Empat Hati

4.3K 380 39
                                    

Banyak yang minta cerita Mustika-Rakha-Irhaz dipublish lagi, tapi setelah dipublish kok sepi hehe. 🤣
Kadang penulis juga butuh feedback dari pembaca, just want to know, apa pembaca suka dengan cerita yg kita tulis atau tidak, apa pesannya nyampai atau tidak. Percayalah komen dan vote kalian itu turut memberikan semangat untuk penulis yg rela memberikan tulisan gratis tanpa dibayar ✌️😉

Happy reading

Hari berlalu, waktu terus berjalan, tapi tak ada yang berbeda dari sikap Mustika. Ia masih ketus, membenci suaminya, dan tak mau melaksanakan kewajibannya sebagai istri. Rakha mencoba bersabar. Ia berusaha tetap bersikap baik, tapi ujung-ujungnya selalu mendapat balasan tak sesuai ekspektasi. Mustika masih ketus, cuek, tak peduli, bahkan terkadang wanita itu membisu seharian dan sama sekali tak bicara pada Rakha.

Malam ini pun suasana masih sama. Kebencian di mata Mustika masih terlihat jelas. Di satu sisi, Rakha ingin mencoba mencairkan suasana dengan bersikap lebih akrab, mengajak Mustika bicara, atau sekadar membelikan ayam bakar agar mereka bisa makan malam bersama. Namun, hati Mustika terlalu beku. Semua yang dilakukan Rakha tak ada artinya di matanya.

Pertengkaran kerap terjadi, perdebatan, semua berawal dari sikap Mustika yang keras kepala. Ia selalu menganggap Rakha sebagai penghancur impian dan kebahagiaannya. Rakha yang telah memisahkannya dari Irhaz. Rakha yang telah menghentikan langkahnya untuk meraih cintanya. Baginya, Rakha adalah seseorang yang harus bertanggung jawab untuk semua harapannya yang kandas. Mustika berharap suatu saat Rakha akan menceraikannya agar ia bisa kembali pada Irhaz suatu saat nanti. Mustika merasa tak bisa mencintai pria lain selain Irhaz. Dengan bersikap semaunya, ia yakin jika Rakha akan menyerah dan menyudahi pernikahan mereka.

Rakha menatap Mustika yang duduk menonton televisi tanpa menghiraukan keberadaannya. Terkadang ia berpikir, apa yang dia jalani sekarang adalah buah dari apa yang ia tanam? Rakha akui, dulu ia begitu brengsek. Memacari perempuan hanya untuk mengalihkan perasaannya dari Mustika. Hubungan yang terjalin tidak pernah bertahan lama. Pada akhirnya Rakha akan memutuskan mantan-mantannya dengan alasan, ia tak benar-benar mencintai mantan-mantannya. Ia berusaha untuk mencintai beberapa perempuan yang pernah menjadi pacarnya, tapi selalu berujung dengan kegagalan. Hanya Mustika yang ia inginkan. Hanya Mustika yang benar-benar membuatnya jatuh cinta.

Rakha hanya ingin pernikahannya berjalan normal. Ia ingin menjalani rumah tangga selayaknya pasangan suami istri yang saling mencintai dan berbagi, bukan bertengkar atau bertingkah seperti orang asing yang tak saling mengenal.

"Tika, besok ada acara pertemuan keluarga besar di rumah Pakdheku. Kita akan ke sana."

Mustika menoleh ke arah Rakha dengan raut wajah datar. Ia tampak tak antusias menanggapi. Ia tak ingin datang.

"Kamu datang aja sendiri, aku nggak ikut," balas Mustika santai, tak peduli akan ekspresi Rakha yang berubah mendung.

Rakha mengembuskan napas. Ia sudah menduga, Mustika akan bereaksi seperti ini.

"Pertemuan keluarga besar ini hanya dua kali setahun. Masa kamu nggak bisa nyempetin waktu buat ikut? Toh besok weekend, kita libur. Lagipula akan ada banyak saudaraku dari luar kota yang juga datang ke acara. Beberapa dari mereka belum ketemu langsung sama kamu."

"Apa urusannya sama aku? Aku datang atau nggak, nggak ngasih pengaruh apa-apa, 'kan?" Mustika menatap Rakha sekilas lalu kembali melayangkan tatapannya pada layar televisi.

Rakha terdiam sejenak. Ia tahu, hingga detik ini Mustika tak pernah merasa sudah berubah status. Ia tak pernah menganggap dirinya seorang istri. Ia juga tak menganggap Rakha sebagai suaminya. Dalam benak, Rakha bertanya, mau sampai kapan seperti ini? Setiap hari ia berharap ada kemajuan dari hubungan mereka. Namun, setiap hari pula tingkah Mustika semakin menjadi. Ucapannya semakin pedas. Sama sekali tak ada rasa menghargai.

Mantan Dosen Pembimbing (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang