Ini part super pendek, aku sempetin ngetik coz besok aku kul pagi, belum tentu bisa update besok.
Bagas mengedarkan pandangan ke sekitar. Matanya berulang tertambat pada satu pintu kedai yang terbuka. Ia janjian untuk bertemu dengan Mustika di kedai es krim depan SMA, tempat Mustika mengajar. Ada sesuatu yang ingin ia bicarakan. Sesuatu terkait masa depannya juga masa depan Mustika. Dia tak bisa menyembunyikan semuanya. Satu-satunya orang yang bisa membantunya membatalkan perjodohan yang ternyata sudah direncanakan orang tua Bagas dan Mustika adalah Mustika sendiri. Ia berharap banyak dari gadis itu.
Besok dosen 29 tahun itu harus kembali ke Purwokerto. Ia rasa hari ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara dengan Mustika.
Rasa lega mengusir kepenatan karena menunggu cukup lama. Mustika melangkah masuk ke dalam dan melirik ke kanan dan ke kiri, mencari di mana dosen itu berada. Bagas melambaikan tangan. Senyum terulas dari kedua sudut bibir Mustika.
"Maaf, ya, Mas, jadi menunggu lama. Tadi ada rapat dadakan." Mustika duduk di hadapan Bagas. Ia tak bisa menerka kenapa Bagas mengajaknya bertemu di kedai es krim yang cukup ramai ini.
"Nggak apa-apa, Tika. Oya Tika mau pesan apa?"
"Saya ikut Mas Bagas saja."
"Mas, pesan banana split dua, ya, sama waffle dan jus jambu dua." Bagas melirik seorang pelayan yang sedang berjalan menuju salah satu meja.
"Iya, A," balas laki-laki berumur dua puluhan.
"Tika, saya ngajak Tika ketemu karena ada yang ingin saya sampaikan."
Mustika mendengarkan dengan seksama. Ada rasa khawatir juga, apa yang Bagas sampaikan berkaitan dengan rencana perjodohan orang tua mereka.
"Ini tentang perjodohan kita," lanjut Bagas.
Deg...
Suasana yang awalnya santai itu seketika menegang.
"Maaf Tika, saya menolak perjodohan ini. Bukan karena Tika tidak baik. Tika sangat baik, sopan, hanya saja saya sudah punya seseorang yang saya cintai. Saya harap, Tika bisa memahami dan untuk bersama-sama menolak perjodohan." Kata-kata Bagas meluncur tegas tapi juga tetap bernada lembut.
Tika mengerlingkan senyum, "Saya paham, Mas. Nanti saya akan bicarakan hal ini pada papa mama sepulangnya dari sini."
Bagas mengembuskan napas kelegaan.
"Makasih banyak, ya, Tika. Terima kasih untuk pengertiannya."
"Sama-sama, Mas. Sebenarnya saya sendiri juga belum siap," ucap Mustika tenang, kendati di dalam sana, bergemuruh serangkaian kata yang akan ia ucapkan nanti untuk meyakinkan orang tuanya agar meninjau ulang perjodohan ini. Jauh dalam hati ia pun belum siap.
******
"Bagas menolak karena sudah punya calon sendiri? Memangnya calonnya lebih baik dari kamu? Masa iya gadis secantik dan sepintar kamu ditolak." Ratih meninggikan suaranya. Emosinya memuncak. Rasanya ia tak terima putrinya ditolak oleh anak sahabatnya.
"Ma, Tika juga sebenarnya belum siap. Tika kan belum lama mengenal Mas Bagas. Terlebih sekarang Tika tahu kalau Mas Bagas sudah punya calon. Tika nggak mau merusak kebahagiaan Mas Bagas dan calonnya."
"Kamu kok malah belain Bagas. Atau kamu malah senang Mas Bagas sudah punya calon biar kamu punya alasan untuk menolak perjodohan ini? Kamu masih berharap sama si driver ojek online itu?" Mata Ratih membulat. Setiap teringat akan Irhaz, pemuda 27 tahun yang bekerja sebagai driver ojek online, seketika emosinya mendidih. Ia tak habis pikir, putrinya yang notabene lulusan S2 menyukai driver ojek online yang hanya tamatan kejar paket C, tidak sederajat di mata Ratih.
Mustika tercekat. Ia membisu karena ia pikir, apapun jawabannya hanya akan membuat ibunya marah.
Wira, sang ayah pun tak kalah emosional mengetahui fakta ini.
"Papa kecewa sama Bagas, tapi lebih kecewa sama kamu, Tika. Papa nguliahin kamu hingga S2, kok malah suka sama tukang ojek yang ijazah SMA formal aja nggak punya. Kalau kamu nikah sama Irhaz, mau dikasih makan apa?"
Ucapan pedas sang papa menghancurkan hati gadis itu. Ia mengenal Irhaz sejak SMP. Irhaz adalah kakak kelasnya yang terkenal rajin dan pekerja keras. Lulus SMP, Irhaz hanya mampu melanjutkan ke kejar paket C karena alasan mencari waktu yang fleksibel agar dia dapat bekerja. Dia memiliki tiga adik, satu masih kuliah, dua lagi masih SMA. Ketiga adiknya menjadi tanggung jawabnya karena sang ayah sudah meninggal. Irhaz rela mengubur impiannya untuk bersekolah ke SMA formal dan kuliah demi membiayai ibu dan adik-adiknya. Irhaz pernah mencoba beraneka pekerjaan hingga akhirnya ia menjadi driver ojek online sekaligus berjualan online. Meski kini jarak mereka terpisah sejak Mustika sekeluarga kembali ke Bandung, nyatanya rasa cinta itu masih kuat mengendap. Irhaz tengah berjuang mengumpulkan modal untuk meminangnya. Namun penolakan orang tua Mustika membuat hati gadis itu tercabik-cabik meski pemuda itu tak akan menyerah untuk memperjuangkannya.
******
Segini dulu ya, maaf partnya pendek banget. Aku tadi pulang kuliah sampai rumah Maghrib. Nyempetin ngetik maleman karena sebelumnya aku tidur dulu. Next part pertemuan Kayla dan orang tua Bagas akan cukup emosional. Juga pertemuan Kayla dan ayahnya. Makanya nanti aja nulisnya, pas bener2 free. Besok aku mesti berangkat kul pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Dosen Pembimbing (Completed)
RomanceAda satu pria yang membuat Kayla Iklima merasa ketakutan, cemas, bahkan juga trauma. Satu pria yang menhancurkan hatinya hingga porak poranda. Satu pria itu adalah dosen pembimbingnya sendiri, Wisanggeni Bagaspati. Rentang waktu kembali mempertemuka...