Series 71 - Psycopath

1.4K 175 13
                                    

'Knock knock.. ting tong' suara ketukan pintu dan suara bell rumah Jennie saling bersahutan.

Ahjumma yang sedang sibuk menyiapkan makan siang untuk ayah Jennie pun berlari untuk membuka pintu.

Ayah Irene, ya. Ternyata ayah Irene lah yang berkunjung datang ke rumah Jennie saat ini.

Ayah Irene menyingkirkan tubuh Ahjumma dengan cukup kasar dan memasuki rumah Jennie tanpa permisi.

"Tuan Bae? Ada apa?" Tanya Ahjumma yang mencoba menghentikannya.

Saat ayah Irene berdiri tepat di ruang tamu dia terkekeh melihat ayah Jennie yang sedang berbincang di ponsel dengan berdiri menatap keluar jendela.

"Tu-tuan, maaf tapi-"

"Kim!" Teriak ayah Irene, membuat Ayah Jennie menoleh ke belakang tanpa persiapan, ayah Irene memberinya pukulan di wajahnya, satu kali pukulan keras berhasil membuatnya terjungkal ke belakang, kedua tangannya menahan berpegang ke kaca jendela, sedangkan ponselnya terlempar cukup jauh.

"Apa yang kau lakukan?" Gumam ayah Jennie, ahjumma dengan cepat membantu ayah Jennie untuk berdiri.

"Apa yang ku lakukan? Aku yang ssharusnya bertanya pada mu, apa yang kau lakukan selama ini, hah?!" Ayah Irene mendengus kesal dengan kedua tangan yang mengepal.

"Apa maksud mu? Aku tidak mengerti." Gumam Ayah Jennie.

"Kim, jujur saja pada ku.. kenapa kau melakukan ini semua? Apa karena kau haus akan jabatan mu? Apa karena dia putri mu?" Ucap ayah Irene dengan menatap dalam wajah ayah Jennie yang masih terlihat kebingungan.

"Bae? Apa yang kau bicarakan? Aku sungguh tidak mengerti."

Ayah Irene kembali terkekeh.
"Tidak mungkin kau tidak mengerti maksud ku, kau bukan orang bodoh Kim, kau seorang kepala bedah yang sangat terkenal, kau pasti orang yang sangat pintar dan juga.. licik."

"Katakan pada ku, kau tahu apa yang di lakukan oleh putri mu selama ini, kan?"

"Kau tahu bahwa organ yang kau dapat di rumah sakit tempat mu bekerja itu adalah hasil dari pembunuhan yang putri mu lakukan, kan?"

Deg..

Bukan hanya jantung ayah Jennie yang ingin terlepas, bahkan wajah Ahjumma tidak kalah syokk nya.

Bahkan tubuh Ahjumma ingin terjatuh dan Ayah Jennie menahannya dengan cara memegang kedua lengannya.

"Ahjumma, lebih baik kau masuk ke kamar mu dulu dan jangan pikirkan ucapan orang ini, Jennie tidak akan melakukan hal itu, aku akan bicara pada nya." Bisiknya pada Ahjumma.

"Tapi tuan.. bagaimana.. bagaimana jika ucapan Tuan bae benar?" Tanya Ahjumma dengan satu tetes air mata yang keluar.

"Ani, kau yang mengurus Jennie dari kecil, kau harus lebih percaya pada nya." Balas Ayah Jennie lalu Ahjumma menganggukan kepalanya, Ahjumma membungkuk pada kedua nya sebelum akhirnya Ahjumma berjalan menuju kamarnya dengan kedua kaki yang lemas dan tubuh yang terhuyung.

"Jawab pertanyaan ku, Kim!" Ucap ayah Irene.

Ayah Jennie menarik napasnya, menatap kembali wajah Ayah Irene saat setelah memastikan bahwa Ahjumma sudah memasuki kamarnya.

"Apa yang kau bicarakan, bae? Sebaiknya kau tenangkan dulu diri mu dan jelaskan pelan-pelan padaku." Ucap Ayah Jennie.

Napas Ayah Irene memburu, dadanya naik turun dengan cepat, urat di dahi dan lehernya bahkan sudah menyembul keluar, dia mengusap wajahnya kasar.

"Kau ingat saat aku menutup kasus di rumah sakit tempat mu bekerja, tentang pendonor ilegal yang rumah sakit tempat mu terima, kau mengingatnya?" Gumam Ayah Irene menatap Ayah Jennie dengan tatapan tajam nya.

Red Spider Lili (JENLISA) [GxG]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang