27• Luka

134 10 0
                                    

Jangan pernah meremehkan rasa sakit seseorang, karena kamu tak pernah tahu sejauh apa ia menahan diri untuk tidak melukai diri sendiri.

°°°

Hanin masuk ke dalam rumah dengan lemas, ia menghempaskan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Rey dan Bunda nya mungkin belum pulang. Kalau Rey mungkin tengah sibuk bermain bersama teman-temannya dan Bunda nya pasti masih di toko. Ingatan Hanin terlempar pada dua tahun lalu.

Flashback on.

"Kamu jangan ikutin aku terus!"

Anak lelaki SMP dengan baju sekolah yang tidak lagi rapih, serta bola basket yang selalu ia bawa kemana-mana itu menatap Hanin penasaran.

Hanin menghentakan kakinya kesal, "Aku risih sama kamu!"

Anak lelaki yang Hanin ketahui bernama Ares itu lantas tergelak melihat raut wajah Hanin yang kesal, serta pipinya yang merah padam karena emosi.

"Padahal aku gak ganggu kamu," ucapnya. Memang benar, tapi Hanin tidak suka.

Hanin yang sejak tadi berjalan lantas menghentikan langkahnya, menatap Ares dengan marah, "Kata bunda, aku gak boleh deket-deket sama cowok nakal kayak kamu!"

"Aku gak nakalin kamu kok," Jawab Ares.

Hanin menatapnya dengan emosi, "Kamu tuh berisik aku gak suka orang berisik! Baju kamu juga gak rapih! Aku gak suka, aku gak mau deket-deket kamu, aku gak mau temenan sama kamu!"

Ares tersenyum lucu melihat Hanin yang emosi, "Aku juga gak mau temenan sama kamu kok!"

Hanin melotot kesal! Ia sangat kesal, lelaki ini sejak dua minggu lalu, awal kenaikan kelas sembilan, memang satu kelas dengannya. Dan sejak saat itu, hidupnya mulai diusik oleh anak nakal bernama Ares itu. Dan sialnya lagi kelas Hanin dan Devon malah dipisahkan. Karena biasanya Hanin yang selalu bersama Devon, kini malah terus-menerus diusik oleh Ares.

"Terus kenapa kamu ikutin aku terus?! Kamu gak punya temen apa?!" Hanin benar-benar emosi.

"Kalo jadi pacar kamu aku mau!"

Hanin lantas melempari Ares dengan botol minum yang baru saja Bunda nya belikan.

"Kamu nakal!"

°°°

Tidak sampai di sana saja, kehidupan Hanin yang tenang terus  saja diusik oleh Ares.

Ares terus mengganggunya, entah itu mencuri pulpennya atau diary-nya yang membuat Hanin dirundung jengkel setengah mati ketika Ares malah membacakan isi diary-nya di depan kelas hingga dia diejek oleh teman satu kelasnya.

Di mata Hanin, Ares itu menyebalkan!

"Kamu kenapa?" tanya Devon. Mereka memang tengah belajar bersama di rumah Hanin seperti hari-hari biasanya.

"Kesel."

"Karena si Ares itu ya?"

Hanin mengangguk, "Aku gak suka dia nakal, tapi kata Bunda aku disuruh temenin aja. Karena kalo diliat-liat Ares gak ada temennya. Aku kasian tapi Ares nakal!"

Devon mengangguk menyetujui ucapan Bunda Farah.

"Dia kan gak sampe cubit atau pukul kamu, temenin aja. Masa kamu nempel terus sama aku? Nanti kamu malah gak ada temen selain aku lagi..." ucapan Devon memang ada benarnya. Hanin memang terkesan ansos, dan introvert sehingga susah bersosialisasi dengan orang lain. Sehingga teman yang Hanin miliki hanya Devon, dan siapapun teman sebangkunya. Hanya itu, dan karena itu Devon tak melarang Hanin berteman dengan Ares.

Hening Untuk Bara [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang