Rakha berusaha menahan kesabarannya. Sebenarnya ia sudah menyiapkan surprise lain untuk Mustika. Setelah makan malam, Rakha akan mengajak Mustika ke mall dan membelikan barang yang sedang diinginkan Mustika, tas atau sepatu. Mood-nya amblas. Ia cemburu melihat Sang Istri yang tertegun mengamati Irhaz dari jauh.
"Kamu masih berharap sama dia?"
Pertanyaan Rakha membuyarkan fokus Mustika. Ia menoleh ke arah Rakha dan merasa bersalah.
"Aku, aku cuma kaget aja lihat Irhaz ada di sini juga."
"Kaget? Kamu merhatiin dia lama banget. Atau kamu ingin menyapanya? Silakan kalau kamu ingin menyapa."
Mustika bisa membaca raut wajah Rakha yang menunjukkan rasa tak sukanya. "Tidak Rakha, aku nggak akan menyapanya. Lebih baik kita makan di tempat lain saja."
"Aku sudah nggak mood. Kita pulang saja," balas Rakha seraya berbalik menuju pintu restoran.
Sepanjang perjalanan, Rakha terdiam dan sama sekali tak menyapa Mustika. Ia menyadari hati Mustika belum menjadi miliknya seutuhnya. Masih ada rasa di hati Mustika untuk Irhaz. Perasaan mereka begitu dalam. Mungkin jika Irhaz melihat Mustika, dia pun akan diam tertegun dengan gejolak kenangan masa lalu yang masih terngiang.
Mustika juga membisu. Beberapa kali ia menoleh ke arah Rakha. Laki-laki itu diam seribu bahasa dengan ekspresi wajah yang datar. Mustika semakin merasa bersalah.
Setiba di rumah, Rakha masih membisu. Ia membersihkan wajahnya, berganti pakaian, dan berbaring. Mustika merangkai kata dalam benak. Ingin ia mengajak Rakha berbincang, tapi ia tahu jika suaminya sedang ingin sendiri.
Mustika merenung. Ia tahu, masa lalu harus dilepaskan. Sedalam apa pun perasaannya pada Irhaz, itu hanyalah kenangan. Kerinduan yang kadang ia rasakan mungkin hanya kerinduan pada kenangan yang pernah terukir, bukan pada personalnya. Ia juga menyadari tak seharusnya pikirannya masih terbelenggu cinta lama. Rakha adalah cinta sejatinya dan masa depannya. Cinta yang dulu ia anggap terbaik nyatanya bukan pelabuhan cinta yang sebenarnya. Cinta dalam pernikahan adalah cinta terbaik yang harus ia perjuangkan dan pertahankan. Cinta halal yang telah direstui. Mustika tak ingin kehilangan Rakha. Perasaan takut ini ia rasakan jauh lebih besar dibanding ketakutannya dulu saat ia berpisah dengan Irhaz.
Mustika berbaring di sebelah Rakha. Jari-jari lembutnya mengusap lengan Rakha yang berbaring memunggunginya. Rakha sedikit terperanjat, tapi ia masih bertahan dengan sikap diamnya.
"Rakha, aku minta maaf. Aku minta maaf karena di restoran tadi, aku refleks memperhatikan Irhaz. Sungguh, aku nggak ada perasaan apa-apa. Mungkin kenangan masa lalu memang sempat melintas, tapi aku nggak ingin mengulang kenangan itu. Aku sadar, kamu adalah cinta yang sebenarnya. Aku nggak mau kehilangan cinta sejati hanya karena masih berharap pada cinta lama yang semu." Mata Mustika berkaca. Ia takut Rakha tak akan memaafkannya. Ia sadar sudah berulang kali ia menyakiti suaminya. Ia tak mau lagi mematahkan hati Rakha dengan keegoisannya. Ia ingin menua bersama Rakha dan menjadi istri yang baik untuknya.
Rakha masih bergeming. Ia dengarkan semua perkataan Mustika. Hatinya bergetar. Ia mencoba memaklumi perasaan Mustika yang mungkin masih butuh waktu untuk benar-benar mencintainya secara utuh.
"Maafkan aku, Rakha." Mustika melingkarkan tangannya di perut Rakha. Ia benamkan kapalanya hingga menghimpit punggung bidang Rakha. Pelukannya semakin erat dan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata Mustika menetes perlahan.
Rakha bisa merasakan hangatnya dekapan Mustika dan baju belakangnya yang basah karena rembesan tangis lirih Mustika. Ia tak akan tega membiarkan istrinya menangis. Rakha berbalik dan menatap wajah Mustika yang tertegun dengan air mata yang masih berlinang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Dosen Pembimbing (Completed)
RomanceAda satu pria yang membuat Kayla Iklima merasa ketakutan, cemas, bahkan juga trauma. Satu pria yang menhancurkan hatinya hingga porak poranda. Satu pria itu adalah dosen pembimbingnya sendiri, Wisanggeni Bagaspati. Rentang waktu kembali mempertemuka...