02• Rain

372 133 77
                                    

Rainbow after rain

°°°

"Halo?"

"Kakak masih di sekolah?" itu pertanyaan dari sosok yang menelpon Hanin.

Hanin nampak memandangi langit yang mulai menggelap, mungkin akan segera hujan.

Hanin tersenyum tipis, "Iya Bun, ini Hanin udah di jalan bentar lagi nyampe rumah," serunya dengan suara ceria seolah-olah benar, padahal kenyataannya ia berbohong.

"Oh yaudah, Bunda kira tadi Kakak masih di sekolah. Maaf ya Kak? Bunda gak bisa jemput soalnya toko rame." ucapan dari sang Bunda di seberang telpon membuat Hanin mengangguk berkali-kali. Ia pun paham ia akan semakin menyusahkan jika merepotkan lagi Bunda nya.

Hanin tersenyum tipis, walau sadar Bunda nya tak akan melihat senyum di wajahnya itu.


"Iya Bundakuuu, Bunda juga jangan capek-capek."

"Iya. Hati-hati di jalan ya sayang?" pesan Farah.

"Iya Bunda cantik," ucap Hanin.

"Bunda tutup ya? Ada pelanggan."

"Siap Bubun!" jawab Hanin penuh semangat.

Setelah mengakhiri panggilannya dengan sang Bunda. Hanin lantas mendudukkan diri di kursi halte. Ia menghela nafas sebentar, lagi-lagi ia berbohong pada Bunda nya.

Ini bukan tanpa alasan, awalnya memang Bunda nya berjanji menjemputnya hari ini. Tapi ini perihal keselamatan, Hanin tak mau lagi-lagi sang Bunda harus menghadapi padatnya macet hingga membuat wanita kesayangannya itu kelelahan.

Sudah hampir setengah jam ia menunggu di sini, namun tak kunjung ada angkutan umum yang datang. Mungkin efek dari cuaca yang memburuk sore ini.

Elisya pun sempat menawarkan tumpangan padanya ketika dijemput supir pribadi. Tapi Hanin tolak, pasalnya ia sudah terlalu sering merepotkan sahabat karibnya itu.

Biasanya jika sudah begini. Devon yang akan heboh sendiri mencarinya. Devon, teman masa kecilnya. Tapi tadi Devon sendiri sudah lebih dulu pulang karena salah satu keluarganya sakit.

Hufft...

Memang lelah ternyata menunggu seperti ini. Rasanya Hanin ingin menangis, bukan karena lelah tapi lebih ke takut. Takut-takut jika tiba-tiba ada penjahat yang datang dan merampas buku sekolahnya. Kan tidak lucu!

Ingatkan Hanin jika ia memang manusia paranoid tingkat akut!

Tak berselang lama ketika Hanin sibuk memainkan air di ujung sepatunya karena mulai tertimpa air hujan. Dikejutkan oleh seekor kucing yang berada di tengah jalan.

Sebuah motor datang yang membuat gadis tujuh belas tahun itu panik sendiri. Lantas berdiri.

"MEOWW NYA JANGAN DITABRAK!" teriakan menggelegar Hanin membuat pengendara motor itu refleks menghentikan kendaraannya. Walau Hanin hanya ditepi tidak berusaha membantu kucing agar segera pergi. Tapi cukup membuat pengendara tersebut menghentikan laju motornya.

Hening Untuk Bara [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang