Part 5

58 21 6
                                        

Hai hai

Gimana kabarnya hari ini?

Baik kan?

Yang gak baik semoga membaik

Happy Reading

'Bolehkah aku berkata sekali saja jika semua ini terasa tak adil?' -Senja Easther

--------------------------------------------------------

Harsa tak lagi mengikuti langkah Senja, Senja pun bernafas lega.

Senja sampai di sebuah gedung, gedung yang sangat di benci nya, rumah sakit.

Senja segera masuk ke gedung itu dan menemui dokter keluarga Wirama, dokter Ezriel Silvester.

Tok...tok

Senja mengetuk pelan pintu bernuansa putih itu, hingga diizinkan masuk.

"Pagi dok," sapa Senja.

"Selamat pagi Senja, silahkan duduk," sapa dokter Ezriel kembali.

Senja pun duduk menghadap dokter Ezriel, dokter Ezriel pun menghela nafas panjang melihat Senja.

Tentu Senja sangat tahu apa alasan dibalik helaan nafas panjang itu, apalagi jika bukan keadaan tubuhnya yang semakin memburuk.

Senja tersenyum manis seperti biasanya, dia menganggukkan kepalanya sembari menatap hangat dokter Ezriel.

Dokter Ezriel merupakan teman lama dari kedua orang tua Senja, namun keluarga mereka tak terlalu dekat, lebih tepatnya karena Senja di sembunyikan identitas nya oleh Derry.

Bagi Senja dokter Ezriel sama seperti ayahnya sendiri, sejak kecil dokter Ezriel sangat lah baik dan menyayangi Senja seperti anaknya sendiri.

Hingga entah apa yang terjadi dokter Ezriel bukan lagi menjadi dokter keluarga Wirama dan hubungan Derry dengan Ezriel memburuk begitupun hubungan Derry dengan Senja.

Hingga setahun yang lalu, saat Senja sedang dalam perjalanan pulang, Senja mengalami mimisan dan pingsan di halte.

Kebetulan sekali, Ezriel yang mengajarkan indahnya naik angkutan umum itu sedang berada di halte yang sama.

Ezriel sangat terkejut mengetahui bahwa Senja pingsan di halte, Senja pun segera dilarikan ke rumah sakit tempat Ezriel bekerja setelah tak menjadi dokter keluarga Wirama.

Dan ternyata, Senja Easther Wirama mengalami leukimia stadium satu, saat itu belum separah sekarang yang telah memasuki stadium tiga.

Uang jajan yang tergolong banyak untuk anak seumuran Senja itu digunakan oleh Senja untuk mengobati dirinya sendiri.

Tak ada seorang pun yang mengetahui penyakit yang di deritanya termasuk Derry dan Rasti, hanya Ezriel seorang lah yang mengetahuinya.

"Sekarang ini kamu sudah memasuki stadium tiga ja, stadium tiga itu bukan main-main, kenapa kamu sering absen kemoterapi?" tanya Ezriel.

"Uangnya gak cukup om, makanya aku absen," aku Senja.

Rumah sakit itu bukanlah milik Ezriel, maka dari itu Senja harus membayar sendiri pengobatan nya.

Ezriel menghela nafas panjang mendengar alasan Senja tak berobat, dia pun berkata,

"Kenapa gak ngomong sama om, kan bisa om talangin, om masih punya uang kok."

Senja tersenyum mendengar perkataan dan tawaran Ezriel barusan, Senja berkata,

"Gak usah om, aku gapapa kok, om simpen aja uang om yaa aku gak mau ngerepotin om lagi."

Lagi dan lagi Senja menolak bantuan darinya, kemandirian nya memang sudah terlihat dari kecil.

"Mau sampe kapan kamu sembunyiin ini dari Papa sama bunda kamu?" tanya Ezriel.

"Kamu bisa sembuh asal Papa kamu mau donorin sumsum tulang belakangnya sama kamu, makanya ayo ngomong," sambung Derry.

Hanya senyuman yang diberikan oleh Senja, Ezriel tahu arti tatapan dan senyum itu, Senja tetap tak akan memberi tahu siapapun soal ini.

Masih teringat bagaimana cara memohon agar Ezriel tak memberitahu siapapun soal penyakit yang di deritanya, setiap dia kemoterapi Senja hanya menahannya sendiri tanpa siapapun.

Senja berjalan pulang dan kembali ke kediaman Wirama, dia hanya ingin tidur sekarang.

Setiap kali dirinya pergi ke rumah sakit, setiap dia merasakan sakit baik dari penyakit maupun dari siksaan orang sekitarnya, setiap itu juga mental Senja hancur.

Biar bagaimanapun Senja tetaplah manusia, kecewa, sakit dan merasa tidak adil selalu dirasakan namun dipendamnya sendiri.

Senja tersenyum getir saat mengingat nasibnya sekarang, dirinya tak tahu mengapa orang-orang terkasihnya pergi dan membencinya, dia sama sekali tak tahu mengapa dia dibully.

Sakit sendiri, sedih sendiri, Senja tak pernah membagi nya, sedari dulu hingga sekarang dia pun sudah lelah.

'Tuhan bolehkah sekali saja aku berkata bahwa ini semua terasa tak adil?' gumam Senja dalam hati.

Siapapun yang melihatnya sekarang maka mereka akan melihat dan merasakan senyum penuh luka yang ditampilkan sekarang.

"Jam segini Papa sama bunda lagi kerja kan, aku cuma mau tidur," gumam Senja.

Senja sampai di kediaman Wirama, seperti dugaannya kediaman itu sepi sekali, pintasan masa lalu datang tiba-tiba, Senja tersenyum mengingat nya.

Senja naik ke kamar nya, membersikan diri dan juga beristirahat entah mengapa rasanya pening dan lelah sekali.

Malam itu baik Derry maupun Rasti tak pulang karena urusan pekerjaan mereka dan Senja telah terbiasa oleh itu semua.

Setitik air mata lolos dari mata indah Senja mengiringi malam panjang nan sunyi ini.

Entahlah hari ini Senja sangat lelah menghadapi semuanya.

---------------------------------------------------------------

Hai hai semuanya

Senja Up nih guys

Gimana part ini?

Sampai bertemu di chapter selanjutnya yaa

Fairy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang