Bab 37(Dandi)

623 27 12
                                    

Happy eid Mubarak

Minal aidzin wal Faizin
Mohon maaf lahir dan batin

Yok dilanjutkan

Happy reading
________________

CDP_37 Dandi

Sesuai dengan keinginan istrinya, sore ini Gus Asad mengajak gadis bermata hazel itu jalan-jalan. Menyusuri jalanan pasar terdekat dengan mengendarai motor matic milik Mang Didi, satpam yang bekerja di mansion Aslan. Lagi-lagi, semua atas keinginan sang istri.

Di sepanjang jalan, Khadijah terus memeluk tubuh tegap suaminya yang tengah berkendara. Menyandarkan dagunya di bahu kanan Gus Asad.

"Hmm ... Jadi ini alasan Adek maunya pakai motor," ucap Gus Asad menggoda istrinya.

Khadijah menepuk pelan bahu pemuda itu dengan muka cemberutnya. "Ish, siapa bilang?"

Gus Asad terkekeh mendengar elakan dari gadis bermata hazel itu. Sungguh, wajah istrinya itu terlihat sangat menggemaskan.

"Dek, kita mau ngapain kesini?" tanya Gus Asad seraya menatap sekeliling. Nampak banyak kedai yang telah buka.

Mulai dari kedai bakso, mie ayam, ketoprak, semuanya berjejer si sepanjang jalan. Tak lupa juga dengan gudeg yang menjadi ikon kota pelajar itu.

"Icha pengin bakso, Mas." Khadijah menunjuk ke arah salah satu kedai.

"Tapi kita beli es cendol dulu ya buat minumannya," lanjutnya lagi saat netra hazel itu menangkap pedagang cendol yang tak jauh dari tempatnya berada.

Lagi-lagi, Gus Asad hanya mengangguk mengiyakan. Baginya, permintaan istrinya itu masih wajar dan tidak perlu ditegur.

*****

Dua mangkuk bakso kini sudah tersaji di meja pasangan halal itu. Di tambah lagi dengan dua gelas es cendol yang menambah cita rasa wisata kulinernya.

"Jangan di tiup, Dek!" tegur Gus Asad saat melihat istrinya antusias meniup mangkuk baksonya yang masih mengepulkan asap.

Khadijah tersenyum tanpa dosa menampakkan deretan giginya. Sesungguhnya dia tahu akan larangan meniup makanan, tapi rasa laparnya mengalahkan akal sehatnya. "Maaf, Mas."

Pemuda dengan kaos polos hitam berbalut jaket kulit itu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya. Jika seperti ini, gadis bergamis maroon itu nampak seperti anak kecil yang tertangkap basah tengah mencuri sesuatu.

Tak kehabisan akal, dengan sabar Khadijah mengaduk semangkuk baksonya agar cepat dingin. Bahkan dia sampai menempelkan gelas yang berisi es cendol itu dengan mangkuk baksonya. Biar cepet dingin, jawabnya saat Gus Asad menanyakan lewat tatapan matanya.

Setelah dirasa cukup, gadis bermata hazel itu lantas segera menyantap bakso yang sedari tadi menggodanya.

"Jangan terlalu banyak!" Gus Asad menghentikan tangan mungil itu saat dirasa sudah memasukan sambal terlalu banyak.

"Tapi, kan Icha pengin yang pedas, Mas," keluh gadisnya.

"Beneran, mau Mas kasih yang pedas?" tegas Gus Asad sukses membuat Khadijah menciut. Tak berani melawan lagu jika ketegasan yang selama ini terpendam itu dikeluarkan.

"Hmm, bukan maksud Mas melarang karena Mas keras, tapi lihatlah sisi baiknya," ucap pemuda tampan itu dengan mengusap pelan kepala perempuan disampingnya itu.

Gadis bermata hazel itu mengangguk tanpa berani melawan lagi. 

Setelah selesai makan, keduanya bergegas menuju parkiran. Jemari keduanya saling bertautan di sepanjang langkah. Mencoba mencurahkan kebahagiaan tanpa kata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tabarrukan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang