Musik beraliran pop mengalun keras di sebuah ruang ganti VIP. Di sana ada beberapa orang yang memiliki gaya rambut rapi dengan Pomade mengkilap di sebagian helai rambut mereka. Beberapa pria dengan wajah garang dan jas terlihat bosan. Mereka terkesan tidak menikmati berada di sana. Wajah mereka tegang dan berdiri dekat dengan seorang pria yang kini bersandar di sofa kulit nyaman berwarna merah marun sambil mengeringkan rambutnya yang basah.
"Kau harus memikirkan ini, Hyeon Jun!" Salah seorang dari mereka menegur. Dia mengenakan kacamata dan sepintas terlihat intelek. Tapi dia sama sekali bukan akademisi atau punya profesi yang serius. Dia menyimpan belati tajam di balik celananya. Sebagian rambutnya yang panjang sebahu dicat perak dan diikat dengan tali. Dia adalah seorang gangster.
Dia cukup berani bicara dengan Lee Hyeon Jun dengan nada memerintah. Itu artinya dia tidak terpengaruh dengan kekuatan serta latar belakang Hyeon Jun.
Pria bernama Hyeon Jun itu, memiliki rambut cepak dan perawakan atletis. Tubuhnya tinggi namun juga tidak terlihat menakutkan. Dia sempurna menjadi model pakaian dalam pria berkat ototnya yang menawan. Ada tato di lengan dan bagian atas dadanya. Hyeon Jun membentuk tubuhnya berkat latihan beladiri yang intens. Dia tidak kenal steroid atau minuman protein. Garis wajahnya juga menawan, sedikit intimidatif namun terbukti bisa membuat banyak wanita lemah dengan tatapannya.
Segelas bir dengan dua keping es batu yang sudah mencair berada di tangannya kanannya. Hyeon Jun tidak segera menanggapi. Para pria itu adalah bawahan ayahnya. Mereka semua adalah anggota dari Serpent Fang— organisasi underground korea— yang powerful.
"Kalian tidak sabar ya? Aku kan baru tiba di Korea kurang dari dua belas jam lalu," Hyeon Jun berkomentar dengan sedikit senyum.
"Presiden Lee bilang sudah waktunya kau berhenti bermain-main dan serius mengurus organisasi, Jun!" Omel pria berkacamata itu. Pria lainnya hanya berdiri di sekitar mereka dengan patuh tanpa ekspresi.
"Aku tidak bermain-main, aku ini atlit kebanggaan Korea sekarang. Ayah tidak bisa sembarangan menyuruhku berhenti. Dia harus berurusan dengan menteri olahraga kalau dia memaksa. Bilang pada ayah kalau aku akan mempertimbangkan sebagai penerus. Nah, sekarang pergilah. Aku sudah terlambat. Gara-gara kalian ada di sini, perias jadi takut masuk. Mungkin dia akan memanggil petugas keamanan karena mengira aku sedang dipukuli," Hyeon Jun tertawa.
"Kau jadi lembek, Jun! Apa-apaan ini, kau kini jadi bintang iklan? Apa ini tidak berlebihan? Nanti, ketika kau tiba di markas besar aku akan bicara banyak padamu. Dan jangan blokir nomorku! Atau aku akan mencarimu seperti ini lagi dan mempermalukanmu. Ayo kita pergi," pria dengan rambut diikat itu membenahi kacamatanya sebelum pergi.
Ketika mereka membuka pintu, mereka berpapasan dengan seorang wanita.
"Aduh," Mi-Rae mengeluh tatkala seseorang tanpa sengaja menabrak bahunya. Pria-pria berwajah seram itu segera membungkuk sopan kepadanya.
"Apakah kau penata rias Hyeon Jun? Maaf sudah menyita waktumu," pria berkacamata itu juga menunjukkan sesalnya.
"Eh? Tidak, aku—"
"Masuklah, dia sudah menunggumu," pria lain bicara dan mendorong pintunya menutup. Mi-Rae baru saja tiba. Masih ada setengah jam sebelum waktunya berias dan sepertinya dia berpapasan dengan hal yang merepotkan.
"Kau periasku?" Hyeon Jun bertanya tidak yakin. Dia melihat penampilan Mi-Rae yang menurutnya terlalu cantik sebagai penata rias. Wanita itu mengenakan mantel cokelat tua dengan sweater rajut sederhana di baliknya. Riasan wajahnya juga tidak berlebihan. Seumur hidupnya Hyeon Jun dikelilingi perempuan-perempuan yang terbiasa bersolek dan berpakaian norak. Mi-Rae seperti oase untuk matanya.
"Eh, aku? Bukan," Mi-Rae menggeleng.
Langka baginya bertemu seseorang yang tidak mengenalnya di tempat biasanya para pesohor melakukan syuting seperti stasiun televisi saat ini. Mi-Rae tidak nyaman kalau dia harus mengaku sebagai salah satu aktris yang akan syuting sore ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Dangerous Lover
RomansaBersama Hyeon Jun, Mi Rae merasa nyaman dan hidupnya terasa seperti petualangan. Dengan Do Hyun, Mi Rae merasakan cinta pertama yang menyapa hatinya lembut seperti musim semi. Namun semua itu dibarengi oleh kecemasan. Haruskah Mi Rae merajut kembali...