24• Kesambet

118 13 0
                                    

Semua tentang rasa, entah kapan waktunya saat nanti kita bersama

°°°

"Eh nak Bara udah datang?" Hanin mengaduk nasi goreng buatan sang Bunda dengan malas. Pagi-pagi Bunda-nya malah menyuruh Bara datang kemari dengan alasan kebanyakan masak sarapan.

"Iya..." Jawab Bara, tersenyum tipis, tak kentara raut nya.

"Duduk dulu, Kak tolong taruh nasi Bara nya ya? Bunda bangunin Rey dulu."

Hanin menggeleng samar, enggan sebenarnya.  Tapi Bunda nya lebih dulu beranjak, menyisahkan Hanin dan Bara saja di meja makan.

"Pulang jam berapa?" bukan Hanin yang bertanya, itu suara Bara. Hanin cukup tercengang, tumben sekali lebih dulu bersuara?

Hanin yang semula menunduk langsung menatap Bara. Lalu berpikir sejenak, sebelum akhirnya ingat jam terakhir Rey menelponnya.

"Setengah sebelas."

"Geon?"

Hanin mengangguk, "Kemarin Kak Geon tiba-tiba dateng ke rumah Kak Bara, dia cuma bilang ada urusan sama Kak Bara, tapi ternyata baru tahu Kak Bara pergi."

"Kenapa gak langsung pulang?"

"Ha?" Bara tak menyahuti, ia yakin telinga Hanin masih berfungsi dengan baik.

Hanin menggaruk tengkuknya, "Maksud Hanin Kak Bara ngomongin siapa?"

"Kalian!" Hanin mengerjap pelan.

"Kan kemarin Hanin diamanahin jaga Alleshea, kalo Kak Geon dia juga ikut nemenin Alleshea," Jawab Hanin.

"Kenapa gak diusir?"

"Masa Kak Geon nya diusir? Kan bukan rumah Hanin."

"Gue juga nitip jaga rumah kalo Lo lupa, jadi Lo berhak!"

Hanin bingung sendiri, "Kan Kak Geon temennya Kak Bara?"

"Lo suka Geon?!" Loh? Kok jadi kemana-mana?

Hanin ngeri sendiri menatap bola mata Bara yang seolah-olah dapat menghunusnya kapan saja.

"Gak usah murahan! Status Lo tetep cewek gue, walau cuma sebatas kesepakatan. Gak usah ngegodain Geon."

"Gak ada yang godain! Kak Bara kenapa sih??" Hanin kesal sendiri, ia merasa tak bersalah apapun. Kenapa seolah dituduh jadi pelaku.

"Berani Lo ninggiin suara Lo?!" Suara Bara mengancam, tapi dengan nada rendah. Dan itu membuat suaranya semakin menyeramkan.

"Loh Kak? Kok belum dimakan sarapannya?" Ucap Bunda Farah yang menatap bingung pada mereka. Ada yang janggal karena perubahan raut wajah Hanin, sedangkan Bara tetap normal saja.

Hanin diam saja, segera menyodorkan sarapan untuk Bara tanpa menoleh pada pria itu sedikit pun, lalu beranjak fokus pada sarapannya meninggalkan hening yang mendadak dalam ruangan yang biasanya hangat.

"Kita berangkat, -Bunda," ucap Bara berpamitan namun suaranya tetap ragu.

"Iya hati-hati." Farah tetap sama selalu tersenyum cerah.

Sedangkan Hanin? Hanya diam saja, ia sempat menolak ajakan Bara tapi Bara mengancam lewat tatapan lesernya.

Sesampainya di sekolah, sebelum benar-benar turun, Bara menahan pergelangan tangan Hanin. Menahannya cukup kuat hingga menimbulkan suara ringisan dari bibir Hanin. Suasana parkiran sekolah memang masih sepih.

"Sekali lagi Lo berurusan sama cowok selain gue, camkan ini! Bukan cuma Lo yang dalam bahaya tapi cowok itu juga, dengerin gue! Sekali Lo ngelanggar gue gak bakal segan-segan, paham?!" Ucap Bara menatap tajam pada Hanin yang ketakutan. Apa masalahnya sih?? Hanin pun tak paham kenapa Bara malah jadi monster pagi-pagi begini.

Hening Untuk Bara [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang