Kehidupan yang berubah

1.4K 62 3
                                    

Sudah satu tahun sejak kedatangannya di mansion Rodriguez, Charlotte kini sudah menjadi asisten andalan kediaman tersebut.

Duchess dan Hansel berbagi pekerjaannya dengan Charlotte, lebih tepatnya gadis itu yang membenarkan laporan yang dikerjakan oleh Hansel.

Awalnya Charlotte tidak mengerti kenapa laporan yang dikerjakan tuan muda Hansel selalu salah padahal pekerjaan yang diberikan oleh Duchess adalah hal dasar rumah tangga mansion.

Sedangkan Duchess dibantu Charlotte menangani laporan seluruh Duchy.

" Dulu semasa kecil tuan muda sering mengalami panas tinggi hingga kejang, kesehatannya sangat buruk sehingga tidak dapat menjalani pendidikan yang semestinya sebagai seorang bangsawan dan penerus keluarga".

Suatu kali tuan smith mengatakan hal itu ketika melihat Charlotte kebingungan dengan laporan yang dibuat Hansel.

"Charlotte, tolong maafkan putraku karena kekurangannya jadi menyusahkanmu".

Wajah Duchess yang semakin terlihat kurus menyiratkan kesedihan.

"Tidak masalah nyonya, saya masih bisa menanganinya".

"Kami beruntung memilikimu". Senyum Duchess tulus memandang gadis yang selama satu tahun ini menjadi tangan kanannya.

"Sampai kapan ibu akan mengurung Lotty dengan tumpukan dokumen itu?".

Oliver yang sejak tadi hanya mendengarkan dua wanita itu berbincang akhirnya ikut bersuara.

"Oliver...".

"Tidak apa apa tuan muda, itu memang sudah menjadi pekerjaan saya".

"Apa kau tidak ingin bepergian, berpesta atau sekedar menikmati masa mudamu dengan lady lainya? satu tahun ini kau selalu berkutat dengan tumpukan dokumen tanpa libur". Tanya Oliver pada Charlotte yang tengah menikmati kue strowberry.

"Mmm... Sejak dulu saya jarang bersosialisasi dengan gadis lain, saya lebih suka membaca buku atau mengerjakan soal hitungan yang dibuat ayah saya". Ucapnya malu malu.

"Benarkah? Apa kau tidak berfikir untuk menikah?".

"Me..menikah?, Saya belum memikirkan hal itu?". Wajah Charlotte sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Ibu lihat sendiri, Lotty terlalu banyak bekerja hingga tidak memikirkan kehidupan pribadinya". Sindir Oliver dingin pada ibunya.

"Benar, ahh... Aku sampai melupakan hal itu Charlotte, di usiamu sekarang sudah seharusnya memiliki seorang suami".

"Nyonya, tolong jangan fikirkan saya, saya belum tertarik untuk hal seperti itu". Sanggah gadis itu buru buru.

"Tenanglah Charlotte aku akan mencarikan calon suami terbaik untukmu".

"Ibu tidak usah jauh jauh mencari, yang terdekat adalah pilihan terbaik, tidak perlu mencari calon dari keluarga jauh kita hanya harus memastikan pria yang akan menikahinya adalah orang baik".

Duchess itu hanya mengangguk mengerti, sebuah rencana telah muncul di kepalanya.

Sedang Charlotte tidak jadi menghabiskan kuenya, nafsu makannya entah hilang kemana sejak kedua orang tersebut menyinggung kehidupan pribadinya.

Disisi lain Oliver tersenyum tipis penuh misteri, entah apa yang ada dalam benaknya.

***

Empat orang tengah menikmati makan malam dengan tenang.

Ada Duchess dimeja paling ujung lalu di samping kanannya Hansel dan di samping kirinya Oliver sedang Charlotte berada di samping Hansel.

Sesekali Oliver mencuri pandang pada Charlotte dan Hansel yang berada didepannya.

Ketika makan malam telah selesai para pelayan segera menyiapkan teh untuk menemani majikan mereka berbincang.

"Bagaimana keadaan perbatasan Oliv?". Tanya Duchess memecah keheningan.

"Tidak masalah kami berhasil menekan para pemberontak, sebagian besar dari mereka berhasil melarikan diri tapi akan sulit bagi mereka untuk membangun kekuatannya kembali karena sarang mereka sudah kami hancurkan".

"Itu bagus, lalu Hansel bagaimana keadaan perkebunan anggur kita?".

"Yah... Baru baru ini wabah menyerang tapi para petani bisa mengatasinya".

"Kau harus lebih aktif Hansel, jangan hanya mengandalkan para petani dan pekerja".

"Iya ibu". Jawabnya patuh.

"Charlote, aku ingin mengatakan beberapa hal padamu".

Charlotte yang dipanggil segera meletakkan cangkir tehnya dengan perlahan.

"Ada apa nyonya?".

"Aku dan ayahmu sudah berkirim surat, dan ayahmu setuju untuk memenuhi permintaanku".

"Permintaan?, Bolehkah saya tau permintaan apakah itu nyonya?".

Rasa penasaran menyelimuti hati gadis itu.

"Aku meminta pada ayahmu agar kau bisa jadi menantuku Charlotte". Duchess tersenyum bahagia .

"Me...menantu?".

Charlotte terlihat syok.

Sedang kedua tuan muda terlihat tenang tak berkomentar apapun.

"Benar, jadi maukah kau menjadi menantuku Charlotte?".

Charlotte menundukkan kepalanya.

"Itu...itu... Saya merasa tidak pantas nyonya".

"Siapa yang berani bilang kau tidak pantas hmm, kau gadis paling pintar di kerajaan ini tidak ada yang lebih pantas darimu Charlotte".

Gadis itu tersipu malu mendengar pujian untuknya.

Dadanya berdebar kencang, wajahnya memerah beberapa kali ia mencuri pandang pada pria yang berada didepannya, sesekali pandangan mereka saling bertabrakan.

Sosok pria bertubuh besar dengan tinggi 190cm, rambut coklat gelap dengan mata tajam dan rahang kokoh, kulitnya kecoklatan dengan otot yang tercetak jelas dibalik kemejanya.

'Oliver de Rodriguez, apakah dia?' Batin Charlotte

"Hansel de Rodriguez, putra pertamaku, walaupun dia penuh kekurangan tapi dia adalah Duke selanjutnya Charlotte, setelah kalian menikah kau akan resmi menyandang gelar Duchess, menggantikanku. Tidak ada gadis lain yang bisa kupercaya mengelola Duchy ini kecuali dirimu".

Wajah ketiga muda mudi itu terlihat terkejut.

"Tuan Hansel?". Bisik Charlotte lirih.

"Tolong jangan tolak permintaan wanita tua ini Charlotte, aku merasa jika kau menolaknya harapanku akan pupus".

"Mm.... Tentu nyonya, merupakan suatu kehormatan bisa menjadi bagian dari keluarga ini".

Terlihat ada kekecewaan dibalik senyum yang dipaksakan , tetapi gadis itu tidak berniat sama sekali menolak permintaan majikannya.

Oliver terlihat menahan amarah, wajahnya sedingin es, tak ada sepatah kata dan tak ada senyuman sama sekali sepanjang sisa perbincangan malam itu.

Charlotte tengah merebahkan tubuhnya diatas ranjang empuk, dengan memandang langit langit kamar tidurnya.

"Hansel...hansel... Dia pria yang baik, selama ini dia bersikap sopan padaku, walaupun dia bukanlah calon suami idaman tapi melihat tatapan penuh harapan Duchess membuatku tak kuasa menolaknya, ahh... Bagaimana ini kehidupanku akan berubah, aku hanya ingin bekerja dengan benar tapi sekarang... calon Duchess".

Charlotte memejamkan matanya, ia memegang dadanya yang rasanya entah kenapa terasa sakit.

Bayangan wajah Oliver yang terlihat begitu tampan melintas dalam benaknya.

"Tidak bisa, aku harus segera menyingkirkan perasaan ini, ingat lotty kau itu harus sadar wajahmu tidak cantik bahkan badanmu gemuk seperti beruang, sudah sepatutnya kau bersyukur tuan Hansel mau menerima perjodohan ini".

Charlotte berbicara pada dirinya sendiri, meyakinkan hatinya agar tidak goyah.



* Nama Charlotte kita panggil saja Lotty biar lebih gampang

Mantan kakak iparkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang