kayla sontak menjauhkan badannya dari Darren. Ia menatap benci pria itu.

"Apa lo bilang? Menikah? Setelah apa yang lo perbuat, lalu dengan seenaknya lo mau menikahi gue?"

"Lo telat, Ren."

"Ma-maksudnya?"

"Gue udah menikah, Darren!"

Deg.

Betapa sangat terkejutnya Darren saat mendengar perkataan Kayla barusan. Detik itu juga, jantungnya seolah berhenti berdetak. Bagai dihantam batu besar, Darren merasakan sesak melingkupi dadanya. Ia tidak pernah menyangka bahwa wanita yang selama ini ia perjuangin mati-matian telah menikah dengan orang lain.

"Ma-maaf.. "

Ucapan itu terlontar dari mulut Kayla. Gadis itu menunduk penuh bersalah, "maafin gue, Ren. Gue nggak bermaksud nyakitin lo."

"Abi yang jodohin gue. Bahkan sejak gue masih kecil. Gue nggak tau bahwa perjodohannya direncanakan saat gue masih dalam kandungan. Dan sekarang, gue nggak tau kalo kejadiannya bakalan kayak gini." Lanjut Kayla. Ia benar-benar tidak sanggup lagi untuk mengatakannya.

"Kenapa baru sekarang, hm? Kenapa lo nggak ngomong dari awal kalo lo hamil anak gue?"

"Ren, kalo lo kira gue nggak pernah berusaha untuk beritahu lo, lo salah Ren. Gue udah berkali-kali hubungin lo, tapi nggak pernah sekalipun lo angkat. Gue dateng kerumah lo, lo nggak ada. Bahkan, nyokap lo aja nggak tahu keberadaan lo dimana. Lo seakan menghilang disaat gue sedang butuh-butuhnya."

"Gue nggak punya pilihan lain selain menerima perjodohan ini, Darren." Lanjut Kayla dengan suara yang melemah.

"Terus mau lo sekarang apa?" Tanya Darren.

"Gue minta sama lo buat ngerahasiain ini semua. Cukup gue sama lo aja yang tahu soal ini."

"Kay, apa nggak ada cara lain selain itu?"

Kayla menggeleng lemah, "gue rasa ini yang terbaik buat kita."

"Maafin gue, Ren." Lanjut Kayla diakhir kalimatnya. Ia pun segera pergi membawa mobilnya meninggalkan Darren seorang diri.

***

Saat ini, Kayla akan menuju sebuah tempat. Tempat dimana sahabatnya dirawat. Yaps, rumah sakit. Beberapa menit sebelum akadnya dimulai, gadis itu mendapat kabar bahwa Aqila sedang dalam keadaan koma. Betapa terkejutnya dirinya mendengar kabar itu, dan ia tak bisa menahan keinginan untuk segera melihat sahabatnya, Aqila.

Namun ditengah perjalanan, Kayla melihat mobil Darren. Ia tak bisa menyia-nyiakan kesempatan itu. Alhasil, Kayla mengikuti mobil Darren dan mengungkapkan semua yang telah terjadi pada cowok itu.

Sesampainya di rumah sakit, Kayla segera menuju ruangan tempat Aqila dirawat. Dilihatnya Aqila yang tengah terbaring lemah dengan berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang ditubuh gadis itu.

"Aqila,"

Panggil Kayla lirih, namun tak mendapat jawaban dari gadis itu. Ia lantas meraih tangan Aqila, mengusapnya lembut.

"Qil, gue ada disini untuk lo. Lo sembuh, ya! Lo harus buka mata."

"Liat deh gaun yang gue pake! Bagus, kan?" Tanya Kayla namun lagi-lagi tak mendapat jawaban dari Aqila.

"Qila, hari ini adalah hari pernikahan gue. Gue akan menjadi istri orang. Tapi, rasanya nggak seru karna lo nggak hadir dalam pernikahan gue."

Kini air mata yang Kayla tahan mati-matian akhirnya tumpah begitu saja. Dengan cepat ia menghapus air mata itu menggunakan tangannya.

"Oh ya, lo tahu siapa suami gue?"

"Gus Naufal, Qil."

"Pasti lo nggak nyangka, kan? Gue aja nggak pernah nyangka."

"Lo mau tahu ceritanya kenapa gue bisa nikah sama gus ganteng itu?"

"Lo harus sembuh dulu, ya. Kalo lo udah sembuh, gue janji bakal ceritain seeemuanya."

"Qil, udah dulu, ya. Gue mau balik. Pasti suami gue udah nyariin gue."

"Bye, Qil. Cepet sembuh, ya! Kapan-kapan gue kesini lagi, jenguk lo." Ucap Kayla sebelum akhirnya keluar dari ruangan Aqila dan meninggalkan gadis itu.

--------


-TBC-

After With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang