Berjalannya waktu, bukan untuk membelenggu diri pada kisah lalu, tapi untuk menempuh lembaran pada kebahagiaan baru
°°°
Bara masuk ke dalam rumah dengan suasana yang berbeda. Ia teramat bahagia sekarang. Ada perasaan ingin menahan Hanin agar terus berada di dekatnya. Tapi mustahil, ia malah akan dibunuh oleh Reyyan Adharta.
Bara menaiki tangga menuju kamarnya, sangking bahagianya ia lupa ada mobil yang terparkir di garasi tadi selain mobilnya. Bara mematung, ketika baru saja membuka pintu kamarnya ia mendapati Hans berada di sana, duduk di sofa seraya menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangan, lalu menoleh ketika mendengar pintu yang terbuka, dan mendapati Bara di sana.
Bara berusaha mengontrol emosinya. Ia tak ingin membuat Hanin kecewa atas kerja keras gadis itu membantunya untuk sembuh dari bayang-bayang masa lalu itj.
Bara segera menutup pintu kamarnya kembali. Tak ingin meladeni Hans, ia tahu akan berakhir seperti apa ketika dua kepala itu beradu. Hans dengan cepat menyusul Bara yang berada di anak tangga.
"Bara, Papa ingin bicara!"
Deg!
Papa?
Bara menghentikan langkahnya mendengar teriakan Hans.
Ia mengepalkan tangannya, berharap emosinya tidak meledak sekarang juga. Ia hanya butuh udara segar, ya dia harus keluar saja! Bara menyesali kepulangannya!
Hans dengan cepat mengejar langkah Bara, berharap Bara menghentikan langkahnya.
"Bara Papa mohon!"
Bara menatap Hans dengan benci, "Mau apalagi?!"
Tak Bara duga, pria arogan itu malah berlutut padanya menundukkan kepalanya, lalu terdengar tangisnya yang sebenarnya menyayat hati. Tapi Bara hanya merasa ini hanya akal-akalan Hans saja, Hans adalah manusia licik.
"Maafkan Papa Bara..."
Bara tertawa sumbang, maaf? Drama apa ini?
"Lo cuma mabuk! Gak usah ngacok, sana pergi! Lo bukan bokap gue, gak usah drama-drama!" Bara menahan diri untuk tidak mengumpat sekarang juga.
Bara dibuat terheran-heran pada setan yang merasuki jiwa Hans. Hans memegangi kakinya seraya menangis.
"P-papa tidak akan melarang kamu membenci Papa.., P-papa hanya ingin menebus kesalahan Papa!"
Bara semakin dibuat tertawa keras, bodohnya setan yang merasuki diri Hans! Tidak tahukah setan itu jika Hans sadar maka ia akan menyesal seumur hidup karena mengucapkan kata terkutuk itu.
"Gak usah ngacok bisa gak sih bangsat!" Bara akhirnya geram juga. Ia hanya ingin istirahat, kenapa Hans malah menjadi budeg begini!
"B-Bara, Om Erga sudah menjelaskan semuanya pada P-papa. Maafkan Papa nak? Papa selama ini bersifat egois, dan malah berlarut menyakiti kamu dan mamamu..."
Bara menatap Hans marah, lalu menarik kerah baju Hans, emosinya tidak stabil. Apapun yang berhubungan dengan Ibunya adalah sumber rasa sakitnya.
"MAMA GUE UDAH MATI BANGSAT! DAN ITU GARA GARA LO!!"
"Bara--"
"LO GAK TAU MAMA GUE NANGIS TIAP MALEM KARENA LO! LO GAK TAU SEBESAR APA MAMA GUE CINTA SAMA LO DAN SAYANG SAMA GUE!"
Hans kembali tergugu, ucapan Bara seolah menamparnya, Lia memang sudah tidak ada dan Lia mencintainya?
Bara memukul keras tubuh Hans, dalam pikirannya ia berharap Hans menghilang dari pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hening Untuk Bara [TERBIT]
Novela JuvenilKamu asmaraloka yang amerta di bentala adiwarna tetapi terasa aksa bagiku sang niskala [Hening Untuk Bara] °°° Bara, remaja dengan keheningan dalam hidupnya, dibelenggu oleh luka basah yang menganga yang membuatnya kecewa atas rasa saling cinta. Tap...