Tak bisa hidup tanpamu

894 45 0
                                    


Oliver sampai di desa yang dimaksud saat masih fajar,langit masih agak gelap hanya semburat warna kekuningan yang nampak dari ufuk timur,udara begitu dingin tapi sudah ada beberapa warga yang keluar dari dalam rumahnya.

Derap langkah kuda membuat orang bertanya tanya, rombongan dari mana yang mengunjungi mereka dipagi buta seperti ini.

Kurang lebih ada 6 ekor kuda yang ditunggangi para ksatria.

Jeff bertanya pada seorang wanita yang berada tak jauh dari mereka, Greta wanita yang kebetulan ia datangi.

"Tolong tunjukan pada kami dimana nyonya Charlotte tinggal".

"Nyonya Charlotte?, maaf tapi disini tidak ada wanita yang bernama Charlotte". Jawab Grace gugup, seorang ksatria gagah menaiki kuda hitam besar bertanya padanya tentu saja membuatnya takut.

"Maksud saya nyonya Lotty". Ulangnya.

"Lotty?,memang ada seorang gadis bernama lotty yang tinggal disini tapi ada perlu apa tuan ksatria mencarinya?".

'apa lotty ada masalah dengan majikannya?'. Batin Greta.

"Bisakah anda langsung saja menunjukannya padaku?!". Ucap Jeff dingin, ia tak sabar ,sebelum tuannya mulai menggila lagi dia harus segera menemukan keberadaan nyonya mereka.

"Saya tidak bisa memberitahu anda jika tidak jelas alasan anda mencari gadis itu". Grace dengan berani menjawab Jeff tentu saja ia mengatakan hal itu dengan tangan gemetaran.

Oliver yang sejak tadi menelisik setiap sudut desa mencari keberadaan istrinya mengalihkan perhatian pada dua orang yang berdebat.

Duke muda itu membawa kudanya mendekati mereka berdua.

"Katakan dimana istriku berada!".

Kata kata dingin Oliver mengintrupsi Jeff dan Greta.

"Istri?". Beo Greta.

"Charlotte de Rodriguez istriku, gadis cantik berambut putih keabu abuan dengan mata sebiru permata".

Greta yang sejak tadi sudah ketakutan sekarang tubuhnya bergetar hebat, aura menakutkan pria didepannya mampu membuat siapa saja mati berdiri.

"Di...disebelah sana, rumah tua paling ujung dekat perkebunan". Tunjuk Greta pada rumah kayu tua yang berada jauh dari tempat mereka berdiri.

"Terimakasih". Kata Oliver singkat sebelum berbalik meninggalkan wanita itu.

Oliver segera memacu kudanya menuju arah yang Greta tunjuk tadi.

Greta terduduk lemas, beberapa warga mendatanginya bertanya apa yang terjadi.

"Sepertinya nona Lotty bukanlah orang sembarangan". Gumam Greta pada tetangganya.

Oliver sampai didepan rumah yang dimaksud tapi sesaat kemudian ia terlihat mengepalkan kedua tangannya.

"Ada yang tidak beres". Gumam Oliver.

"Menyebar, cari hal yang terlihat mencurigakan". Perintahnya pada ke 5 bawahannya.

"Pintu terbuka, tidak mungkin lotty bangun sepagi ini dan lihat jejak kaki dibawah ada goresan benda tajam disini". Tunjuk Oliver pada pada tanah didepannya.

Instingnya mengatakan Lotty dalam bahaya, kata kata Grace kembali terngiang ditelinganya "nyawa istrimu dalam bahaya".

Oliver bergegas turun dari kudanya memasuki rumah yang ternyata kosong, pria itu memasuki sebuah kamar, disana ada beberapa potong gaun berbau vanila seperti bau istrinya itu.

'Lotty pernah tinggal disini'.

"Jendela dan pintu dapur dalam keadaan rusak tuan". Lapor Jeff.

"Tuan... Tuan kami menemukan banyak jejak kaki mengarah masuk kedalam hutan, dua orang ksatria sedang menyusuri jejak kaki itu".

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Oliver segera berlari menuju hutan didepan mereka, ia mengikuti jejak kaki yang tercetak ditanah yang lembab.

' bertahanlah, kumohon, jangan tinggalkan aku '.

Cukup dalam pria itu memasuki hutan hingga ia menemukan sesosok tubuh telah kaku dengan luka sayatan pedang melintang didadanya.

"Dia ksatria yang saya tugaskan mencari keberadaan Duchess".

Lapor Jeff yang berada dibelakang Oliver.

Wajah Duke muda itu semakin gelap, harapan satu satunya yang dapat melindungi istrinya ditemukan tewas.

"Sial, temukan dimana para bajingan itu segera!". Teriak Oliver penuh amarah.

Lotty berlari dengan sisa tenaganya, ketika terbangun dipagi hari ia menemukan pria yang menolongnya semalam sudah kaku, dengan tangan gemetar gadis itu mengambil pedang yang tergeletak begitu saja ditanah.

Kaki yang gemetaran dan sebelah tangannya menyeret sebilah pedang, gadis itu berjalan tak tentu arah berharap akan menemukan sesorang yang dapat membantunya,ia mencoba berjalan secepat yang ia bisa.

"Aku harus segera pergi dari sini". Gumamnya terus menerus sembari memasuki bagian hutan lebih dalam.

Srek...srek...

"Akhirnya ketemu".

Lotty mengangkat pedang dengan kedua tangannya, mengarahkannya pada 3 pria berpakaian hitam yang sejak semalam mengejarnya.

"Menyerahlah, tangan anda bahkan tak dapat memegang pedang dengan benar". Ejek salah seorang.

"Lebih baik aku mati dari pada menyerah".

Lotty melangkah maju mendekati ketiga orang itu, dengan sembarangan mengayunkan pedangnya.

Slash..slash...

Ketiga orang itu menghindar sambil tertawa mengolok olok.

"Dasar gadis bangsawan bodoh"

"Pergi... Pergi... Menyingkir kalian". Teriak Lotty sembari terus mengayunkan pedang ditangannya, mata gadis itu terlihat kosong, entah saking ketakutannya atau memang sudah putus asa.

Bug....

Tiba tiba salah seorang dari mereka tumbang tak sadarkan diri.

"Berani beraninya kalian menyakiti istriku".

Oliver dengan tangan kosong mulai menyerang kedua orang yang tersisa.

Dua orang bukanlah lawan sepadan untuknya, tak butuh waktu lama hingga para pembunuh itu roboh.

Oliver mengalihkan perhatiannya pada Lotty yang masih mengacungkan pedangnya, tatapannya begitu kosong.

"Lotty... Sayang...". Panggil Oliver lembut.

"Pergi...pergi... Menyingkir biarkan aku sendiri". Gumam lotty tanpa henti.

Oliver tak mengindahkan perkataan istrinya ia terus mendekat mencoba meraih belahan jiwanya itu.

Lotty yang sudah tak sadar akan keadaan sekitar tatapannya kosong seperti tak ada kehidupan ,ia mengayunkan pedangnya kearah Oliver.

Bukannya menghindar justru pria itu terus melangkah maju tanpa takut, ia menangkap pedang yang Lotty ayunkan padanya.

Telapak tangan pria itu bersimbah darah, cairan merah kental jatuh ketanah.

Lotty melepaskan pedang ditangannya tubuhnya merosot kebawah.

"Hikk...hikk.... Pergi... Pergi... Biarkan aku sendiri....pergi kalian... Pergi...".

Tubuh gadis itu bergetar hebat ia berteriak teriak seperti orang gila.

Oliver segera bersimpuh disamping istrinya memeluknya erat, air matanya ikut menetes melihat bagaimana keadaan istrinya yang seperti itu.

"Bagaimana aku bisa pergi... Aku tak akan bisa hidup tanpamu. Maafkan aku.. kumohon maafkan aku".

Lotty masih terus meraung tak mendengarkan apa yang suaminya katakan, hingga beberapa saat kemudian ia kembali jatuh pingsan dalam pelukan Oliver.

Mantan kakak iparkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang