Lisa POV
Ini bagus, Jennie berhasil percaya padaku bahwa aku memang telah memaafkan nya, aku memang terenyuh dengan sikapnya yang mencintai ku, aku memang menyesal sempat ingin melaporkannya ke polisi, tapi untuk memaafkan nya? Itu sangat sulit untuk ku lakukan saat ini, setelah ku pikirkan lagi, aku hanya perlu berpura-pura untuk memaafkannya dan mengikuti semua perkataan nya jika memang ingin melawannya, karena sikapnya yang sangat keras, membuat ku tidak bisa melawannya dengan sikap keras juga, dan lagi pula percuma saja jika aku pergi dari nya, karena kemana pun, dia pasti akan berhasil menemui ku.
"Baby, ada apa?" Tanya nya sambil mendongak ke arah ku, kami berdua sedang tertidur di atas ranjang.
"Ani, baby.. hanya sedikit pikiran yang menganggu." Ucap ku dan mengecup kening nya.
"Apa kau akan menulis wattpad mu lagi?" Aku sudah tahu, bahwa dia akan menanyakan ini, dan aku tahu. Memang yang lebih penting adalah pembunuhan ini, bukan diri ku.
"Ah ya, apa kau ingin aku menulisnya lagi?" Tanya ku berpura-pura tersenyum.
Dia mengangguk dan memeluk tubuh ku, Jennie. Kau salah besar, aku memang mencintai mu, tapi hidup ku sangat keras selama ini, bahkan aku sudah terbiasa hidup sendiri, jadi. Kau sangat salah jika kau berpikir bahwa aku akan lebih mementingkan perasaan cinta ku untuk mu saat ini.
"Aku ingin kau menulisnya lagi, kemarin. Sangat sulit membunuh pria itu tanpa tulisan wattpad mu." Aku bersumpah aku jijik mendengar ucapannya, bagaimana dia bisa menceritakan dengan wajah datarnya saat menceritakan pembunuhan yang dia lakukan itu? Dia benar-benar gadis psikopat, aku mengumpat dalam hati ku, aku sungguh kesal dengan sikapnya, namun aku harus menahannya, ini demi keselamatan hidup ku juga.
"Benarkah? Ya-ya, kalau begitu. Aku akan menulisnya lagi untuk mu dan teman-teman mu." Ucap ku dan dia tersenyum mengecup bibir ku untuk sekilas.
"Gomawo baby." Ucapnya dengan manis, aku menangkup pipi nya dan mencium bibir nya, kedua matanya terpejam, dia menarik kepala ku sambil meremas rambut ku, bibir kami saling bertemu dan melumat, lidah ku menjulur memasuki mulutnya saat dia membuka mulutnya yang membuat lidah kami saling bertemu dan menari di dalam mulutnya, dia menjulurkan lidahnya keluar, dam aku menjulurkan lidah ku keluar, lidah kami saling beradu di luar mulut kami masing-masing.
Aku menghisap lidahnya dengan kuat, sampai lidahnya ke tarik-tarik, suhu tubuh kami berubah seketika menjadi panas, AC di kamarnya sudah mulai tidak berasa dinginnya, dia menarik ku ke atas tubuhnya dan menindihnya tanpa melepas ciumannya, lidah kami saling berpautan, tangan satu ku mulai memasuki baju nya dan bra nya, aku mengelus putingnya dengan lembut dan meremasnya.
"Sssshhh~" dia mulai merintih saat merasakan tangan ku meremas payudaranya, dengan napas terengah kami saling melepaskan ciuman kami, dan kedua mata kami saling menatap,
"Jennie, jika aku tidak bisa membuat mu berubah suatu saat nanti, mungkin.. akan lebih baik, aku membunuh mu memakai tangan ku sendiri saat itu agar kau berhenti melakukan ini semua, aku mencintai mu." Gumam ku dalam hati sambil menatapnya, dan aku melumat bibir nya kembali dengan ganas, dia mendorong ku kesamping dan berpindah ke atas ku tanpa melepas ciuman nya, lidah kami saling menghisap dan bibir kami saling melumat dengan napsu.
Aku menarik bajunya membuka nya dan membuangnya ke sembarang arah, aku duduk menyadar di sandaran ranjang dan menghirup belahan payudaranya dengan gemas. "Kau sangat seksi." Puji ku.
Dia tersenyum tipis dan menggigit bibir bawahnya, dia membuka baju ku dan melemparnya ke lantai.
"Dimana kau ingin melakukannya kali ini, hm?" Tanya ku sambil mencium lehernya dan menjilati urat nadi di lehernya, aku menghisapnya lembut untuk meninggalkan tanda cinta ku di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Spider Lili (JENLISA) [GxG] (END)
Misterio / SuspensoMengisahkan tentang Lalisa Manoban, gadis asal Thailand yang hobi menulis wattpad, dia menyalurkan rasa traumatic nya pada tulisan nya. Sementara Jennie Kim yang masih kuliah S2 untuk mendapatkan gelar sebagai dokter spesialis bedah, akan kah mereka...