35• Ruang

115 13 0
                                    

Nikmati perjalanan waktunya, jalani semua prosesnya, nanti kita ketahui hasil dari usahanya.

°°°

Meja makan yang hanya di isi dengan suara alat makan itu, membuat Hans menghela nafas. Ini keputusan bersama, semenjak Hans mengatakan ingin memperbaiki semuanya. Dan berharap Bara akan menerimanya kembali. Tapi sejauh ini belum juga ada kemajuan. Hans membuat kesepakatan, untuk setiap pagi dan makan malam bersama, serta quality time setiap weekend. Bisa nonton, main tenis, atau melakukan kegiatan olahraga lainnya selagi Bara menyukai. Sejauh ini Hans telah berusaha keras.

Suara kursi berderit, membuat lamunan Hans berhenti lalu menatap pada Bara yang siap pergi.

"Duduk dulu Bar, Papa ingin bicara."

Bara tak membantah tapi raut wajahnya tetap datar seperti biasa jika berhadapan pada Hans. Bara memang telah menceritakan semuanya pada Hanin dan psikiaternya mengenai hal ini. Dan mereka mendukung semua hal baik itu. Karena memang lebih baik sembuh dengan masa depan yang baru dan memperbaiki yang lalu kan? Maka dengan itu Bara juga berusaha untuk itu, dan menerima semuanya dan juga ikut berusaha memperbaiki. Walau kadang sia-sia, karena bayangan masa lalu itu masih terus menghantuinya.

"Sebentar lagi kamu akan lulus kan?"

Bara tak menanggapi hanya diam menyimak hingga Hans selesai bicara.

"Papa hanya berharap kamu bisa melanjutkan bisnis Papa." Hans menatap raut wajah Bara yang berubah, lantas ia kembali melanjutkan ucapannya, "Papa tidak bermaksud menuntut kamu untuk melanjutkan ini, jika kamu mau. Perusahaan akan Papa pindah alihkan menjadi tanggung jawab mu. Tapi jika kamu menolak dan mungkin belum siap, Papa akan selalu mendukung apa yang kamu mau."

Bara tetap diam.

"Saya berangkat..," ucapan Bara membuat Hans hanya tersenyum pedih.

"Semoga nanti kamu bahagia..."

°°°

"Ujian udah mulai minggu depan kan?"

Bara mengangguk.

Hanin menunjuk samsak yang sedang Bara gunakan untuk latihan.

"Kenapa?"

"Latihannya udah dulu gak bisa ya?"

Bara tersenyum mendengarnya, "Kenapa? Cemburu sama samsak?"

Hanin mengernyitkan keningnya, "Dih mana ada! Maksud aku tuh, fokus belajar dulu. Ini kan nilai akhir buat kelulusan kamu, main-mainnya berhenti dulu. Kan gak lama lagi juga lulus."

Bara menghentikan aksinya memukul samsak lalu beralih duduk pada Hanin yang langsung menyodorkan minum padanya.

"Aku kan latihan juga buat kesehatan diri sayang..."

Hanin mengangguk, "Iya paham, tapi gak capek apa? Kan bisa dikurangi dulu gitu, kalo belajar sama latihan, kamu lebih banyak latihannya loh..."

"Aku mana minat buat belajar."

Hanin mencubit bahu Bara keras, membuat Bara menjerit.

"Dibilangin juga susah banget! Heran, katanya mau kuliah di Universitas negeri biar kita gak ldr-an. Jadi heran, kamu tuh serius gak sih mau kuliahnya?"

Bara membalas menjawil hidung Hanin.

"Oh kode minta diseriusin nih?" goda Bara.

Hanin malah memukul bahu Bara lagi karena salting, "Gak gitu ya!"

Hening Untuk Bara [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang