TIGAPULUH TIGA

346 25 2
                                    

Seringkali kita terlalu sibuk dengan urusan dunia hingga lupa menyiapkan bekal untuk akhirat, padahal kematianlah yang begitu dekat dengan kita.


🌻🌻🌻

Terkadang, orang yang dulunya akrab pun bisa menjadi asing seakan tidak saling mengenal. Kini, dua insan yang sejatinya bersahabat sejak kecil, memutuskan untuk saling menjauh dan tidak bertukar kabar. Seolah mereka lupa bahwa mereka pernah mengenal bahkan berteman dekat.

Darren sudah berusaha untuk mengikhlaskan Kayla. Meskipun ia mencintai wanita itu, tetapi ia sadar mencintainya tidak harus memilikinya juga. Ini hanya perihal waktu, ia yakin perlahan rasa cinta itu akan hilang dengan sendirinya. Terlebih, sekarang pria itu ingin fokus mengejar cintanya Allah. Terkait cintanya manusia, ia tidak ingin ambil pusing, Allah sudah pasti mengaturnya.

Bagaimana dengan Kayla? Semenjak kedatangan Darren, wanita itu menjadi sering khawatir. Ia takut jika pria itu mencoba merebut Khansa darinya. Seperti yang Kayla tahu, Darren akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

Suara ketukan pintu sama sekali tidak membuyarkan lamunan Kayla yang tengah duduk terpekur di kamar. Ia tidak akan membukanya sebelum ia benar-benar merasa tenang. Dia butuh waktu sendiri untuk meredam segala emosi yang berkecamuk. Lagipula, dia tahu siapa yang mengetuk pintu, pasti Khansa. Melihat anak itu membuatnya semakin merasa tertekan.

"Sayang, bisa tolong buka pintunya?"

Ternyata itu adalah suara Naufal.

"Eh, sebentar sayang."

Kayla lantas membuka pintu kamar, diraihnya tangan Naufal untuk ia salami. Naufal hanya diam membiarkan Kayla mencium tangannya.

Melihat wajah lelah suaminya, Kayla mengurungkan niatnya untuk mengutarakan keinginannya. Mungkin besok atau lusa ia akan mengatakannya.

"Kamu lagi kenapa sih? Tumben pintu kamar kamu kunci?"

Kayla hanya diam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia yakin suaminya ini sudah pasti curiga kepadanya.

"Masih mau diam? Nggak mau cerita sama mas?"

Kayla menggeleng lalu tersenyum, sebisa mungkin ia harus terlihat baik-baik saja di depan suaminya. "Mas capek, kan? Aku buatin teh, ya."

Baru saja Kayla hendak berbalik dan melangkah, tiba-tiba tangannya dicekal oleh Naufal.

"Nggak, jawab dulu pertanyaan mas."

Alih-alih menjawab, Kayla malah berhambur memeluk Naufal. Ia ingin melepaskan segala rasa gelisah, takut, dan tidak tenang. Naufal membalasnya dengan hangat seraya mengusap pelan punggung Kayla.

Saat Kayla ingin melepas pelukannya, Naufal malah semakin mengeratkan pelukan itu.

"Gini aja, mas pengen peluk kamu lebih lama. Siapa tahu suatu saat nanti mas pergi jauh, terus nggak bisa peluk kamu lagi."

Karena kesal dengan ucapan Naufal barusan, Kayla sontak melepaskan pelukannya. "Mas kenapa ngomongnya gitu, ish?"

"Ya kan 'siapa tahu', Kay."

"Nggak ada yang akan pergi jauh. Kayla dan gus Naufal akan terus bersama."

"Kalo suatu saat nanti Allah memisahkan kita, gimana?"

After With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang