"Sebaiknya, kita selidiki secepatnya karena besok adalah hari pembunuhan, kita terlalu sibuk dengan Lalisa Manoban itu, berikan aku antingnya." Gumam Wendy di cafe meminta barang bukti pada Seulgi.
Seulgi membuka resleting saku nya dan memasukan tangannya ke dalam jaket kulit miliknya, karena beberapa hari ini dia tidak mengganti jaketnya.
Dahi nya berkerut saat dia mencoba mengambil anting itu tetapi tidak ada, jaket kulitnya mempunyai 6 saku, dia memeriksanya dengan teliti namun dia tidak menemukan.
"Wae? Wae?" Wendy bertanya dengan meninggikan suaranya karena malihat wajah Seulgi yang terlihat panik.
"Ke-kenapa tidak ada." Gumam Seulgi dengan cemas.
"Mwo?! Cari yang benar! Kau menaruhnya dimana?!" Wendy memukul meja memakai tangannya dan meninggikan suaranya.
"Aku--- aku menaruhnya di jaket." Gumam Seulgi yang masih sibuk mencarinya.
"Mwo? Yang benar Seulgi-ya. Kau menaruh barang penting di saku jaket mu? Yang benar saja? Kau harus ingat-ingat, apakah kau tidak lupa menaruhnya? Apakah benar jaket itu yang kau pakai?" Gumam Wendy dan Seulgi dengan wajah berpikir menganggukan kepalanya dengan perlahan.
"Aku sungguh- aku menaruhnya disini--- di saku ku, mianhae karena aku belum sempat pulang jadi, aku masih menyimpannya di saku jaket ku dan-"
"Dan sekarang menghilang maksudmu?!" Wendy dengan rahang terkatup menghentakkan kedua tangannya ke atas meja dan berdiri melotot kearah Seulgi, semua orang di sana menatap Wendy dan Seulgi menarik tangannya menyuruhnya untuk duduk dan tenang, namun Wendy menepis kasar tangannya.
"Mianhae, mianhae. Aku sangat ceroboh. Aku akan tanggung jawab, aku akan mencarinya." Gumam Seulgi dengan penuh penyesalan.
Wendy meraih kerah baju Seulgi, menatap wajah Seulgi dengan penuh perasaan kesal. "Apa kau bilang? Kau minta maaf dan akan mencarinya? Kau pikir Semudah itu?!" Wendy berteriak di depan wajah Seulgi dengan urat yang sudah menyembul di dahi nya dan mendorong Seulgi dengan kasar sampai Seulgi terjatuh kembali ke kursinya.
"Sudah bertahun-tahun kau bekerja dengan ku, kau tidak pernah ceroboh seperti ini, apa yang membuat mu bisa ceroboh seperti ini? Jangan bilang kau sedang berkencan?!" Wendy berteriak sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
Seulgi terdiam dan menunduk. "Mian--"
"Kenapa minta maaf? Apa benar kau sedang berkencan? Hah?!" Wendy menangkup pipi Seulgi agar menatapnya.
"Ya-- aku memang berkencan tapi-- ini tidak ada hubungannya." Seulgi berbicara dengan terbata-bata sambil memalingkan wajahnya.
"Oh astaga! Sudah ku bilang kau harus bisa membedakan antara berkencan dan pekerjaan mu, kau bodoh?!" Wendy teriak berkali-kali sambil menguncang tubuh Seulgi dengan kesal.
"Mianhae Wendy-ya. Aku menyesal." Gumam Seulgi dan Wendy melepaskan cengkramannya dari jaket Seulgi lalu menarik napasnya sambil memejamkan kedua mata nya dan memijat kedua pelipisnya.
"Aku tahu, aku tahu siapa yang mengambilnya, itu pasti Lisa, si gadis brengsek itu! Dia bilang bukan dia pembunuhnya, tapi lihat lah. Dia mengambil barang bukti itu untuk menghapus kejahatannya, karena kau memakai jaket bodoh itu di depannya kemarin! Dia pasti menemukan anting itu!" Wendy mendengus kesal dan Seulgi berdiri dengan wajah yang sedikit mendapat pencerahan
"Kau benar, mungkin dia! Apakah kita akan menangkapnya?" Gumam Seulgi dan Wendy melempar kunci mobilnya
"Kita akan menjemputnya di desa itu." Gumamnya sambil bangkit dari kursinya
"Bagaimana jika dia tidak ada di sana?" Wajah Seulgi ragu.
"Dia pasti masih disana, memang dia bisa pergi tanpa ponsel? Bukan kah kau masih menyimpan ponselnya?" Wendy berkata dan Seulgi menganggukan kepalanya ragu
![](https://img.wattpad.com/cover/307498286-288-k838547.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Spider Lili (JENLISA) [GxG] (END)
Misteri / ThrillerMengisahkan tentang Lalisa Manoban, gadis asal Thailand yang hobi menulis wattpad, dia menyalurkan rasa traumatic nya pada tulisan nya. Sementara Jennie Kim yang masih kuliah S2 untuk mendapatkan gelar sebagai dokter spesialis bedah, akan kah mereka...