Aku sebuah duri yang dipaksa berdiri, pada luka pedih yang tak bisa dihindari
°°°
"Dari siapa?" tanya Bara.
"Fans-nya Geon," sahut Kevas.
"Masih?"
"Emang gak bosen kalik," jawab Kevas.
"Yon, siapa sih emang nih orang?" tanya Kevas yang penasaran. Bara nampak menoleh, namun lanjut kembali acuh. Malas perduli padahal tak berguna itu.
"Gue gak tahu sih sebenernya. Kurang tahu, tapi gue sempet curiga sama satu cewek."
"Gue kira cowok!"
"Bego!" sembur Bara.
"Ya kalik kan di sekolah ini ada gay-nya kan kita gak tau," ujar Kevas santai.
"Kalaupun ada paling Bara."
Bara cepat-cepat menoleh dengan raut wajah tak bersahabat. Yang malah mendapati lemparan kuaci dari Kevas.
"Emang Lo kalik ya yang naksir si Geon?"
"Gila lo! Kalaupun dia cewek pun, ogah!"
"Wih Yon, lo ditolak sebelum transgender," ucapan ngaur Kevas. Lantas mendapat bogeman mentah dari buku jari Geon di bahunya.
"Sialan Lo Bar!"
"Temen Lo ngaur," sahut Bara.
"Bukan temen gue sih."
"Asuu lo pada!"
"Siapa ceweknya?"
"Gue cuman curiga doang."
"Terserah dah. Siapa woi? Biasanya kan feeling Lo gak usah diraguin."
"Cewek yang sering dibonceng Devon."
"Devon?" Bara bergumam nampak ikut mengingat siapa orang tersebut.
"Oh yang kelas 11 sains itu? Temen sosialisasi Lo itu kan?"
"Yang gila sosiologi tapi masuk sains," jelas Geon.
"Oh yang bego itu," sahut Bara.
"Jujur amat mas!"
"Kok Lo curiga ama dia?" akhirnya Bara menyahut. Walau kurang tahu juga siapa gadis tersebut. Tapi cukup memancing atensinya.
"Tiga kali gue mergokin dia deket loker gue. Terus dua kali dia ketahuan natap gue. Ini bukan cuma firasat. Gue cukup peka buat ngerti--dia tertarik maybe."
Bara mengangguk-angguk paham. Walau sebenarnya merasa kurang suka dengan topik mengenai asmara.
"Hanin!" teriakan panik di area lapangan membuat mereka bertiga menoleh. Ini masih jam pelajaran.
Karena jam kelas mereka tengah jam olahraga maka mereka bertiga berakhir di tepi lapangan basket sesekali memperhatikan beberapa orang yang sempat berlalu lalang.
Entah itu alasan ke wc lah, atau malah mengambil buku paket. Seperti yang tengah mereka perhatikan sekarang.
Si pria nampak meraih buku yang mulai berserakan di lapangan, sedangkan si gadis nampak panik. Namun tetap menurut ketika si pria menyuruhnya untuk berdiri.
"Eh yang itu ya Yon??"
"He'um, tapi ini cuman perspektif gue doang."
"Gila! Manisse mas!"
"Hm, temennya aja se-protektif itu."
"Wajar takut digaet om-om kek Bara."
Bara mengabaikannya. Tapi tak sengaja matanya bertubrukan dengan bola mata hazel milik gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hening Untuk Bara [TERBIT]
Novela JuvenilKamu asmaraloka yang amerta di bentala adiwarna tetapi terasa aksa bagiku sang niskala [Hening Untuk Bara] °°° Bara, remaja dengan keheningan dalam hidupnya, dibelenggu oleh luka basah yang menganga yang membuatnya kecewa atas rasa saling cinta. Tap...