Kadang kala tak apa dianggap jahat, asal tak pura-pura terlihat baik. Karena hakikatnya terlalu banyak manusia yang senang berpura-pura
°°°
"Sadar diri Bara posisi kamu di rumah ini!" bentakan keras itu membuat Debara menggeram.
"Kamu itu hanya anak sialan yang tidak tau diri--" ucapan Hans terpotong begitu saja.
"Kenapa gak Lo bunuh aja sekalian?!"
"Huh? Kamu kira saya akan menyia-nyiakan kehadiranmu setelah kamu menghancurkan hidup saya huh?! Dan membiarkan kelahiranmu di dunia ini hanya sia-sia?!"
"Lo kalo gak becus jadi orang tua, gausah bikin gue tambah benci bisa?! gak usah ngurusin hidup gue seolah-olah kita punya hubungan darah!"
"Kamu pikir saya akan perduli tentang ikatan darah saya dengan kamu? Sadar diri Bara, kamu hanyalah anak yang tidak pernah dianggap atas kehadiranmu."
"Lo diem bangsat!"
"Bahkan Ibu jalangmu itu pun enggan--"
Brak!
Bara menendang kasar kursi makan yang tadi ia duduki.
"GAK USAH BAWA-BAWA NAMA NYOKAP GUE ANJING!"
Bara bergegas meninggalkan meja makan yang begitu memuakkan untuknya.
"Bahkan wanita yang kamu puja-puja itu malah membuangmu, dan membiarkan kamu tersiksa hidup bersama saya. Apakah kamu yakin akan selalu mencintai Ibu jalang--" ucapan Hans kembali terpotong.
Shit!
Bara melempar paksa tas sekolahnya, dengan tangan gemetar ia menunjuk wajah Hans sangking EMOSINYA dengan penuh tatapan nyalang.
"LO BAJINGAN TERGILA! MULUT LO SAMPAH ANJING!"
Dan setelah itu Bara pergi tanpa memperdulikan teriakan Hans yang berisi sumpah sarapah padanya. Yang sebenarnya begitu melukai hatinya. Walau kadang Bara merasa ia telah mati rasa atas perilaku Hans padanya. Tetap saja hal itu terkadang membuatnya sakit.
Itu kejadian pagi tadi yang berhasil membuat Bara berakhir di balkon kamarnya sekarang dengan ingatan pada kejadian beberapa jam lalu.
Hal itulah yang membuatnya terisak di atas rooftop pagi tadi. Ia tidak pernah bisa akan menerima ucapan Hans mengenai Ibunya. Yang akan melukai hatinya.
Walau tidak sepenuhnya ucapan Hans salah mengenai sosok wanita yang sampai saat ini bahkan sampai nanti pun akan tetap menjadi sosok pertama di dalam hatinya.
Ibunya, wanita yang dibenci oleh Ayahnya.
Ia menghela nafas sejenak. Mulai teringat kilas kejadian beberapa waktu lalu, bukan perihal Ibunya lagi kali ini. Ini tentang gadis dengan rambut sebahu yang dengan tak tahu malu, meminta untuk diantari pulang. Padahal baru kenal--bukan? Baru berjumpa dalam jangka waktu yang tidak bisa diperkirakan mencapai kurun waktu 10 jam.
"Shit!" umpatnya pelan.
Lalu mendapati handphone nya berbunyi. Itu deringan pertama. Sebelum akhirnya Bara mulai risih pada deringan yang sudah tak terhitung lagi berapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hening Untuk Bara [TERBIT]
Ficção AdolescenteKamu asmaraloka yang amerta di bentala adiwarna tetapi terasa aksa bagiku sang niskala [Hening Untuk Bara] °°° Bara, remaja dengan keheningan dalam hidupnya, dibelenggu oleh luka basah yang menganga yang membuatnya kecewa atas rasa saling cinta. Tap...