Part 17

49.2K 3.5K 69
                                    

Aminah merapikan aksesoris bunga-bunga kecil di kerudung Kayla. Ia amati wajah Kayla yang dioles make up natural yang membuatnya terlihat sangat cantik. Bahkan Aminah sempat mengerjap, memastikan apakah gadis yang mengenakan dress muslimah elegan ini adalah Kayla, gadis baik hati yang ia angkat menjadi cucunya.

Waktu itu akhirnya tiba, di mana Kayla akan melangkah menuju lembaran baru. Rasa haru menyeruak, seolah memenuhi segala ruang. Mata Aminah berkaca. Gadis yang pernah depresi dan trauma hebat ini, kini telah menemukan seseorang yang akan mencintai dan menjaganya.

Kayla pun terharu dengan semua yang sudah ia lalui bersama Bagas untuk sampai di tahap ini. Ditatapnya sang eyang dengan sorot mata berembun. Ingin rasanya menangis, menumpahkan segala rasa yang berkecamuk. Ingin mengatakan sesuatu pada perempuan lanjut usia itu tentang betapa besar rasa terima kasihnya pada kedua eyangnya atas segala kebaikan dan ketulusan yang mereka berikan selama ini. Namun yang ada bibirnya seolah kelu untuk sekadar berucap satu kata. Hatinya sudah bergerimis dan jejak basah itu mungkin tak akan hilang sampai prosesi keseluruhan acara selesai dijalani.

Melihat ada genangan bulir sebening kristal di sudut mata sang cucu, Aminah segera menggenggam tangan Kayla.

"Jangan menangis, sayang. Nanti make up kamu luntur. Kamu cantik banget hari, jangan  rusak make up dengan tangis." Aminah tersenyum lembut.

Terlambat, air mata itu menetes juga. Kayla memeluk Aminah begitu erat.

"Terima kasih untuk segalanya Eyang, terima kasih. Kayla minta maaf karena selama ini sering banget ngrepotin Eyang." Isak tangis itu terdengar lirih tapi sanggup meluruhkan hati sang eyang.

Aminah pun menitikkan air mata. Diusapnya punggung Kayla berulang.

"Kamu selama ini selalu membantu Eyang. Eyang yang seharusnya berterima kasih. Dari hati eyang yang terdalam, eyang doakan kamu dan Bagas bahagia sampai ke Jannah."

"Aamiin, makasih banyak Eyang."

Sementara di ruangan lain, atmosfer terasa tak kalah menegangkan. Bagas menghela napas panjang, mengucap doa dalam hati agar pernikahannya dan Kayla dilancarkan.

Ia melirik ayah dan ibunya yang duduk di barisan paling depan, menantikan momen krusial yang sebentar lagi akan dimulai. Ia bisa melihat gurat wajah sang ibu yang tak mengumbar senyum sedikitpun. Ia bersyukur ibunya berkenan hadir setelah sebelumnya mengancam tidak akan hadir di pernikahannya.

Dada Bagas semakin berdebar kala Rahmadi, ayah dari wanita yang ia cintai mengulurkan tangannya. Beberapa menit lagi, ia dan Kayla akan dinyatakan sah sebagai suami istri.

Bagas menjabat tangan Rahmadi. Dalam hati ia terus berdoa meminta ketenangan dan kelancaran.

"Saudara Wisanggeni Bagaspati, saya nikahkan dan kawinkan putri kandung saya Kayla Iklima binti Rahmadi dengan mas kawin emas 55 gram tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Kayla Iklima binti Rahmadi dengan mas kawin tersebut tunai."

"Sah saudara saksi?"

"Sah."

"Alhamdulillah," Bagas mengucap syukur penuh kelegaan.

Kayla yang mendengar suara Bagas dan ayahnya dari dalam ruangan pun menitikkan air mata. Ia bersyukur melangkah di tahap ini. Perjuangan cintanya dan Bagas berujung di pelaminan.

Kayla melangkah keluar diapit oleh Aminah dan Asih. Bagas menatap wanita yang telah resmi menjadi istrinya dengan sejuta kekaguman. Kayla terlihat begitu cantik dan anggun bak bidadari. Suratan takdir mempertemukannya kembali dengan Kayla, mantan mahasiswi bimbingannya yang pernah ia lukai begitu dalam. Suratan takdir menyatukan keduanya dalam ikatan pernikahan.

Mantan Dosen Pembimbing (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang