Sesakit dan seterluka apa kamu di masa lalu, sembuhlah untuk kami yang mencintamu.
°°°
Hanin memandang langit sore yang begitu indah. Tersenyum tipis ketika mendapati bentuk awan menyerupai kepala manusia. Tidak jelas, tapi ia harap itu adalah Ayahnya.
Kakinya terus mengayun agar ayunan yang ia duduki terus bergerak. Taman kota memang paling indah dinikmati ketika sore.
"Ngapain?" sebuah suara seketika membuat Hanin menoleh lalu tersenyum canggung.
"Liat sunset Kak," jawab Hanin. Lalu menggigit bibirnya sekilas, malu sendiri.
"Lo belum balik dari tadi?"
Hanin menggeleng.
Lalu pria tersebut duduk di ayunan sebelah kiri Hanin. Ikut menikmati langit sore yang memang sangat indah.
Hanin merutuki dalam hati. Kenapa pula ikut duduk?
"Canggung ya?" pertanyaan itu membuat Hanin mengusap tengkuknya ragu. Ingin mengangguk takut dikira terlalu jujur.
"E.., gak juga."
"Kenalan? Tapi gue rasa Lo kenal gue? Right?"
Pede sekali!
Ia tak menyangka Geon ternyata sepede ini. Walau memang benar sih.
"Kak Geon."
Geon mengangguk, lalu menegak minumnya.
"Kenal Bara?"
Hanin seketika muram, tapi bingung harus merespon bagaimana.
"Temen Kak Geon."
"Yeah. Gue gak perlu jelasin itu. Lo deket sama dia?"
Hanin tersenyum kecut. To the point sekali.
"Kentara ya?"
"Kevas ada liat Lo berdua di deket aula..."
Hanin diam. Ia rasa tak ada yang perlu dibahas mengenai itu. Karena ia cukup muak dengan nama itu karena kejadian tadi di sekolah.
"Bara ditinggal nyokapnya dari kecil."
Hanin cukup syok dengan ucapan Geon. Bukan masalah Bara nya. Maksudnya, apa gunanya Geon membahas itu pada Hanin yang notabene orang asing. Terlibat percakapan pun mungkin Hanin baru sekali ini dengan Geon. Lalu apa gunanya?
Geon nampak memahami wajah Hanin yang terlihat kurang nyaman dengan topik yang ia bahas.
"Okey, mungkin Lo ngerasa aneh tiba-tiba gue bahas ini sama Lo."
Double syok! Cenayang om?
"Gue tau Bara, gue kenal dia bukan sehari dua hari. Dia membatasi diri dari cewek-cewek. Dan tiba-tiba beberapa kali gue tau dia sempet terlibat percakapan sama Lo. Maybe, Bara gak pernah tertarik buat basa basi. Hidupnya penuh progres."
Hanin yang semula tak nyaman, akhirnya menyimak apa saja yang Geon ucapkan. Geon Deastra pria dengan pengamatan yang luar biasa.
"Gue gak tau apa hubungan kalian di luar pandangan gue. Dan gue juga gak tertarik buat ngurusin itu. Itu privasi kalian."
"Tapi sekarang, gue nemuin Lo di sini. Gue berharap besar Lo bisa kasih perubahan baik buat hidup Bara, walau gue gak tau kemungkinan terburuk dari tujuannya dia apa. Gue berharap Lo gak bakal ninggalin dia."
Hanin terdiam, tak lantas mengangguki ucapan Geon. Ia tahu, Geon begitu perduli atas kehidupan Bara. Dan ia menginginkan kebahagiaan bisa datang untuk Bara lewat jalur dirinya mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hening Untuk Bara [TERBIT]
Teen FictionKamu asmaraloka yang amerta di bentala adiwarna tetapi terasa aksa bagiku sang niskala [Hening Untuk Bara] °°° Bara, remaja dengan keheningan dalam hidupnya, dibelenggu oleh luka basah yang menganga yang membuatnya kecewa atas rasa saling cinta. Tap...